Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia, karena manusia
adalah satu-satunya makhluk yang palingsempurna diantara makhluk lainnya.
Kesempurnaan manusia tersebut adalahkarena manusia dibekali oleh Allah
dengan akal, dengan akal ini pula manusia menanggung amanat Allah dimuka
bumi sebagai khalifah yang menjadi kelestarian bumi beserta isinya. Allah
SWT berfirman dalam QS 95/ at-Tin: 4
1. Redaksi Ayat
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. (QS at-Tin: 4).
47
2. Asbabul Nuzul
Sejauh ini penulis hanya menemukan asbabun nuzul ayat 5-6 yaitu
dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Firman Allah, Tsumma
radadnahu asfala safilin (kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya), (QS 95/ at-Tin: 5), mengundang arti dikembalikan
ke tingkat pikun (seperti bayi lagi).
Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah
SAW. pernah ditanya tentang (kedudukan) orang pikun. Maka Allah
menurunkan ayat selanjutnya (QS 95/ at-Tin:6), yang menegaskan bahwa
mereka yang beriman dan beramal shaleh sebelum pikun, akan mendapat
pahala yang tiada putus-putusnya.
48
3. Munasabah
Adapun munasabah surah ini dengan surah sebelumnya yaitu
dalam surah sebelumnya, Allah SWT menjelaskan perintah kepada Nabi
Muhammad SAW selaku manusia sempurna. Maka dalam surah ini,
diterangkan bahwa manusia itu adalah makhluk Allah yang mempunyai
kesanggupan baik lahir maupun batin. Kesanggupannya itu menjadi
kenyataan bilamana mereka mengikuti jejak Nabi Muihammad SAW.
49
4. Penjelasan Ayat
Dalam tafsir al-Misabah QS at-Tin ayat 4 dijelaskan , bahwa
Makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna adalah manusia “fi ahsani
taqwim”, sebaik-baik kejadian.
50
Artinya manusia itu adalah akhir dari
proses makhluk menjadi sempurna, setelah ditiupkannya ruh dalam jiwa
kemudian manusia dibekali akal oleh Allah SWT untuk dimanfaatkan dan
berfikir agar manusia selalu dijalan-Nya sesuai dengan ajaran Islam yang
menganut suri tauladan Nabi Muhammad SAW, sehingga manusia akan
hidup lebih damai dan tentram.
Berdasarkan QS at-Tin ayat 4 dapat dipahami, secara tidak
langsung akal inilah yang membedakan di antara manusia dengan makhluk
lain. Manfaatnya untuk menilai dan merenung setiap kejadian Allah, untuk
dijadikan i'tibardalam kehidupan. Allah menyebut makhluk ini dijadikan
untuk manusia yang mempunyai akal, agar bisa berfikir dan menimba
berbagai ilmu pengetahuan serta bisamewujudkan segala inspirasinya
yang dengannya manusia bisa berkuasaatas segala makhluk. Dengan
demikian, akal dan nafsu yang diberikan Allah kepada manusia harus di
arahkan sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT, oleh karena itu
manusia yang lebih menggunakan akal dari pada nafsunya maka orang
tersebut lebih mulia dari pada malaikat, karena malaikat tidak memiliki
nafsu, sedangkan manusia yang lebih mengikuti nafsu dari pada akalnya
maka orang itu lebih hina dari hewan karena hewan tidak memiliki akal.
Dengan akal pula manusia diminta tanggung jawab atas semua
perbuatannya dimuka bumi, karena akalbagi manusia sangat penting artinya
yakni untuk memikirkan, memahami, merenungkan dan memutuskan mana
yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan.
Dalam al-
Qur’an menegaskan bahwa manusia yang mengabaikan potensi akal yang
diberikan (Allah) menempati derajat yang lebih rendah dari pada hewan,
seperti Firman Allah QS. 8/ al-Anfal:22:
1. Redaksi ayat
Seburuk-buruk binatang pada pandangan Allah adalah yang tuli,
bisu dan tidak mempergunakan akal. (QS. Al-Anfal:22).
51
2. Asbabun Nuzul
Sejauh ini penulis hanya menemukan asbabun nuzul ayat 19 yaitu
dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abu Jahl pernah meminta
kemenangan kepada Allah ketika pasukannya bertemu dengan pasukan
kaum muslimin. Ia berdoa :”YaAllah, siapa sebenarnya yang
memutuskan musnahnya besok.” Itulah permintaan kemenangan yang
disebut Allah dalam Ayat ini(QS. 8/Al-Anfal:19).
52
3. Munasabah
Munasabah ayat ini dengan ayatsebelumnya merupakan larangan
menyalahi perintah-perintah Allah, yaitu mereka mendengarkan tetapi hati
mengingkarinya.
53
4.
Penjelasan ayat
Dalam Tafsir Al-Misbah ayat ini secara tidak langsung menyindir
orang-orang yang mendengar tuntunan agama tetapi enggan
mengamalkanya.
54
Ia tidak langsung menunjuk mereka atau menyebut
sifat mereka, tetapi sekedar mengingatkan bahwa seburuk-buruk binatang
yakni makhluk bergerak di sisi Allah ialah yang tuli. Maksudnya , orang-
orang yang tidak menggunakan pendengaran mereka untuk mengetahui
kebenaran dan memahami nasehat yang baik, karena mereka tidak
memperoleh manfaat dari pendengarannya sehingga tidak mendengar
tuntunan lagi, dan manusia bisu yang tidak mau mengucapkan kebenaran
atau tidak dapat bertanya dan yang tidak berakal yaitu tidak dapat berpikir
dan mengerti apapun.
