Pendidikan Islam, tujuan akhirnyaadalah mengarahkan agar anak
didik menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah. Selain itu juga membina
dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama sekaligus
mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga peserta didik mampu mengamalkan
syari’at Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.
Peserta didik yang
didambakan dalam pendidikan Islam adalah menjadi insan kamil yaitu
manusia yang cerdas, mampu berpikirtetapi dapat menggunakan akalnya
dengan baik dan bertanggung jawab.
3
Dalam QS al-Anfal ayat 22 sudah
dijelaskan bahwa manusia yang mengabaikan potensi akal yang diberikan
(Allah) menempati derajat yang lebih rendah dari pada hewan., karena
manusia yang paling buruk di sisi Allah adalah orang yang tidak mau
mendengar, menuturkan dan memahami kebenaran.
Tanggung jawab di sini adalahtanggung jawab pendidikan
intelektual, maksudnya adalah pembentukan dan pembinaan berpikir anak
dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan hukum, peradaban
ilmiah, dan modernisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan
demikian anak akan menjadi kreatif, kaya imajinasi dan cerdas serta ilmu yang
didapatkan benar-benar teraktualisasikan. Pendidikan intelektual pada peserta
didik merupakan penyadaran, memberdayakan dan pengajaran pada mereka.
Oleh karenanya, pendidikan merupakan hal terpenting dan tak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sekaligus yang membedakan
keberadaannya dengan hewan. Hewan juga“belajar” tetapilebih ditentukan
oleh instingnya. Sedangkan manusia belajar dengan daya pikir yaitu kerja akal
untuk menuju ke proses pendewasaan. Pendewasaan tidak akan tercapai tanpa
adanya kecerdasan akal guna menuju ke kehidupan yang berarti.
Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Muhammad Munir
adalah:
Pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia karena agama
Islam adalah agama fitrah, segala perintah larangan dan pembalajaran adalah
untuk mengetahui fitrah tersebut.
Menurut John Dewey, Education is thus a fostering, a nurturing, a
cultivating process,
7
Artinya pendidikan adalah memelihara, menjaga,
memperbaiki, melalui sebuah proses. Dalam Educational psychology,
pendidikan diartikan sebagai process or an activity which is directed at
producing desirable changes in the behavior of human beings,
8
( sebuah
proses atau aktivitas yang ditujukan pada proses perubahan yang diinginkan
dalam tingkah laku manusia.
Pendidikan merupakan prosesyang komprehensif dan
mengembangkan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi
intelektual, spiritual, emosi dan fisik, sehingga seorang muslim disiapkan
dengan baik untuk dapat melaksanakantujuan-tujuan kehadirannya oleh
Tuhan sebagai hamba dan khalifah di dunia.
9
Dengan kemampuan akalnya
manusia dapat mengembangkan dirinya dengan baik dan membentuk insan
kamil yang diharapkan Allah SWT.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu
kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk
memberikan bimbingan , baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman
nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik,serta menghasilkan ke arah positif yang
nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan berkebiasaan
bertingkah laku dan berpikir yang luhurmenuju terbentuknya manusia yang
beriman.
Dengan potensi akal manusia, Allah menyuruh manusia untuk
berfikir. Berfikir adalah kegiata nafsiah memproses energi otak, atau
menghubungkan kapasitas manusia dengan segala apa yang ingin manusia
ketahui. Berfikir merupakan proses dialektis. Artinya selama kita berfikir
dalam pikiran kita sendiri terjadi tanya jawab dalam upaya meletakkan
hubungan antara ketahuan kita dengan objek yang ingin kita ketahui dengan
jelas. Tanya jawab inilah yang akan mengembangkan pikiran kita dan selalu
berfikir untuk mencari sebuah jawaban dari pertanyaan. Akal tidak akan
berhenti berfikir sebelum ia menemukan jawaban.
Anugrah akal ini hendaknya digunakan untuk berpikir. Di sinilah ada
naluri akal, yaitu ingin tahu yang harus ditunjang dengan kemampuan
bertanya memiliki kreativitas serta inovasi dalam mengembangkan pertanyaan
juga memiliki frame di dalam mengembangkan pertanyaan.
Dengan
mengembangkan pertanyaan akan didapatkan berbagai pengetahuan,
teknologi, kemampuan mengatur serta hukum baik dari Allah maupun yang
disusun manusia. Meningkatkan kemampuan akal sama juga dengan
meningkatkan intelektual.
10
Pada umumnya, objek pikir adalahsesuatu yang bersifat empiris
berdasarkan pengalaman, terutama yangdiperoleh dari penemuan, percobaan
dan pengamatan. Walaupun demikian, berfikir bukan hanya menjadi alat
untuk menambah muatan intelektual, melainkan adalah pelengkap dari
pendidikan seluruh kepribadian manusia.
