AL-Qur’an berulang-ulang menggerakkan dan mendorong perhatian
manusia dengan bermacam cara, supaya manusia mempergunakan akalnya.
Ada secara tegas, perintah mempergunakan akal dan ada pula berupa
pertanyaan, mengapa seseorang tidak mempergunakan akalnya. Selanjutnya
diterangkan pula, bahwa segala benda di langit dan di bumi menjadi bukti
kebenaran tentang kekuasaan, kemurahan dan kebijaksanaan Tuhan, hanya
oleh kaum yang mempergunakan akalnya. Disuruhnya manusia mengadakan
perjalanan, supaya akal dan pikirannya tumbuh dan berkembang.
Timbulnya
perpecahan antara satu golongan sesamanya, disebutkan karena mereka tidak
mempergunakan akalnya.
Dalam kehidupannya, manusia sering menghadapi berbagai masalah.
Di mana masalah tersebut harus dipecahkan. Tanpa adanya pemikiran yang
sehat dan jernih, manusia tidak akan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Manusia mempunyai akal yang dibuat untuk berfikir untuk menyejahterakan
kehidupannya. Akal sangat berfungsi dalam kehidupan ini, di antaranya
sebagai khalifah Illahi yang mengatur hidup dan kehidupan di dunia.
65
Kesejahteraan manusia hanya akan terwujud bila dia mempergunakan akalnya.
Menurut hemat penulis, akal adalah suatu kekuatan yang
tersembunyi yang dengannya segala sesuatu dapat diserap. Karena akal
mempunyai fungsi membedakan sesuatu yang benar dan salah, bersih dan
kotor, bermanfaat dan bermadharat, baik dan buruk. Dengan akal pula kita
bisa merancang sebuah kurikulum-kurikulum baru dalam pendidikan. Dengan
akal kita mengetahui sesuatu yang dapat mengangkat derajat dan sesuai
dengan kehidupan serta mencapai apa yang diinginkan. Tanpa akal kita seperti
hewan tidak berakal atau orang gila. Oleh karena itu, pandangan al-Qur’an
terhadap akal ialah akal pada asalnya mempunyai fitrah yang baik yang
mengakui keesaan Allah dan menjadi sumber kebaikan.
Islam memerintahkan agar dengan kemampuan akalnya manusia
mengamati kelakuan alam, melalui observasiyang kritis dan sistematis akan
terkumpul data penelitian empirik.
Dari pernyataan ini, akal manusia akan
bermanfaat penuh, untuk mengoptimalkan daya pikirnya. Karena Allah SWT.
tidak menciptakan sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali ciptaan itu
bermanfaat. Dengan demikian, bila manusia selalu berdzikir dan bertafakkur
kepada Allah, maka akal manusia akan bermanfaat baginya. Akal adalah salah
satu sarana untuk mengenal Allah. Fungsi akal adalah untuk berfikir dan
merenung. Seseorang yang memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an akan
menemukan banyak sekali ayat al-Qur’an yang menggugah akal untuk berfikir
dan merenung, sehingga akan sampai pada hakekat kebenaran yang tidak
diragukan lagi. Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT QS. 16 / an-Nahl: 10-
12.
1. Redaksi Ayat
Dia-lah, Yang telah menurunkanair hujan dari langit untuk
kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (
menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembala ternakmu. Dia menumbuhkan
bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun,
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan
malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-
bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaumyang memahami (nya). (QS.
An-Nahl: 10-12).
67
2. Asbabun Nuzul
Penulis hanya menemukan asbabun nuzul ayat satu, yaitu dalam
suatu riwayat dikemukakan, ketika turun ayat, ‘ata amrullah.......(telah
pasti datangnya Allah ...) (QS 16/An-Nahl:1), gelisahlah hati para sahabat
rasulullah maka turunlah lanjutan ayat tersebut yaitu........ falaa tasta’jiluh
........ (....... maka janganlah kamu meminta agar diserahkan datangnya
......... ), sehingga merekapun merasa tentram kembali.
68
Dalam riwayat lain, dikemukakan ketika turun ayat, ‘ata
amrullah..........(telah pasti datangnya ketetapan Allah ...) (QS. 16/An-
Nahl:1), para sahabat berdiri maka turunlah kelanjutanayat tersebut falaa
tasta’jiluh ...........(....maka janganlah kamu meminta agar disegerahkan
datangnya ......... ).
