Tafsir al-Qur’an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman
Allah sesuai kemampuan manusia. Kemampuan itu bertingkat-tingkat,
sehingga apa yang dicerna atau diperoleh oleh seseorang penafsir dari al-Qur’an bertingkat-tingkat pula.
Karena itu, bila seorang penafsir membaca al-Qur’an maka
maknanya dapat menjadi jelas dihadapannya. Tetapi bila ia membacanya
sekali lagi dapat menemukan lagi makna-makna lain yang berbeda dengan
makna sebelumnya. Demikian seterusnya, hingga boleh jadi ia dapat
menemukan kata atau kalimat yang mempunyai makna bebeda-beda yang
semuanya benar atau mungkin benar.
“Ayat” al-Qur’an bagaikan intan,
setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang
terpancar dari sudut-sudut lainnya,dan tidak mustahil jika kita
mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak
dibandingkan apa yang kita lihat,” demikian lebih kurang tulis Abdullah
Darraz dalam bukunya an-Naba’ al-‘Azhim.
15
Pada awal abad ke-20 M, kemudian bermunculan beragam
literatur tafsir yang mulai ditulis oleh kalangan Muslim Indonesia.
Diantara nama yang memberikan sumbangsih besar kepada perkembangan
tafsir di Indonesia di akhir abad ini adalah Muhammad Quraish Shihab,
seorang cendikiawan muslim, mufassir kontemporer yang telah
melahirkan beberapa karya tafsirnya seperti Membumikan al-Qur’an,
Wawasan al-Qur’an (Tafsir Tematik), Tafsir surah-surah pendek, Tafsir
al-Amanah (Tafsir Tahlili).
16
Mengawali Millenium ketiga, M. Quraish Shihab kembali
menunjukkan dirinya sebagai manusia langka di Indonesia. Hanya selang
satu tahun sesudah ia melahirkan karyanya “yang tersembunyi” kini ia
15
kembali menghidangkan sebuah karya besar yang berjudul “Tafsir al-
Misbah, Pesan, Kesan, Keserasian al-Qur’an” kepada masyarakat
pembacanya.
17
Buku ini ditulis M. quraish Shihab di Kairo, Mesir, pada
hari jum’at 4 Rabi’ul awal 1420 H atau 18 Juni 1999 M dan selesai di
Jakarta pada tanggal 8 Rajab 1423 H bertepatan dengan 5 September 2000
M yang diterbitkan oleh penerbit Lentera Hati di bawah pimpinan putrinya
Najla Shihab.
18
Sebagai Mufassir terkemuka di Indonesia dewasa ini, M. Quraish
Shihab tidak menulis karya-karyanya berdasarkan selera dan keinginannya
semata melainkan ia selalu berangkat dari kebutuhan masyarakat
pembacanya. Ibarat sebuah perusahaan, ia senantiasa memproduksi
barang-barang komoditasnya berdasarkan atas dan sesuai dengan analisis
dan kebutuhan pasar. Ketika akan menulis tafsir al-Misbah ini dalam
“analisis pasar” yang dilakukan ia melihat begitu dangkalnya pemahaman
masyarakat terhadap kandungan al-Qur’an. Menurutnya, hal ini ditandai
dengan banyaknya kaum Muslimin yang hanya membaca surah-surah
tertentu seperti surah Yasin, al-Waqi’ah, ar-Rahmandan lain-lain tanpa
mengetahui kandungannya.
19
Bahkan banyak diantara mereka yang
membaca surah-surah tersebut bukankarena terdorong oleh keinginan
untuk mengetahui pesan-pesannya akan tetapi lebih terdorong oleh
motivasi yang lain seperti membaca al-Waqi’ahuntuk mempermudah
datangnya rezeqi.
Disamping itu, sebagaimana pengamatan M. Quraish Shihab,
pemahaman yang keliru tentang al-Qur’an tidak hanya terjadi dikalangan
orang awam. Akan tetapi juga masih terjadi dikalangan terpelajar bahkan
orang-orang yang berkecimpung dalam studi Islam sekali pun. Kekeliruan
yang terjadi pada kelompok yang kedua ini biasanya karena melihat al-
Qur’an berdasarkan metodeIlmiah pada umumnya.
20
Maka dari itu
anggapan yang sring muncul bahwa al-Qur’an tidk sistematis di dalam
menyajikan informasi-informasinya.
