Pesan-pesan dakwah Islam dalam
buku ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan’merupakan sesuatu yang
mendasaripembuatan buku ini. Sekaligus merupakan amanat yang ingin disampaikan
oleh penulis kepada pembacanya. Hampir semua kisah lewat paragraf demiparagraf
dalam buku tersebut memiliki pesan dakwah. Banyak karya sastra lain yang
beredar hanya untuk memenuhi selera pasar tanpa membawa gagasan yang mendidik
pembacanya. Karya-karya itu hanya berfungsi sebagai penghibur. Sedangkan karya
buku yang satu ini jelas mendasarkan pada membawa misi ajaran Islam yang
membawa pembacanya menuju arah yang sesuai dengan ajaran tujuan Islam.
Karya Salim A. Fillah memberi
contoh teladan yang ideal dan diidamkan, melalui cerita, kisah disampaikan
lewat alQur’an dan hadits Rosul serta kondisi remaja saat ini. Pembaca
diharapkan dapat mengambil hikmah dari semua pesan-pesan dakwah Islam yang
terkandung didalamnya. Karya ini berbeda dengan penampilan karya lainnya. Disini tersusun rapi
dengan bahasa yang tidak terlalu menyindir. Hanya diberi pemahaman lebih dewasa
bagaimana harus bersikap dan menyikapi cinta dan mengantisipasi nafsu berlebih.
Pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah buku ini mencakup berbagai polemik
remaja. Mulai dari tumbuh kembang yang dikatakan sebagai masa ‘lembab’.
Kerendahan hati remaja terhadaporang tua. Tidak perlu jauh-jauh untuk mencari
jati diri karena hal yang melekat dalam diri kita adalahjati diri yang
bagaimana semua mengembangkannya agar menjadi insan beradab bukan merugikan
banyak terlebih orang tua yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidik.
Hubungan antara manusia dengan
manusia dan manusia dengan Allah dibahas dengan menghadirkan sebuah katayaitu
cinta. Karena tidak selamanya cinta dapat disalah artikan. Cinta yang begitu
suci kalau ditelusuri akan bermakna bukan menambah masalah yang akan menyumbat
proses kehidupan.Dakwah Islam selalu bermakna mengajak umat manusia agar selalu
berjalan dijalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam bentuk apapun dakwah dapat
disampaikan baik lewat lisan, tulisan maupun perbuatan pada situasi dan kondisi
yang sedang dihadapi.
Teknik analisis yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah content analysis. Dalam buku Metodologi
Penelitian memberikan definisi tentang content analysis yang pengertiannya
ialah tekhnik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis.
Materi Ajaran Akhlaq
Penulis hanya akan menghadirkan
materi ajaran akhlaq dalam mengupas tema-tema dalam buku ‘Nikmatnya Pacaran
Setelah Pernikahan’. Setelah membandingkan ternyata dalam buku tersebut menarik
pesan akhlaq. Walaupunhubungan akhlaq dengan ajaran lainnya tidak dapat
dipisahkan, dengan tidak mengurangi pembahasan yang mengambang lebih baiknya
penulis lebih menspesifikasikan pada ajaran akhlaq. Penulis telah membahas pula tentang akhlaq
pada bab II dengan jelas dan mendetail. Maka tidak perlu penulis ulas kembali.
Dalam buku “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”terdapat tiga bagian.
Masing-masing bagian terdiri dari tiga bab. Penulis akan menelaahpesan yang
terkandung pada masing-masing bagian.
Ketika Cinta Hadir
Tema pertama dalam buku
“Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan” adalah ‘Sup Kaldu yang Bumbunya Dimakan
Dulu’. Ada tiga bab:
a. Saat dirimu hadir.
b. Jujurlah padaku ini cinta atau nafsu.
c. Robbi, Selamatkan saudaraku yang kucintai
dari sahabat yang dicintainya dengan cintaMu.