69
3. Munasabah
Adapun munasabah ayat ini dengan ayat yang lalu menjelaskan
tentang bukti-bukti kebesaran Allah dalam kehidupan alam semesta,
bahwa alam itu merupakan satu kesatuan yang membuktikan kekuasaan
Sang Pencipta.
70
4. Penjelasan Ayat
Dalam tafsir al-Misbah ayat 10-13 adalah rincian argumentasi
keesaan Allah SWT. sekaligus tentang aneka nikmat-Nya. Kalau ayat yang
lalu berbicara tentang manusia dan binatang, maka di sini diuraikan
tentang tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan pangan dan kebutuhan
manusia dan binatang.
71
Ayat 10 juga mengingatkan manusia dengan
tujuan agar mereka mensyukuri Allah dan memanfaatkan dengan baik
anugerah-Nya, yakni air hujan untuk dimanfaatkan bagi manusia.
Sebagiannya menjadi minuman dan sebagian yang lainnya menyuburkan
tumbuh-tumbuhan.
Ayat 11 menjelaskan beberapa yang paling manfaat atau populer
dalam masyarakat Arab tempat di mana turunnya al-Qur’an, dengan
menyatakan bahwa Allah telah menumbuhkan tanaman-tanaman dengan
air hujan; dari yang paling cepat layu sampai dengan yang paling panjang
usianya dan paling banyak manfaatnya. Dia menumbuhkan zaitun, salah
satu pohon yang panjang usianya, demikian juga kurma, yang dapat
dimakan mentah atau matang, mudah dipetik dan sangat bergizi.
73
Ayat 12 menguraikan tentang nikmat Allah yang bersumber dari
langit, yaitu menundukkan malam sehingga dijadikannya gelap, agar kamu
dapat beristirahat dan menundukkan siang, sehingga menjadi terang agar
kamu dapat giat bekerja. Bahkan Allah telah menundukkan matahari yang
dapat kamu manfaatkan kehangatan dan sinarnya, dan bulan agar kamu
mengetahui jumlah tahun dan perhitungan, selanjutnya semua bintang-
bintang ditundukkan untuk kemaslahatan kamu antara lain dengan melihat
posisi bintang-bintang itu kamu mendapat petunjuk arah dalam
kegelapan.
Sesungguhnya semua itu terdapattanda-tanda bagi manusia
yang berakal yaitu yang mau memanfaatkkan akal yang dikaruniakan
Allah kepadanya.
Berdasarkan ayat 10-12 mengingatkan manusia untuk selalu
berfikir dan memanfaatkan apa yang Allah berikan di alam ini untuk di
manfaatkan sebaik mungkin, karena semua itu terdapat tanda bagi orang
yang berakal. Adanya kesatuan langit dan bumi, pergeseran musim,
berkaitannya kehidupan di dunia dengan turunnya hujan, sangkut paut
hidup antar sesama manusia di bumi ini, dengan merenung atau berfikir
atau menggunakan akal akan hal-hal tersebut maka akan sampai kepada
kesadaran bahwa kita tidaklah berdiri sendiri di alam ini, melainkan bahwa
semua ini ada penciptanya. Dengan demikian kita akan mengenal Allah
melalui ciptaan-Nya. Dengan menggunakan akal pikirannya manusia tidak
pernah berhenti meneliti alam semesta ini, manusia berhasil merubah
wajah dunia dan struktur kehidupan di atasnya.
Kalau manusia tidak
menggunakan akalnya dengan baik, maka manusia akan tetap berada
dalam keterbelakangan. Dunia tidak akan berubah seperti sekarang ini,
andaikan manusia tidak mengaktifkan akal pikirannya. Manusia akan tetap
statis, tinggal dalam kejemuhan,beku tanpa perubahan dan tanpa
kemajuan.
Akal yang ada dalam diri manusia menurut ajaran Islam tidak boleh
bergerak dan berjalan tanpa bimbingan, tanpa petunjuk. Petunjuk itu
datangnya dari Allah berupa wahyu yang membetulkan akal dalam geraknya,
kalau terjerumus ke lembah hitam. Dalam hal ini, akal berfungsi sebagai
pengendali nafsu dan efisiensi dalam mencapai tujuan praktis seseorang.