Kiranya kedua bentuk inilah yangmendorong M. Quraish
Shihab untuk menulis tafsir al-Misbah.Karena itu di dalam karyanya ini,
hal yang lebih diutamakan adalah penjelasan tentang tema pokok surah
dan keserasian antara ayar-ayat dengan ayat yang lain dan atau antara
surah dengan surah.
Para ulama yang menekuni IlmuMunasabat al-Qur’an/keserasian
hubungan bagian-bagian al-Qur’an, mengemukakan bahkan membuktikan
keserasian dimaksud, paling tidak dalam enam hal :
21
a. Keserasian kata demi kata dalam satu surah
b. Keserasian kandungan ayat denganfashilat yakni penutup ayat
c. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya
d. Keserasian uraian awal (mukadimah) satu surah dengan penutupnya
e. Keserasian penutup dengan uraian awal (mukadimah) surah
sesudahnya
f. Keserasian tema surah dengan nama surah
Tafsir al-Misbah adalah sebuah tafsir al-Qur’an lengkap 30 Juz
pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir yang ditulis oleh ahli tafsir
terkemuka Indonesia : M. Quraish Shihab, yang terdiri dari 15 volume
buku dengan mengulas tuntasayat-ayat al-Qur’an.
22
Tafsir al-Misbah ini
sebuah karya yang hebat yang beliaupersembahkan pada masyarakat
Indonesia dimana penjelasannya sangatlugas dan mudah dicerna, sehingga
al-Qur’an dapat benar-benar berfungsi sebagai Petunjuk, Pemisah antara
yang haq dan batil, serta jalan keluar setiap problema kehidupan yang
dihadapi.
Adapun spesifikasi buku tersebut adalah :
23
a. Tafsir al-Misbah Vol 1 surat al-Fatihah s/d al-Baqarah
b. Tafsir al-Misbah Vol 2 surat ali-Imran s/d an-Nisa’
c. Tafsir al-Misbah Vol 3 surat al-Maidah
d. Tafsir al-Misbah Vol 4 surat al-An’am
e. Tafsir al-Misbah Vol 5 surat al-A’raf s/d at-Taubah
f. Tafsir al-Misbah Vol 6 surat Yunus s/d ar-Ra’d
g. Tafsir al-Misbah Vol 7 surat Ibrahim s/d al-Isra’
h. Tafsir al-Misbah Vol 8 surat al-Kahfi s/d al-Anbiya
i. Tafsir al-Misbah Vol 9 surat al-Hajj s/d al-Furqan
j. Tafsir al-Misbah Vol 10 surat asy-syu’ara s/d al-Ankabut
k. Tafsir al-Misbah Vol 11 surat ar-rum s/d Yaasin
l. Tafsir al-Misbah Vol 12 surat ash-Shaffat s/d az-Zukhruf
m. Tafsir al-Misbah Vol 13 surat ad-Dukhan s/d al-Walqi’ah
n. Tafsir al-Misbah Vol 14 surat al-Hadid s/d al-Mursalat
o. Tafsir al-Misbah Vol 15 Juz ‘Amma
Tafsir al-Misbah merupakan karya besar yang tidak asing lagi
bagi kaum muslimin Indonesia, utamanya mereka yang menaruh minat
besar pada bidang Tafsir. Kita patut berterima kasih pada penulis tafsir ini
yang telah bersusah payah melahirkan al-Misbah sehingga mendorong
kemajuan disiplin ilmu al-Qur’an di tanah air Indonesia. Penulis memberi
warna yang menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya
khasanah pemahaman dan penghayatan kita terhadap rahasia makna ayat-
ayat Allah SWT.
Dalam tafsir al-Misbah, M. Quraish Shihab menafsirkan al-
Qur’an berdasarkan sumber-sumber sebagai berikut: pertama,dengan
penjelasan al-Qur’an sendiri, sebab menafsirkan al-Qur’an dengan dengan
menggunakan al-Qur’an sendiri merupakan langkah penafsiran yang
paling baik, hal ini mengingat kenyataanbahwa apa yang dijelaskan secara
mujmaldalam suatu ayat bisa jadi dijelaskan secara panjang lebar pada
ayat yang lain. Kedua,mengambil keterangan dari sunnah Nabi SAW.