Tema diatas berbicara tentang
cinta.Cinta yang dianugerahkan oleh Allah jangan sampai tercemar oleh nafsu
setan. Dengan cara mengingatkan akan cinta yang diberikan Allah SWT pada kita
semua baik cinta padaNya juga sesama manusia. Hubungan kiasan seperti ini yaitu
ungkapan cinta. Biladitujukan pada Allah akan berbicara masalah
tasawuf.Sebenarnya ajaran tasawuf berhubungan erat dengan akhlaq, karena ketika
mempelajarinya ternyata pula bahwa al-Qur’an dan al-Hadits mementingkan akhlaq.
Segala bentuk ibadah yang berhubungan dengan tasawuf ternyata erat hubungannya
dengan akhlaq pula.
Sebelum manusia menyembah Allah
atau manusia mencintai seseorang berawal dari pengenalan. Mengenal Allah akan
memahami mengapa harus disembah dan beribadah untukNya. Dengan pula berbuat
baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah ajaran amr ma’ruf nahi munkar,
mengajak pada kebaikan dan mencegah dari hal-hal yang melanggar agama. Manusia
yang bertakwa ialah berakhlaq mulia. Cinta yang diberikan pada Allah bila
digunakan untuk kemaslahatan akan timbul hal positif, dimana tidak ada lagi
peperangan hanya kedamaian.
Ada tamu tak diundang yang
tiba-tiba hadir meramaikan suasana hidup, ia datang membawa perubahan rasa
dengan jiwa muda kita. Saya tidak tahu sejak kapan warna merah muda
dinobatkansebagai warna cinta, tapi cinta kadang mengungkapan warna-warna baru
dalam perasaannya . Warna-warna yang belum dikeluarkan selama ia berpetualang
menjelajahi masa kanak-kanak.
Ah, sebelum itu semua mari kita.
Sedikit membaca diri kita akan berta’aruf (kenalan ) dengan kelembaban masa
remaja, apa saja sisi-sisi bahasanya, dan beberapa perak-peraknya. Untuk
apa?Agar saat ia hidup kita dengan sunggingan senyum syukur dan lantunan tahmid
menyambut, selamat datang…… cinta…” ya sebuah sambutan yang penuh
kedewasaan.
Dalam paragaraf diatas masa
remajamenurut sebagian orang adalah seorang yang menuntut bentuk-bentuk
kepuasan baru. Perubahan masa kanak-kanak telah mengantar ke usia dimana
berbagai perasaan dan cara pandangan baru terhadap lingkungan menjadikan
seseorang yang berbeda. Namun hal itu jangan menjadikan remaja dipandang
negatif. Walau mereka ‘berbeda’ arahkan perbedaan itu pada hal yang baik
terlebih dalam membina hubungan.
Semua sepakat bahwa masa remaja
adalah transisi dari kanak-kanak menuju kedewasaan terlalu banyak yang diucapkan
oleh kita lewat perkataan, namun tingkah laku akan diuji harus sesuai ajaran
Islam. Semua tergantung akhlaq masing-masing individu dalam remaja tidak
selamanya buruk. Hampir kita mencatat ada hal tertentu berkaitan dengan
perpindahan orientasi itu yang menghasilkan kebingungan-kebingungan, manja, agresif, pemarah dan afteksionalitas
atau kebutuhan menjalinhubungan. Hal itu menurut para remaja sebagai subjek,
menyusun predikat dan objek yang berbeda dengan hari yang telah lalu, saat
mereka masih menjadi anak-anak.
Dapat diungkapkan lewat
predikatnya tidak lagi hanya beberapa kata bermain dan objeknya bukan lagi
mobil-mobilan, mesti subjeknya sama – sama bernama Trilis, Tika, Lia, Ucup,
Conan atau Iwan. Remaja harus memiliki pegangan agar tidak salah kaprah dalam
kebingungan. Agar tidak muncul sifat-sifat dualisme dari kekanakan yang menajam
dan kedewasaan yang menjalin. Harus dihindari para remaja menginginkan
pengakuan bukan pada dirinya Sebuah pengakuan yang bukan lagi menyebut bapakku
ini, ayahku itu namun inilah diriku merasa dewasa yang penuh agresifitas dan
afeksionalitas, remaja memperlihatkan diri sendiri serta aktif mengambil peran
dalam menentukan masa depan dunia. Remaja yang memiliki makhluk sosial.