75
Orang yang berakal akan memilikikesanggupan untuk mengelola dirinya
dengan baik, agar ia selalu terpelihara dari mengikuti hawa nafsu, berbuat
sesuatu yang dapat memecahkan dan memberikan kemudahan bagi orang lain,
dan sekaligus orang yang tajam perasaanbatinnya untuk merasakan sesuatu di
balik masalah yang dipikirkannya.
76
Allah telah memuliakan anak adam dengan akal dan menjadikan akal
sebagai syarat utama pembebanan syari’at kepada manusia. Manusia sebagai
“insan kamil” (manusia sempurna), dalam arti berbeda dengan makhluk Allah
lain yang tidak mempunyai akal, diperintahkan Allah untuk bertafakkur dan
menghayati Firman-Nya, dan Allah memerintahkan umatnya untuk
menggunakan akal mereka dengan berpikir bagaimana upaya membangun
bumi dan memperbaikinya demi tercapainya tujuan manusia sebagai khalifah
di muka bumi ini. Firman Allah QS.3 / Ali-Imran: 190-191.
1. Redaksi Ayat
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka. (QS. Ali-Imran: 190-191).
78
2. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul ayat 190 bahwa, Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa orang Quraish datang kepada orang Yahudi untuk
bertanya: “Mu’jizat apa yang dibawaMusa kepada kalian?” Mereka
menjawab: “Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian
mereka bertanya kepada kaum Nasrani: “Mu’jizat apa yang dibawa ‘Isa
kepada kalian?” Mereka menjawab: “Ia menyembuhkan orang buta sejak
lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit sopak, dan
menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap Nabi saw. dan
berkata: “Hai Muhammad, coba berdo’alah engkau kepada Rabb-mu agar
Gunung Shafa ini dijadikan emas”. Lalu Rasuluallah SAW. berdo’a. Maka
turunlah surat Ali Imran ayat 190, sebagai petunjuk untuk memperhatikan
apa yang telah ada, yang akan lebih besar manfaatnya bagi orang yang
menggunakan akal.
3. Munasabah
Munasabah dari ayat 190, ayat ini merupakan penutup surah Ali
Imran, ini antara lain terlihat padauraian-uraiannya yang bersifat umum.
Maka di sini Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya itu serta
memerintahkan agar memikirkannya, apalagi seperti dikemukakan pada
awal uraian surah ini bahwa tujuan utama surah Ali Imran adalah
membuktikan tentang Tauhid, keesaan dan kekuasaan Allah SWT.
sedangkan ayat 191, bahwa ayat ini dan ayat-ayat berikutnya menjelaskan
sebagian dari ciri-ciri siapa yang dinamai ulul albab, yang disebut pada
ayat yang lalu.
4. Penjelasan Ayat
Pada ayat tersebut dalam tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa
orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur
yakni mengingat Allah, dengan ucapan, dan atau hati dalam situasi dan
kondisi saat bekerja atau istirahat, sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan tafakkur, memikirkan ciptaan Allah, yakni
kejadian di alam semesta. Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai
kepada hikmah yang berada di balik proses mengingat (tazakkur) dan
berfikir (tafakkur), yaitu mengetahui, memahami, menghayati bahwa di
balik fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya
menunjukkan adanya Sang Pencipta, Allah SWT.
79
Muhammad Abduh
mengatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi,
pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan tentang
ke-Esaan Allah, yaitu adanya aturan yang dibuat-Nya serta karunia dan
berbagai manfaat yang terdapat di dalamnya.
Hal ini memperlihatkan
kepada fungsi akal sebagai alat untuk mengingat dan berfikir.
Melalui pemahaman yang dilakukan para mufassir terhadap ayat
Allah QS Ali Imran ayat 190-191, akan dapat dijumpai peran dan fungsi
akal secara lebih luas. Objek-objek yang dipikirkan akal dalam ayat
tersebut adalah al-khalq yang berarti batasan dan ketentuan yang
menunjukkan adanya keteraturan dan ketelitian, as-samawat, yaitu segala
sesuatu yang ada di atas kita dan terlihat dengan mata kepala, al-Ardl,
yaitu tempat di mana kehidupan berlangsung di atasnya, ikhtilaf al-lail wa
nahar, artinya pergantian siang dan malam secara beraturan, al–ayah
artinya dalil-dalil yang menunjukkan adanya Allah dan kekuasaannya.
