Perlu ditekankan, dalam berdakwah
tidak selalu harus selalu lewat mimbar atau berorasi. Ada banyak pendekatan dan
nasehat serta praktek yang bisa ditularkan pada mad’u. Bahkan aktifitas mulia
seseorang dapat menjadi contoh banyak orang yang akan membawa pada kemaslahatan
umat. Dakwah yang memiliki barbagai
metode dan sarana, seperti lewat televisi, radio, majalah, surat kabar, buku,
novel, bulletin serta banyak hal lain yang bisa dijadikan sebagai media dakwah
yang bila semuanya disusun secara rapi dengan bahasa yang nyaman didengar
telinga serta dikemas lewat gaya menarik masyarakat bukan tidak mungkin, dakwah
akan lebih maju.
Buku-buku Islam kini bukan hal
sulit yang ingin didapat. Ada banyak buku-buku Islam hasil karya dari para
pemikir yang tidak luput dari referensi al Qur’an dan hadits. Karya sastra yang
juga menggoreskan kehidupan masyarakat dan umat pada saat ini. Sebuah kehidupan yang kental sekali dengan
kemasyarakatannya ingin dikemas dalam nilai Islam.
Buku sebagai salah satu media
dakwah yang bisa kapan saja dibaca dan tidak akan protes bila penikmatnya
berkomentar tentang isi didalamnya. Buku sebuah literature yang sering
digunakan da’i sebagai referensi dalam berdakwah. Buku pula yang tidak akan
habis dimakan jaman. Sebagai media dakwah, buku banyak memberikan manfaat lewat
saluran tertulisnya. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah dengan media
tulis ini lebih luas dari pada menggunakan media lesan, demikian juga waktu
yang dipergunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya.
Kapan saja dan dimana saja manusia dapat menikmati sajian dakwah secara
tertulis ini, setiap orang yang tidak buta aksara terjangkau oleh media
ini.Selain itu kesan yang diterima oleh mad’u dari kegiatan dakwah secara
tertulis akan lebih lama dan kuat bahkan dapat diulang-ulang sesuai dengan
kesempatan yang tersedia.
Kata media berasal dari bahasa
Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau
‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yangmembangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap. Mediare yang artinya ‘pengantara’. Maksudnya
pengantara atau sarana penghubung, atau alat yang digunakan. Media di dalam
komunikasi sebagai suatu pelaksanaan dakwah ialah alat yang digunakan sebagai
saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital yang
merupakan urat nadi dalam totalitas pelaksanaan komunikasi untuk tujuan dakwah.
Media dakwah banyak sekali, yang
masing-masing dapat dikelompokkan menjadi:(1). Lisan;(2). Tulisan;(3).
Lukisan;(4). Perbuatan. Namun yang akan dibahas peneliti adalah lewat tulisan
lebih spesifiknyaialah buku. Dakwah tulisan sebenarnya banyak sekali, bisa
lewat artikel, advertensi, berita, berkala, brokchure, buku, bulletin,
maklumat, perpustakaan, plakat, spanduk, surat kabar, dan taman bacaan.
Hamzah Ya’qub membagi wasilah
dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan
akhlak.
1.
Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan.
2.
Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku,
majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi), spanduk.
3.
Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur.
4.
Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang
indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televise, film
slide,OHP, internet.
5.
Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan
nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan
didengarkan oleh mad’u.
Oleh karena itu, tidak keliru
jika kini kegiatan dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Melalui
tulisan yang dikemas secara popular, dan dikirimkan lalu dimuat di media massa
seperti di koran, majalah, tabloid maupun bulletin, pesan dakwah dapat tersebar
dan diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung kepada
keluangan mad’u (objek dakwah).
Di samping itu, melalui tulisan
yang dimuat di media massa, tulisan dakwah dapat memberikan “warna dakwah”
terhadap pesan yang berkembang dewasa ini. Alangkah disayangkan jika suatu
media terpaksa menampilkan tulisan-tulisan yang kurang bermutu, apalagi yang “picisan” dan
“kekuning-kuningan” hanya karena jarangnya tulisan dakwah yang bermutu.