Seutuhnya yang berperan penting diantara manusia sekitarnya. Disisi lain, daya
topang kepribadian remaja belum mantap. Masih ada ego dan sisakemanjaan masa
kecil dapat mengubah ide-ide besar menjadi ambisi kekanak-kanakan.
Hal itu yang menyebutkan masa
remaja diartikan sebagai masa lembab berbagai karakter bisa tumbuh. Hanya
kepribadian remaja yang selalu diuji lewat pendidikan keluarga, pendidikan
formal dan lingkungan yang sangat erat dijalankan dalam hal ini teman- teman
seperjuangannya. Sekali lagi jangan sampai tergoda pada musuh besar manusia
yaitu setan.
Hanya jangan sampai remaja
menjadi munafik karena perkembangan pergaulan dari berbagai sisi banyak yang
mengharapkan agar remaja menjadi diri sendiri. Tidak salah arah komunikasi
antara orang tua dengan anak. Orang tua dapat memberi perhatian besar dengan
pendidikan sirah nabawi, kisah teladan para pendahulu yang mulia dari kalangan
para nabi, sahabat,tabi’in dan para ulama. Agar di usia remaja yang memerlukan
tokoh anutan, tidak kehilangan referensi.
Rasulullah SAW dapat dijadikan idola.
Seorang uswah tidak pantas hanya menjadi tulisan atau diteriakkan. Ucapan rosul
sebagai qudarahdapat orang tua contoh untuk mendidik putra-putri mereka
beranjak dewasa. Agar di masa lembab dengan tokoh anutannya. Saatnya untuk
memfokuskan dan merapatkan barisan demi tegaknya sendi Islam agar cinta yang di
anugerahkan Allah menjadi cinta panutan bagi generasi.
Tokoh anutan yang dapat melewati
masa mudanya, mengisi waktu luangnya, strateginya memecahkan masalah-masalah
pelik. Sikap dalam menghadapi tekanan-tekanan untuk membentuk jiwa
kepemimpinan, juga membangun persahabatan serta hal lain supaya remaja menjadi
seseorang manusia dewasa yang mampu memilih dan menelaah. Seperti yang peneliti
ungkapkan di awal, Rasulullah yang dari ucapan, sikap perbuatannya apapun itu
adalah tokoh utama sebagai dasar berpijak remaja. Cintanya yang tidak pernah
salah untuk seorang wanita bahkan lebih. Artinya:“ Sesunggunya telah ada pada
kalian, pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik. Bagi orang yang
mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan hari akhir. Dan dia banyakmengingat
Allah. ( Q.S Al-Ahzab:21 )
Akhlaq seorang remaja atau
manusia, tidak bisa hanya sekedar apa yang telah disampaikan dan diperbuat
dalam keseharian hanya manusia pribadi dan Allah SWT yang dapat mengukur
seberapa perbuatan baik ibadah seseorang. Namun orang lain ikut andil
menciptakan kesan bahwa menilai manusia mengimpletasikan keyakinan hatinya yang
diucapkan dengan amal perbuatan. Terlebih mengartikan cinta, lewat media apa
akan disalurkan cinta tersebut. Seseorang remaja lebih pandai untuk meramaikan
suasana hidup untuk menambah pengalaman. ketika cinta hadir,mulai berta’aruf
dengan mengucapkan lantunan tahmid untuk menyambut cinta tersebut. Artinya :
‘…Dan hendaklah kalian berbuat baik kepada ayah-bunda kalian dengan
sebaik-baiknya. Jika salah satu di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaan kalian, maka janganlah sekali-kali kalian
katakan, padanya UFF dan janganlah kalian bentak mereka. Ucapkanlah ‘sayap ketundukan’ kalian penuh
kasih sayang kepada mereka berdua. Dan ucapkanlah: Robbi, kasihanilah mereka
berdua…, sebagaimana mereka telah mentarbiyahku di waktu kecil.’(Q.S Al Israa’:
23-24).
