Akhlak Rasulullah yang mulia diakuioleh seluruh umat Islam di belahan dunia manapun bahkan Al Quran menerangkannya. Hadist-hadist Rasulullah dapat menjadi pelajaran berharga bagi manusia walaupun manusia itu pernah mengalami sebuah kegagalan. Awalnya dariniat , karena Allah memang selalu mengawasi niat yang terbersit untuk dijadikan pertanyaan pertanggung jawaban. Juga karena Allah meletakkan karunia balasan pada niat yang diteguhkan. sesuai pada sebuah Hadits:“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya dan bagi tiap-tiap orang terdapat balasan sesuai dengan niatnya….”( HR Al-Bukhari dan Muslim).
Awalnya semua hal dariniat. Niat ketika berazzamuntuk segera menjalani kebersamaan suci dalam naungan ridha Ilahi. Ketika menetapkan kriteria pasangan pun dengan niat. Tidak ada pula untuk memulai sebuah proses yang bersih tanpa interaksi yang mubadzir dan merusak hati. Semua bila diawali dengan niat baik, hasilnya akan baik.
Sebaiknya untuk menikahi seseorang yang ditunjuk bagi diri seseorang adalah benar-benar yang memiliki ketaqwaan dan akhlak karena Allah. Bukan karena ingin di pamerkan atau termotivasi. Cinta yang suci butuh sebuah pengorbanan hingga suatu saat nanti Allah akan memilih pasangan yang tepat untuk dunia dan akhirat. Tidak ada yang lebih indah di dunia ini dari akhlaq seseorang yang berjihad di jalan Allah. Kalau memang sudah menemukan, segera muliakan dengan niat. Hal itu harus berdasarkan cinta agar tidak ada rasa sakit hati di kemudian hari.
Rasulullah begitu besar rasa cinta pada isteri. Cinta akan menumbuhkan kepercayaan dan saling pengertian. Bukan curiga berlebihan, penyelesaian segala masalah di pecahkan bersama. Tidak perlu mengungkit permasalahan yang telah lalu karena Allah memang sudah menutupnya. Mencari aib keluarga bukan jalan keluar yang adil. Komunikasi dan kasih sayang serta perhatian sangat baik untuk dijalankan. Ada sebuah kisah untuk mengawali komunikasi bukan amarah yang tidak adil hingga menyakiti sepihak atau memata-matai tanpa harus didiskusikan. “ Ummu Salamah Binti Milhan namawanita itu ia yang dinikahi Abu Thalhah Al Anshari dengan mahar ke Islaman calon suaminya. Kisah agung pernikahan suci mereka berlanjut hingga saat mereka sah sudah dikaruniai putra. Parapenulis hadist mengabdikan kisah singkatnya putra semata wayang dari kedua pasangan mulia ini, suatu hari putra Abu Thalhah dan ummu Sulaim sakit keras semakin hari semakin parah saja. Tampaknya, sedangkan Abu Thalhah harus tetap menjalankan usaha perniagannya. Allah berkehendak mengambil kembali anak kecil itu dari hadapan Abu Thalhah dan Umu Sulaim. Ketika sang ayah tidak ada dirumah.
Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, “janganlah kalian memberi tahukan kepada Abu Thalhah akankematian putra kesayangannya. Biar aku sendiri yang akan menyampaikannya.” Jasad sang putera pun ditempatkan di ruangan tertutup. Kemudia Ummu Sulaim mengenakan busananya yang paling bagus. Dia merias dirinya secantik mungkin dan memasak makanan istimewa kesukaan Abu Thalhah, ketika pulang , Abu Thalhah segera menanyakan bagaimana keadaan sang petera yang ditinggalkan dalam kondisi sakit.
Ummu Sulaim menjawab. “ Dia sekarang jauh lebih tenang dari pada sebelumnya. “ jawab ini sangat melegakan bagi Abu thalhah, padahal itu yang dimaksud ummu Sulaim jauh lebih tenang dari yang sebelumnya berbeda pemahaman Abu Thalhah. Karena merasa tenang naka Abu Thalhah menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh isterinya. Setelah itu sang isteri memperlakukan ya dengan sangat mesra layanya pengantin baru. Lalu “Shadaqohpun selesai ditunaikan Abu Thalhah hingga ia merasa tenang dan tentram, luar biasa wanita ini, ia pun sebenarnya dirundung duka begitu dalam tetapi ia ingin agar beban kesedihan dan nestapa yang akan segara didengar suaminya agak terkurangi dengan sambutannya malam ini.