Karena sunnah merupakan sumber paling penting yang dibutuhkan
Mufassir dalam memahami makna dan hukum yang terdapat dalam surah
atau ayat. Ketiga,mengambil keterangan darisahabat karena mereka
adalah saksi bagi kondisi turunnya wahyu al-Qur’an. Keempat
menggunakan kaidah-kaidah bahasa Arab, karena al-Qur’an aalah firman
Allah yang di manifestikan dalam bahasa Arab. Kelima, menafsirkan
maksud dari kalam dan tujuan syara’. Artinya, dalam menafsirkan al-
Qur’an, M Quraish Shihab mendasarkan penafsirannya pada apa yang
dikehendaki oleh syara’, seperti yang ditunjukkan oleh makna kalam.
24
Dalam tafsir al-Misbahini M. Quraish Shihab menggunakan
metode tahlili(urai).
25
Sebuah bentuk karya tafsir yang berusaha untuk
mengungkap kandungan al-Qur’an dari berbagai aspeknya. Ayat-ayat
didalam al-Qur’an selanjutnya memberikan penjelasan-penjelasan tentang
kosakata makna global ayat; korelasi Asbabu al-Nuzuldan hal-hal yang
dianggap dapat membantu untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an.
26
Pemilihan metode Tahlilyyang digunakan dalam tafsir al-Misbah
ini di dasarkan pada kesadaran M. Quraish Shihab bahwa metode
maudhu’i yang sering ia gunakan pada karyanya yang berjudul
“membumikan al-Qur’an” dan “wawasan al-Qur’an” selain mempunyai
keunggulan dalam memperkenalkan konsep al-Qur’an tentang tema-tema
tertentu secara utuh. Ia jaga tidak luput dari kekurangan. Sebab
menurutnya al-Qur’an memuat tema yang tidak terbatas, seperti yang
dinyatakan Darraz bahwa al-Qur’an itu bagaikan permata yang setiap
sudutnya memantulkan cahaya. Jadi dengan ditetapkan judul pembahasan
berarti yang akan dikaji hanya satu sudut dari permasalahan tersebut.
Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab ini lebih cenderung
bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan (Adabul ijtima’i). corak tafsir
yang berusaha memahami nash-nash al-Qur’an dengan cara pertama dan
utama mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qur’an secara teliti.
23
Selanjutnya menjelaskan makna-maknayang dimaksud al-Qur’an tersebut
dengan bahasa yang indah dan menarik. Kemudian seorang mufassir
berusaha menghubungkan nash-nash al-Qur’an yang dikaji dengan
kenyataan sosial dengan sistem budaya yang ada.
27
Corak tafsir ini merupakan corak baru yang menarik pembaca
dan menumbuhkan kecintaan kepada al-Qur’an serta memotifasi untuk
menggali makna al-Qur’an.
28
Menurut Muhammad Husein al-Dzahabi,
bahwa corak penafsiran ini terlepas dari kekurangannya berusaha
mengemukakan segi keindahan (balaghah) bahasa dan kemu’jizatan al-
Qur’an, menjelaskan makna yang dituju oleh al-Qur’an, mengungkapkan
hukum-hukum alam yang agung dan tatanan kemasyarakatan yang
dikandungnya, membantu memecahkan segala problem yang dihadapi
umat islam khususnya dan umat manusia pada umumnya melalui petunjuk
dan ajaran al-Qur’an untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan di
akhirat, serta berusaha mempertemukan antara al-Qur’an dengan teori-
teori ilmiah yang benar.
Di dalam al-Qur’an juga berusaha menjelaskan kepada umat
manusia bahwa al-Qur’an itu adalah kitab suci yang kekal, yang mampu
bertahan sepanjang perkembangan zaman dan kebudayaan manusia sampai
akhir masa, juga berusaha melenyapkan kebohongan dan keraguan yang
dilontarkan terhdap al-Qur’an dengan argument kuat yang mampu
menangkis segala kebatilan, sehingga jelas bagi mereka bahwa al-Qur’an
itu benar.
29
Dalam konteks memperkenalkan al-Qur’an, dalam buku Tafsir
al-Misbah, M. Quraish Shihab berusaha dan akan terus berusaha
menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang dinamai tujuan surah,
atau tema pokok surah. Memang, menurut para pakar, setiap surah ada
tema pokoknya. Pada tema itulah berkisar uraian-uraian ayatnya. Jika kita
mampu memperkenalkan tema-tema pokok itu, maka secara umum kita
dapat memperkenalkan pesan utama setiap surah, dan dengan
memperkenalkan ke 114 surah, kitab suci ini akan dikenal lebih dekat dan
mudah.