Hubungan seorang remaja dengan
orang tua baik itu orang tua kandung maupun orang tua lain jangan sampai ada
pembatas, terlebih ketika mereka tidak lagi memahami kita sebagai remaja. Atau
saat para orang tua selalu memperlakukan anak-anaknya seperti anak kecil.
Sebaiknya sebagai remaja yang memiliki rasa peduli, bijaksana pada orang tua.
Bukan hanya menuntut untuk pemenuhan kebutuhan.
Orang tua yang bisa dikatakan
memiliki ‘jiwa muda’ adalah teman berdialog yang menyenangkan bagi para remaja.
Tidak perlu berburuk sangka pada orang tua bahwa mereka tidak akanbisa mengerti.
Semua dapat dilakukan dengan membangun terlebih dahulu ‘jiwa muda’. Sangat
sulit untuk memahami orang tua. Terlebih bila komunikasi dariawal sudah tidak
lancar. Namun, hal itu akan sangat menjanjikan masa remaja yang indah dari pada
kalau harus menutup diri pada orang tua. Lagi pula akan mengalami pikiran
negatif saat harus berinteraksi dengan orang tua.
Supaya tidak kaku membuka
komunikasi dengan orang tua, sebaiknya lebih membawa suasana yang ringan
dahulu. Tidak perlu menganggap orang tua harus ditakuti. Jangan hanya mengira
remajasaja yang mengalami krisis identitas, bahkan orang tua pun mengalaminya.
Bisa jadisaat mereka merasa tidak lagi di-orang tua-kan oleh anak-anaknya.
Memberi perhatian lebih dan
sukarela tanpa balasan ingin menuntut, memperlakukan orang tua akan membuka
masa depan lebih cerah. Setelah itu, bicaralah agar masing-masing lebih
memahami cara berfikir dan sudut pandang lawan bicara. Ada satu bahasa untuk
memudahkan ke saling-fahaman, seperti dengan bahasa iman dengan logat cinta.Cinta
remaja dengan orang tua karena cinta pada Allah SWT. Artinya: ’Allah, Yang
Menciptakan kalian dari keadaan lemah. Kemudian menjadikan sesudah kelemahan
itu kekuatan, lalu menjadikan kuat itu lemah kembali dan berubah…’(Q.S Ar
Ruum:54)
Siklus hidup yang ditetapkan
Allah itu berjalan sangat sempurna dalam diri kita. Periode kekuatan yang mulai
datang menghampiri, memberikan potensi dahsyat yang dibatasi waktu. Kalau tidak
cerdas mengelolanya menjadi gerak produktif, tentu tidak akan merasakan nikmatnya
usia muda. Hanya akan menjadi manusia lemah yang akan langsung pikun dan
beruban, tanpa pernah merasakan dan mensyukuri nikmatnya kekuatan.
Kekuatan memang tersembunyi,
hanya gerak yang mampu menunjukkan eksistensi kekuatan tersebut. Namun tidak
akan ada maknanya gerak itu kalau tidak digunakan untuk hal berguna.
Hanyamerugikan dan mencelakakan orang lain. Gerak adalah tanda kehidupan yang
mati itu tidak bergerakdan shalat tanpa gerak dinamakan shalat jenazah. Dengan
gerak pula ikan laut terselamatkan dari resapan kadar garam yang tinggi.
Pergerakan dalam bahasa Arab
disebut harakat, yang bagi orang Indonesia sangat penting untuk membuat
huruf-hurufhijaiyah terbaca. Har (a) kat pun kemudian berarti kehormatan diri,
berdampingan dengan kata martabat dan derajat. Kalau manusia ingin terdengar
dan terhormat di mata Allah, RosulNya, dan orang beriman, jangan pernah untuk
diam dan berpangku tangan, terlebih bila masih mampu berkarya, serta
menciptakan sesuatu yang berguna untuk orang lain paling tidak orang tua.