81
Semua itu menjadi objek atau sasaran di mana akal memikirkan
dan mengingatnya. Tegasnya bahwa didalam penciptaan langit dan bumi
serta keindahan ketentuan dan keistimewaan penciptaannya, serta adanya
pergantian siang dan malam serta berjalannya waktu detik per-detik
sepanjang tahun, yang pengaruhnya tampak pada perubahan fisik dan
kecerdasan yang disebabkan pengaruh panasnya mataharidan dinginnya
malam, serta pengaruhnya pada binatang dan tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya adalah menunjukkan bukti kebesaran Allah dan kesempurnaan
ilmu-ilmu Allah. Hal ini perlu dikaji manusia, melalui upaya inilah
manusia dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup.
Dengan adanya potensi yang dimilikioleh akal itu sendiri, yaitu
selain berfungsi sebagai alat untuk mengingat, memahami, mengerti, juga
menahan, mengikat dan mengendalikanhawa nafsu. Melalui proses
memahami dan mengerti secara mendalam terhadap segala ciptaan Allah
sebagaimana dikemukakan pada surat ali-Imran ayat 190-191, manusia selain
akan menemukan berbagai temuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, juga akan membawa dirinya dekat dengan Allah. Dan melalui
proses menahan, mengikat dan mengendalikan hawa nafsunya membawa
manusia selalu berada di jalan yang benar, jauh dari kesesatan dan
kebinasaan.
83
Manusia mempunyai sifat pelupa dan acuh. Disamping itu, dalam
diri manusia terdapat hambatan-hambatan yang menyebabkan ia tidak mampu
mempergunakan akalnya dengan baik. Sifat acuh tak acuh dan pelupa yang
ada pada manusia itu menyebabkan ia terlena dalam impian. Lupa diri dan
lalai tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan di dunia ini.
Allah
memberikan petunjuk pada manusia yang berupa untuk membangunkan
manusia dari impiannya serta mengingatkan manusia itu akan arti eksistensi
sebagai makhluk di dunia.
Sementara sejauh mana akal itu akan berfungsi ataupun tidak, ia
bergantung terus kepada diri pemiliknya. Kalau manusia berusaha
menggunakan akalnya dengan baik makaakalnya akan tajam, kalau ia
menyimpan atau akal tersebut tidak digunakan untuk berfikir, maka akalnya
akan lembab dan berkarat. Tajam atau tumpulnya akal ini bergantung kepada
diri seseorang itu.
Akal sama seperti pisau, kalau tuannya rajin mengasah,
maka dia akan tajam. Kalau ia hanya disimpan dalam sarung, maka pisau itu
akan tumpul dan berkarat. Tidak mustahil lama kelamaan ia (patah) rusak.
Untuk mengasah akal manusia memerlukan “batu” seperti untuk mengasahkan
(menajamkan) parang atau pisau. Adapun batu untuk mengasah akal ialah isi
seluruh alam ini.
Sebagai makhluk yang berakal kita hendaklah menghayati,
memperhatikan, menyelidiki serta menggunakan seluruh isi alam ciptaan
Allah ini dengan berpanduan kepada ilmu-ilmu-Nya untuk kita menajamkan
akal kita. Dengan cara demikianlah akal kita akan tajam, dan dapat
mengetahui rahasia-rahasia Allah swt.sesungguhnya akal begitu penting dan
besar sekali peranannya kepada kita dalam usaha untuk mengenal diri dan
ma’rifat kepada Allah swt. jika akal dapat dikendalikan dengan baik, maka
bergunalah ia kepada kita. Jika tidak, maka sia-sialah Allah menganugerahkan
akal kepada kita.
Bila kita tidak dapat memanfaatkan akal yang berharga itu
maka hidup kita tak ubahlah seperti makhluk lain yang memang tidak berakal.
Pemahaman di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akal di ciptakan
Allah sebagai bekal manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia agar
dapat menjadi hidup dalam jalur yang benar. Sebagaimana kita ketahui,
betapapun hebatnya akal, Allah tetap memberi batasan-batasan terhadap akal.
Berkaitan dengan keterbatasan akal manusia ini di maksudkan agar manusia
tidak terlalu mendewakan atau melebih-lebihkan akal yang pada akhirnya
hanya membawa manusia kepada kesombongan. Dengan akal manusia
diharapkan mampu membangun kehidupan serta membaca ayat-ayat Allah
yang melingkupi kehidupannya.