Apabila menyimak pemikiran M.
Quraish Shihab tentang sabar, maka dapat dikatakan bahwa pemikirannya sangat
relevan dengan kesehatan mental, karena sabar itu bagian dari metode untuk
membentuk mental yang sehat. Hal ini sebagaimana pendapat Muhammad Utsman
Najati bahwa sabar merupakan indikator kesehatan mental karena dalam sabar
tersirat kemampuan individu memikul kesulitan hidup, tegar dalam menghadapi
berbagai bencana dan cobaan hidup. Ia tidak menjadi lemah, tidak terpuruk, dan
tidak diliputi keputusasaan.
Orang yang sanggup menghadapi
berbagai cobaan dan situasi sulit dengan kesabaran adalah orang yang memiliki
kepribadian paripurna dan bisa menikmati tingkat kesehatan mentalyang baik.
Dalam banyak ayat, Allah Ta'ala telah berpesan untuk bersikap sabar.Artinya:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
Sabar itu haruslah diterapkan dalam
segala bidang-kehidupan. Tidak hanya dalam menghadapi malapetaka (musibah)
saja. Itu hanyalah merupakan salah satu diantara bidang-bidang itu. Sebagai
contoh pada bidang-bidang mana harus diterapkan sikap sabar itu, dijelaskan di
dalam Al-Quran Sabar itu harus diterapkan paling tidak pada lima macam, yaitu :
1)
Sabar dalam beribadat. Sabar mengerjakan ibadat ialah
dengan tekun mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata-tertib
ibadah itu. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan tiga hal, yaitu; a.
Sebelum melakukan ibadah. Harus dibuhul niat yang suci ikhlas,
semata-mata beribadah karena taat kepada Allah; b. Sedang melakukan ibadah. Janganlah lalai
memenuhi syarat-syarat, jangan malas mengerjakan tata-tertibnya. Seumpama
mengerjakan shalat, janganlah melakukan sembahyang "cotok ayam'', yaitu
seperti ayam yang sedang mencotok padi, main cepat-cepat dan kilat saja. Yang
dikerjakan hanya yang wajib-wajibnya saja, sedang yang sunnat-sunnat
ditinggalkan. Pada hal tidak ada yang akan diburu atau yang mendesak. c. Sesudah selesai beribadah. Jangan bersikap
ria, menceriterakan ke kiri dan ke kanan tentang ibadah atau amal yang
dikerjakan, dengan maksud supaya mendapat sanjungan dan pujian manusia.
2)
Sabar ditimpa malapetaka. Sabar ditimpa malapetaka atau
musibah ialah teguh hati ketika mendapat cobaan, baik yang berbentuk
kemiskinan, maupun berupa kematian, kejatuhan, kecelakaan, diserang penyakit dan lain-lain sebagainya.
Kalau malapetaka itu tidak dihadapi dengan kesabaran, maka akan terasa tekanannya
terhadap jasmaniah maupun rohaniah. Badan semakin lemah dan lemas, hati semakin
kecil. Timbullah kegelisahan, kecemasan, panik dan akhirnya putus-asa. Malah
kadang-kadang ada pula yang nekad dan gelap mata mengambil putusan yang tragis,
seumpama membunuh diri.
3)
Sabar terhadap kehidupan dunia. Sabar terhadap
kehidupan dunia (as-shabru 'aniddunya) ialah sabar terhadap tipudaya dunia,
jangan sampai terpaut hati kepada kenikmatan hidup di dunia ini. Dunia ini
adalah jembatan untuk kehidupan yang abadi, kehidupan akhirat. Banyak orang
yang terpesona terhadap kemewahan hidup dunia. Dilampiaskannya hawa nafsunya,
hidup berlebih-lebihan, rakus, tamak dan lain-lain sehingga tidak memperdulikan
mana yang halal dan mana yang haram, malah kadang-kadang merusak dan merugikan
kepada orang lain. Kehidupan di dunia ini janganlah dijadikan tujuan, tapi
hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal.
Memang, tabiat manusia condong kepada kenikmatan hidup lahiriah, kehidupan yang
nyata dilihat oleh mata dan dinikmati oleh indera-indera yang lain. Tak ubahnya
seperti orang yang meminum air laut, semakin diminum semakin haus. Untuk ini
diperlukan kesabaran menghadapinya.
