Di zaman industri maju saat
ini,pengcopy-an sebuah karya apapun bentuknya adalah kerja yang sangat mudah
dan murah. Apalagi bila kita bicara tekonologidigital. Saat ini meski banyak
undang-undang telah dibuat untuk membela pemilik copy right, pengcopy-an semua
bentuk informasi dalam format digital adalah sebuah keniscayaan. Silahkan
perhatiakan semua peralatan elektronik di sekeliling kita.
Semua PC (komputer) dilengkapi
dengan floppy disk, CDRW, dan kini flash disksudah sangat memasyarakat, sarana
paling mudah untuk meng-copy. Radio Tape dan VCR yang ada di rumah-rumah pun
dilengkapi dengan tombol (rec) untuk merekam. Mesin photo copy dijual secara
resmi dan itu adalah sarana pencopyan paling populer. Koran dan majalah kini terbit
di Internet dimana seluruh orang dapat mem-browse, yang secara teknik semua
yang telah dibrowse itu pasti ter-copy secara otomatis ke PC atau ke Hardisk.
Artinya secara tekonologi, fasilitas untuk mengcopy suatu informasi pada sebuah
media memang tersedia dan menjadi kelaziman. Dan pengcopy-an adalah sebuah hal
yang tidak mungkin dihindari.
Para penjual maupun penyedia jasa
instalkomputer bisa dengan mudah mendapatkan software(ilegal). Mereka
mendapatkan software windowsdari
mengcopy CD windowsaslinya (original) dan mencari key number (nomor seri) dari
internetbahkan ada juga yang membeli CD windows beserta dengan key number yang
tentunya ilegal alias bajakan.
Barangkali para pengguna produk
bajakan (softwaretanpa lisensi) ingin beralasan bahwa Microsoft itu kan milik
orang non muslim. Atau beralasan bahwa produk asli itu kan mahal sekali
sehingga tidak mampu untuk membelinya sehingga menjadi darurat. Hukum darurat
itu hanya berlaku bila tidak ada alternatif lainnya yang bisa menjadi solusi
dalam suatu perkara. Itu pun tetap dalam batas yang diperlukan saja. Sedangkan
dalam kasus softwaredan sistem operasi
komputer, masih banyak pilihan lainnya yang bisa dilakukan dan nyaris tanpa
biaya alias gratis. Diantaranya yaitu berhijrah dari windows ke Linux.
Sehingga kalau kita mau beralihke
produk opensource, memakai produk opensource akan memberi peluang yang sangat
besar kepada kemandirian kita terhadap orang lain. Tidak hanya bagi
penggunanya, namun juga bagi pengembang IT yang lain. Akhirnya, kita bisa punya
sistem milik kita sendiri. Iran sudah punya Parsix. Turki sudah ada Turkix.
Arab punya Arabian Linux. Kenapa kita tidak ciptakan milik kita sendiri. Tentu
saja, setiap perpindahan atauperubahan atau pergerakan butuh yang namanya
perencanaan. Tidak bisa kita dengan serta merta langsung beralih ke produk
opensource dengan begitu saja. Yang pertama, tentu saja kita harus menghitung
dengan cermat apa yang sebenarnya kita butuhkan dari sebuah sistem komputer.
Apakah kita butuh multimedia, office application, disain grafis, photo editing,
ataukah kita butuh aplikasi khusus perancangan semacam VeriCAD atau QCAD ?
Terus, kita juga harus berpikir, sistem open source apakah yang paling cocok
dengan kebutuhan kita. Selanjutnya, kita juga harus berpikir, bagaimana
caranyamemindahkan data yang sudah ada ke dalam sistem yang baru. Kemudian,
pikirkan juga bagaimana biaya dan risiko perawatan sistem yang baru ini.
Terakhir, kita harus memikirkan bagaimana pengguna bisa membiasakan diri dengan
sistem yang baru, alias bagaimana kita melatih mereka menggunakan sistem yang
baru. Penyesuaiannya tidak akan sulit untuk memilih sistem opensource yang
cocok. Kalau ternyata komputernya ternyata banyak, inilah yang butuh
perencanaan ahli yang berpengalaman. Setahu saya, institusi yang paling susah
pindah adalah mereka yang punya sistem informasi yang berjalan di Windows.
Mereka harus menunggu sampai ada pengganti untuk sistem yang lain, baru mereka
bisa pindah ke sistem lain tersebut.
Ternyata, memang tidak mudah
untuk berpindah ke sistem opensource tidak hanya butuh perencanaan, tapi juga
tahapan terutama bagi tingkat pemula. Dalam salah satu blog di internet
dijelaskan beberapa tahapan yang bisa kita lakukan adalah :
1.
Tahapan pertama dalam proses perpindahan, adalah dual
boot yaitu mencoba Windows dan Linux atau software freewarelain sekalian dalam
satu harddisk.
2.
Tahapan kedua, tentu saja membiasakan diri menggunakan
Linux dan sedikit demi sedikit meninggalkan windows.
3.
Tahapan ketiga memutuskan untuk tidak menggunakan
Windows lagi dan tetap bertahan dengan Linux.