Karena dengan berkarya, bisa jadi itulah awal dari amal kita dicatat. Artinya
:‘…Beramallah, maka Allah akanmelihat karya kalian, juga RasulNyadan
orang-orang beriman…’(Q.S At Taubah:105). Siapapun yang tidak menyibukkan diri
dengan aktifitas duniawi, syaithan akan menyibukkan dengan aktifitas nerakawi.
Para pemuda-pemudi yang hanya penuh dengan angan, mengisi usia berfoya-foya,
dan menjadi budak syahwat yaitu tidak akan pernah terpuaskan. TerlebihIslam
tidak menyukai waktu luang yang digunakan tidak berguna. Semua yang Allah
berikan harus dimanfaatkan dengan baik.
Karunia yang Allah berikan berupa
potensi fisik, akaldan ruh selalu berharga untuk disia-siakan dalam kekufuran.
Kegiatan-kegitan yang dituntunkan Rosulullah berupa berkuda, berenang, melempar
atau memanah, bisa dialihkan dengan membaca, hafalan, diskusi, menulis atau
latihan orasi. Terlebih bila dilengkapi dengan puasa, tilawah, tahajjud, dan
dhuha yang dapat menjadi hiasan hidup. Menjadi remaja yang hidup penuhdengan
prestatif akan lebih membanggakan orang tua jadi harapan masyarakat dan suri
tauladan para sahabatnya. Bukannya untuk mendapat pujian berlebih, hanya agar
lebih bermanfaat jadi remaja.
Menjadi seorang remaja yang jadi
panutan memang tidak mudah. Terlebih bila debar cinta mulai datang. Agar cinta
tidak disalah artikan, sebaiknya kembalikan semua pada Allah. Memang, cinta
bisa saja menjadikan pengecut sebagai pemberani, yang bakhil jadi penderma,
bodoh jadi pintar, memfasihkan lidah, mempertajam pena para pengarang, menguatkan
si lemah, mencerdaskan serta mendatangkan kegembiraan dalam jiwa dan perasaan.
Hal-hal tersebut bisa saja terjadi. Padahal selama ini kata cinta begitu dekat
dengan nafsu, umbaran syahwat, dan perzinaan. Ini hanya dua kutub dalam
menerjemahkan makna cinta. Yang pertama bisa menjadi kemuliaan dunia akherat
ketika manajemen cinta, menempatkan kepada siapa dan atas apa suatu cinta,
didasari kesucian untuk menggapai ridhaAllah. Sementara yang kedua adalah
cermin konsep diri serta konsep hidup yang terkadang cinta bisa membuat jadi
tidak jelas, bahkan zhalim dalam memahami cinta.
Bagi para remaja, telah
menyiapkan diri mengumpulkan bekal untuk menyambut cinta. Agar bekal tersebut
membuat cinta penuh nikmat yang harus disyukuri, dan cinta itu patut untuk
disyukuri sebagai energi keshalihan dalam perjalanan menuju keridhaan Allah.
Bekal yang bila kita yakini akan menempatkan manusia di barisan depan pecinta
sejati, pecinta Allah, RosulNya dan pecinta kebenaran Islam. Mudah sekali
melafalkan kata cinta. Tanpa berfikir panjang sebuah ketertarikan dan rasa suka
pada lawan jenis yang segera menggerakkan lisan melafal kalimat Aku Cinta
Padamu. Tidak banyak yang tahu apa itu cinta, lebih sedikit pula orang yang
mencari tahu tentang hakekatnya.
Cinta akan lenyap dengan
lenyapnya sebab…(Ibnul Qayyim Al Jauziyah, dalam Raudhatul Muhibbin). Kaidah
cinta Ibnul Qayyim mengajarkan kita bahwa sebab adalah nyawa bagi cinta. Sebab
sembarangan hanya menumbuhkan cinta sembarangan. Cinta yang abadi memerlukan
sebab yang abadi, begitu kesimpulannya. Sebenarnya dusta jika berkata cintamu
abadi, padahal sebab cintamu hanya kecantikan fana, kekayaansementara, atau
perangai sandiwara. Cinta Allah ialah Pada Yang Maha Abadi,sebabnya pun abadi. Artinya:
‘(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tenteram.’(Q.S Ar Ra’d: 28).