4)
Sabar terhadap maksiat. Sabar terhadap maksiat ini
ialah mengendalikan diri supaya jangan melakukan perbuatan maksiat. Tarikan
untuk mengerjakan maksiat itu sangat kuat sekali mempengaruhi manusia, sebab
senantiasa digoda dan didorong oleh iblis. Iblis itu bertindak laksana kipas
yang terus menerus pengipas-ngipas api yang kecil, sehingga akhirnya menjadi
besar merembet dan menjilat-jilat ke tempat lain. Kalau api sudah semakin
besar, maka sukar lagi memadamkannya. Sabar terhadap maksiat itu bukanlah
mengenai diri sendiri saja, tapi juga mengenai diri orang yang lain. Yaitu,
berusaha supaya orang lain juga jangan sampai terperosok ke jurang kemaksiatan,
dengan melakukan: amar makruf, nahi munkar. Yakni, menyuruh manusia melakukan
kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan yang salah dan buruk.
5)
Sabar dalam perjuangan. Sabar dalam perjuangan ialah
dengan menyadari sepenuhnya, bahwa setiap perjuangan mengalami masa upand dawn,
masa-naik dan masa-jatuh, masa-menang dan masa-kalah. Kalau perjuangan belum
berhasil, atau sudah nyata mengalami kekalahan, hendaklah berlaku sabar
menerima kenyataan itu. Sabar dengan arti tidak putus harapan, tidak patah
semangat. Harus berusaha menyusun kekuatan kembali, melakukan introspeksi
(mawasdiri) tentang sebab-sebab kekalahan dan menarik pelajaran daripadanya.
Jika perjuangan berhasil atau
menang, harus pula sabar mengendalikan emosi-emosi buruk yang biasanya timbul
sebagai akibat kemenangan itu, seperti sombong, congkak, berlaku kejam,
membalas dendam dan lain-lain. Sabar disini harus diliputi oleh perasaan
syukur. Apabila sesuatu perjuangan dikendalikan oleh sifat kesabaran, maka
dengan sendirinya akan timbul ketelitian, kewaspadaan, usaha-usaha yang
bersifat konsolidasi dan lain-lain. Orang yang tidak sabar dalam perjuangan
kerap kali mundur di tengahjalan atau setelah sampai di medan juang, kalah sebelum
mengangkat senjata dalam medan tempur Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah
ditegaskan bahwa konsep M. Quraish Shihab yang menyuruh manusia untuk sabar
sangat relevan dengan kesehatan mental karena dengan sabar maka dapat membentuk
manusia yang bermental sehat.
Al-Quran mengajak kaum muslimin
agar berhias diri dengan kesabaran. Sebab, kesabaran mempunyai faedah yang
besar dalam membina jiwa, memantapkan kepribadian, meningkatkan kekuatan
manusia dalam menahan penderitaan, memperbaharui kekuatan manusia dalam
menghadapi berbagai problem hidup, beban hidup, musibah, dan bencana, serta
menggerakkan kesanggupannya untuk terus-menerus berjihad dalam rangka
meninggikan kalimah Allah SWT.
Seorang mukmin yang sabar tidak
akan berkeluh kesah dalam menghadapi segala kesusahan yang menimpanya serta
tidak akan menjadi lemah atau jatuh gara-gara musibah dan bencana yang
menderanya. Allah SWT. telah mewasiatkan .kesabaran kepadanya serta mengajari
bahwa apa pun yang menimpanya pada kehidupan dunia hanyalah merupakan cobaan
dari-Nya supaya diketahui orang-orang yang bersabar.
Kesabaran mengajari manusia
ketekunan dalam bekerja serta mengerahkan kemampuan untuk merealisasikan
tujuan-tujuan amaliah dan ilmiahnya. Sesungguhnya sebagian besar tujuan hidup
manusia, baik di bidang kehidupan misalnya sosial, ekonomi, dan politik maupun
dl bidang penelitian ilmiah, membutuhkan banyak waktu dan banyak kesungguhan.
Oleh sebab itu, ketekunan dalam mencurahkan kesungguhan serta kesabaran dalam
menghadapi kesulitan pekerjaan dan penelitian merupakan karakter penting untuk
meraih kesuksesan dan mewujudkan tujuan-tujuan luhur.
Apabila seseorang bersabar dalam
memikul kesulitan dan musibah hidup, bersabar dalam gangguan dan permusuhan
orang lain, bersabar dalam beribadah, dan taat kepada Allah SWT, maka mentalnya
akan sehat. Sabar dalam melawan syahwat, bersabar dalam bekerja dan berkarya,
ia tergolong orang yang memiliki kepribadian yang matang, seimbang, paripurna,
kreatif, dan aktif. Selain itu, ia juga menjadi orang yang terlindung dari
kegelisahan dan aman dari gangguan-gangguan kejiwaan.