Manusia dalam kehidupannya sering menghadapi berbagai problem
yang membutuhkan pemecahan.
Semua persoalan hidup yang dihadapi
manusia dan tidak diketahui jawabannyadipandang sebagai problem. Ini
terjadi bila manusia mempunyai tujuan tertentu yang ingin direalisasikan.
Namun tidak tahu caranya dan akhirnyagagal yang kemudian melahirkan
sebuah problem dalam kehidupannya. Untuk bisa memecahkan persoalan
yang dihadapi, ada langkah-langkah tertentu (berfikir) dalam memecahkan
prolem. Pertama, kesadaran akan adanya prolem. Agar manusia bisa sampai
pada tujuan atau keinginan yang ingin dicapai, maka kesadaran akan adanya
problem ini merupoakan langkah awaldalam proses pemikiran. Kedua,
penghimpunan data mengenai problem yang dihadapi. Agar manusia mudah
untuk menghimpun data, maka data dan informasi yang sesuai dengan
problemnya diambil dan data atau informasi yang tidak relevan (sesuai) harus
ditinggalkan. Penghimpunan data yangrelevan dengan problem manusia, akan
memudahkan membantunya dalam memperjelas, memahami dan membatasi
problem itu dengan teliti. Ketiga, penyusunan hipotesis. Selama data dan
informasi sedang dihimpun, pada benak yang bersangkutan terbesit beberapa
kemungkinan jalan keluar atau hipotesa bagi problem tersebut. Keempat,
penelitian terhadap hipotesa. Pendapat sementara (hipotesa) dilakukan
beberapa kali supaya mendapatkanjawaban yang baik dengan program
tersebut. Kelima, pengujian kebenaran hipotesa.
Setelah hipotesa-hipotesa
yang tidak layak dijauhkan dan hipotesa yang layak didapatkan, biasanya
nanusia akan mengumpulkan berbagai data lain. Mengadakan pengamatan
baru guna mengetahui sejauhmana kebenaran hipotesis tersebut.
Inilah langkah-langkah berfikir yang biasanya diikuti dalam
memecahkan suatu problem. Langkah-langkah ini sendiri kita ikuti dalam
memecahkan semua problem dalam kehidupan kita sehari-hari. Langkah-
langkah ini juga dipakai oleh ilmuwan yang melakukan percobaan ilmiah
dalam laboratorium.
Supaya akal itu dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat, perlu
diberi ilmu pengetahuan, sehingga berfikir lebih tepat dan berdasar kenyataan.
Akal yang berisi ilmu pengetahuan, dapat mengetahui bagaimana alam ini
diciptakan Tuhan dengan serba teratur, menyebabkan tumbuhnya
kepercayaan, bahwa Tuhan itu Maha Bijaksan. Orang yang mempergunakan
akalnya suka bersatu dan selalu menjaga persatuan, karena persatuan itu
pokok kekuatan. Karena itu al-Qur’an berulang-ulang menyuruh manusia
mempergunakan akalnya.
13
Seperti dalam surah al-Baqarah ayat 164 yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Dalam al-Qur’an maupun sunnah ada tiga langkah untuk membina
akal:
14
1. mengembangkan budaya membaca, Islam memandang membaca itu
sebagai budaya intelektual, sehinggadi zaman sahabat, mereka yang
pandai-pandai disebut “al-qurra”. Ayat pertama dari wahyupun dimulai
dengan perintah membaca (iqra’).
2. mengadakan banyak observasi (as-sairu fil ardl), dengan penjelajahan-
penjelajahan dimungkinkan lebih banyak menemukan realitas lingkungan
bio-fisik, lingkungan sosio-kultural maupun lingkungan psikologis, dan
akan memberikan kekayaan informasi yang diperlukan horizon pemikiran
manusia, seperti tercantum dalam surat Ali Imran ayat 190-191 yang telah
dijelaskan di muka.
3. mengadakan penelitian dan perenungan (an-nazhor wa at-ta’ammul),
dalam upaya menemukan rahasia-rahasia ciptaanAllah dan menambah
ketajaman nalar.
Pendidikan Islam tidak luput pendidikan aqliah atau intelektual yang
mendidik akal, karena akal merupakan unsur paling berharga bagi manusia
yang bertindak (berfikir) secara rasional tetapi kemampuannya agak terbatas.
Oleh karena itu, pendidikan Islam menekankan pentingnya melatih aqliah
manusia dengan nilai-nilai ketuhanan (ilmu tauhid), sifat ketaatan (ta’abbud)
dan penyucian rohani (tazkiyah).