“ Wahai Abu Thalhah …”. Kata Ummu Sulaim kemudian. ‘ bagaimana pendapatmu, sekiranya ada orang yang menitipkan sesuatu kepada orang lain untuk suatu masa tertentu. Kemudian ketika si pemilik itu hendak mengambil barangnya kembali, patutkah jika orang yang dititipi barang itu keberatan.
“ Sebenarnya tidak boleh begitu kataAbu Thaltah . “ ia menjawab untuk segera mengembalikan barang itu kepada pemiliknya dengan penuh keikhlasan bukankah barang itu memang bukan miliknya. Ummu Sulaim kemudian mengatakan”, kalau begitu ketahuilah bahwa putra kita adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Ikhlaskanlah putramu karena kini sang pemilik telah mengambil barang titipannya. Abu Thalhah marah dan dongkol sekali. Bagaimana bisa tadi dia makan dengan sangat lahap kemudian bermesraan bagaikan pengantin baru padahal putra terkasihnya terbujur kaku di kamar sebelah. “ mengapa baru sekarang kau katakan ? Mengapa sejak tadi kau diam saja ? sampai-sampai keadaan kita berdua sudah seperti ini.
Paginya dengan menahan kesalihan, keharusan dan kejengkelan pada isterinya, Abu Thalhah pergi dengan menahan kesalihan, keharusan dan kejengkelan pada isterinya Abu thalhah pergi menemui Rosulullah Shalalhu alaihi wasalam. Dia laporkan apa yang telah dilakukan Umu Sulaim kepadanya. Sungguh agung, rasullullah mulia itu justru bersabda. “ Pengantinnankah kalian berdua semalam? mudah-mudahan Allah memberikan barokahNya untuk kalianberdua pada malam yang telah kalian lalui bersama.”
Benartah yang beliau sabdakan tak lama kemudian Ummu Sulaim mengandung dan ketika lahir sang bayi ini diberi nama Abdullah. Perawi hadist ini berkomentar “Aku telah mendapatkan informasi bahwa Abdullah memiliki sembilan orang putera yang kesemuanya adalah dari penghafal Al Quran. Inilah barokah malam itu. Inilah yang dilahirkan oleh seorang wanita mudmainah lagi shalikhah.” (HR Al bukharim muslim dan Abu Daud).
Pelajaran ini begitu indah bila untuk dilupakan begitu saja, ketegaran seorang isteri seperti Ummu Sulaimdan kecerdasannya menyikapi kondisi, sangat luar biasa. Ummu Sulaim tidak mudah panik, meratap dan pilu mendapati kematian putra kesayangannya. Justru menjadi orang yang paling tenang dan menenangkan orang yang paling kuat dan menguatkan orang yang paling tegar dan meneguhkan.
Dapat dibayangkan bila terjadi padadiri kita yang sudah lelah dari berpergian, lalu didepan ada wanita yang menangis tanpatahu sebabnya. Ummu Sulaim Radhiyallahu Anhu. Akhlaq yang dimiliki Ummu Sulaim menjadi akhlaq yang perlu dicontoh, kebaikannya. Ummu tidak berkata apapun terlebih menangis meraung didepan suaminya yang sedang sangat lelah., dipenuhi kekhawatiran dan gelisah. Justru dihidangkan yang terbaik, berdandan dengan sangat cantik serta memberikan waktu dan dirinya agar sang suami kenyang dan tenang, puas dan rilek. dalam kondisi emosi suami yang paling stabil, baru menyampaikan berita tersebut dengan bahasa yang sangat empatik.
Salah satu yang membedakan ikatan suci pernikahan Islam dengan yang lain, yang mengangkatnya ke ketinggian ufuk ukhrawi adalah bahwa ikatan ini merupakan inspirasi meraih jodoh. Akan mengangkat dan menyatukan bagi mereka yang sadar dalam keterkaitan kebutuhan biologis, psikologis ataupun logis tetapi juga memiliki makna akan kebutuhan masa depan yang lebih baik.
Cara mu’min memandang masa depan, bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan tetapi pintu menuju masatunggu dan kehidupan baru. Menunggu hingga seorang mu’min dibangkitkan dengan gembira dan seorang kafir dibangkitkan sengsara. Buku ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan’, judul yang benar-benar bahasa dakwahnya untuk masyarakat. Betapa sebenarnya mewakili rasa ketersinggungan atas penyalahgunaan makna cinta, untuk menjaga dan mengajak kesucian bagi yang sedang menanti pernikahan.