Sebagaimana yang tercantum dalam QS al-
Hadid ayat 17 akal kaitannya dengan keimanan yaitu memperbaharui iman
dan menyuburkan kalbu dengan dzikir.
16
Dengan demikian pendidikan Islam
akan tercapai sesuai tujuannya.
Supaya akal manusia terhindar dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan
dapat mengubah pikiran, maka perlu adanya pendidikan akal yang
berdasarkan atas:
1. membebaskan akal dari semua kekangan dan belenggu. Bila akal kita
selalu terbelenggu menutup kemungkinanakal tidak akan berfungsi yaitu
berpikir tentang sesuatu.
2. Membangkitkan indra dan perasaan, karena hal itu merupakan pintu untuk
berpikir. Akal harus disuguhi ide-ide atau permasalahan yang ada.
3. Membekali berbagai ilmu pengetahuan yang bisa membersihkan akal dan
meninggikan kriterianya,
17
yaitu berusaha menghilangkan pikiran kotor
dalam akal dan membekalinya dengan cahaya Ilahi serta membiasakan
dzikir dan fikir.
Kalau pendidikan akal ini bisa berjalan dengan baik, sudah tentu
kegiatan-kegiatan aktivitas-aktivitas dan rencana-rencana manusia akan
terselesaikan dan terselenggara denganmulus kelak akan bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain.
Pemahaman terhadap potensi berpikir yang dimiliki akal
sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya memiliki hubungan
yang amat erat dengan pendidikan. Hubungan tersebut antara lain terlihat
dalam merumuskan tujuan pendidikan. Benyamin Bloom, Cs, dalam bukunya
Taxonomy of Educational Objektive (1956) yang dikutip oleh Nasution,
membagi tujuan-tujuan pendidikan dalam tiga ranah (domain), yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Tiap-tiap ranah dapat dirinci lagi dalam
tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang herarkis. Ranah kognitif dan afektif
tersebut sangat erat kaitannyadengan fungsi kerja dari akal.
Dalam ranah kognitif terkandung fungsi mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.
18
Fungsi-fungsi ini
erat kaitannya dengan fungsi akal padaaspek berpikir (tafakkur), sedangkan
dalam ranah afektif terkandung fungsi memperhatikan, merespon,
menghargai, mengorganisasi nilai, dan mengkarakterisasi.
Fungsi-fungsi ini
erat kaitannya dengan fungsi akal pada aspek mengingat (tazakkur) sesuai
dalam surat Ali Imran ayat 190-191 yang sudah dijelaskan pada bab yang lalu.
Kemampuan kognitif adalah sebuah kemampuan yang diperlukan
oleh setiap manusia di dalam mengenalisecara intelegen fenomena kehidupan,
dengan kemampuan kognitif, manusia mampu mengenal dan memecahkan
masalah secara rasional, bernalar atau bila perlu dengan mengambil keputusan
dan mempertanggungjawabkan alternatif pilihan, dengan kemampuan kognitif
pula, manusia dapat mencapai tingkat bernalar yang bijak, mampu
menyimpulkan memutuskan dan menilai.
20
Sedangkan aspek afektif adalah kecerdasan spiritual atau emosional,
yaitu suatu kemampuan mengelola diri agar dapat diterima oleh lingkungan
sosialnya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa keberhasilan
seseorang di masyarakat ternyata tidak semata-mata ditentukan oleh prestasi
akademik di sekolah, melainkan jugaoleh kemampuannya mengelola diri,
yang dilakukan secara terus menerus berulang-ulang.
Dengan demikian, akal adalah motor dari segala kegiatan pendidikan
Islam untuk menuju ke peradaban yang maju, dimulai dari proses membaca,
menulis, memahami, mengetahui, menghayati, menelaah, menentukan tujuan,
materi dan metode adalah membutuhkan kerja akal untuk dikembangkan.
Tanpa akal pendidikan Islam belum tentu tatanannya terlaksana dengan baik.
Sebaliknya tanpa pendidikan Islam, akal akan berjalan seenaknya sendiri.
Karena pendidikan Islam mempunyai kode etik dan moral serta batasan-
batasan tertentu untuk mengendalikan hawa nafsu ke perbuatan buruk yang
nantinya akan menjerumuskan ke lembah hitam. Maka antara akal dan
pendidikan Islam sangat berkaitan dan berhubungan, seperti hubungan guru
dan murid. Jelasnya guru adalah pendidikan Islam yang mempunyai segudang
pengetahuan dan menyampaikan materi-materi pelajaran. Sedangkan murid
adalah akal yang menjalankan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.