55
Dalam Tafsir Al-Misbah ayat diatas juga dijelaskan bahwa
makhluk yang dapat dijangkau oleh panca indra kita. Pertama tingkat
terendah adalah benda tak bernyawa, kemudian tumbuh-tumbuhan,
binatang dan terakhir manusia. Manusia adalah tingkat tinggi dari
binatang, karena manusia memiliki rasa, gerak, dan dapat mengetahui.
Binatang yang memiliki kecerdasan adalah binatang yang termulia dan
dalam hal ini manusia memiliki kecerdasan lagi dapat berfikir dan
memanfaatkan potensinya adalah yang termulia. Apabila manusia tidak
memiliki potensi untuk mengetahui adalah tidak dapat berfikir, maka
dialah binatang yang paling buruk. Alat-alat untuk tahu adalah
pendengaran, penglihatan, akal, dan alat untuk merasa adalah hati.
56
Berdasarkan QS al-Anfal ayat 22 dapat dipahami, bahwa orang-
orang yang dianggap makhluk terburuk itu, karena tidak mau
menggunakan telinga, mulut dan akal mereka dengan baik, maka seolah
mereka telah kehilangan indera dan potensi tersebut. Allah amat mencela
orang yang tidak menggunakan akalnya,orang yang terikat fikirannya
dengan kepercayaan dan pemahaman yang tidak berlandaskan kepada
syariat Allah. Oleh itu, umat Islam diwajibkan menggunakan akal untuk
memikirkan ayat al-Qur’an supaya mengerti dan memahami maknanya. Ini
karena al-Qur’an diturunkan untuk orang yang mau berfikir dan
mengambil manfaatnya.
Salah satu ciri khas orang yang berakal yaitu ia memperhatikan
sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faidah. Ia selalu menggambarkan
kebesaran Allah SWT, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan
dan banyaknya nikmat dari Allah kepadanya. Ia selalu mengingat Allah di
setiap waktu.
Manusia adalah ciptaan Allah SWT, yang diberikan 3 kelebihan
utama, pertamadari ruh yang bisa membuat manusia hidup di muka bumi,
keduatubuh/jasad yang sempurna dan ketigaadalah akal yang mampu
membuat manusia bisa menaklukkan dunia dan alam sekitarnya untuk
memudahkan kehidupannya. Akal inilah yang melebihkan manusia dari
makhluk lainnya dan kemampuan akal inilah manusia baru dapat dikatakan
manusia.
“Allah sungguh telah memuliakan anak adam dengan baiknya
bentuk rupa manusia dan dapat membedakan dengan
akal........Rasulullah pernah ditanya oleh Amr bin Ka’ab dan Abu
Hurairah wahai Rasulullah siapakah orang yang paling pandai?
Siapakah orang yang paling baik amal ibadahnya? Siapakah
manusia paling utama? Rasul menjawab orang yang berakal.......”.
Orang yang menggunakan akalnya padadasarnya adalah orang yang
mampu mengikat hawa nafsunya, sehinggahawa nafsu tidak dapat menguasai
dirinya, ia mampu mengendalikan diri dan akan dapat memahami kebenaran,
karena seseorang yang dikuasai hawa nafsu akan mengakibatkan terhalang
untuk memahami kebenaran.
58
Orang-orang yang berakal adalah orang yang menjalankan petunjuk
Allah Yang Maha Agung dan Bijaksana, dan bisa membedakan yang
buruk dari yang baik.
59
Dengan potensi akal pikiran manusia, Allah menyuruh manusia
untuk berfikir dan mengelola alam semesta serta memanfaatkan sebesar-
besarnya bagi kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Dengan
dibekali akal, manusia berbeda denganmakhluk lain, bila akalnya tidak
berfungsi, maka tidak ada beda antara dirinya dengan makhluk lain. Dengan
demikian akal manusia dapat dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut:
1. Akal Jasmani
Akal jasmani yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Di
mana akal ini menggunakan daya kognisi (al-mudrikah) dalam otak (al-
dimagh) untuk proses berfikir. Objek pemikirannya adalah hal-hal yang
bersifat sensoris dan empiris.
2. Akal Ruhani
Akal ruhani yaitu akal abstrak yang mampu memperoleh
pengetahuan yang abstrak, metafisika, seperti memahami proses
penciptaan langit dan bumi. Akal ini selalu dihubungkan dengan qalb.
Karena akal ruhani menjadi puncak kemampuan manusia di bidang
kecerdasan, pengetahuan, penalaran dan lain sebagainya.
60
Manusia mempunyai dua daya sekaligus yaitu daya berfikir yang
berpusat di kepala dan daya rasa (qalbu) yang berpusat di dada. Untuk
mengembangkan daya ini telah ditata sedemikian rupa oleh islam, misalnya
untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan dengan cara ibadah seperti
sholat, zakat, puasa, hajidan lain-lain, dan untuk mempertajam daya fikir
perlu arahan ayat kauniyah yakni ayat-ayat mengenai visi cosmos yang
menganalisa dan menyimpulkan yang melahirkan gagasan inovatif demi
pengembangan peradaban manusia, sebagai khalifah dimuka bumi.
61
Supaya
akal manusia dapat berperan dengan baik, maka perlu adanya pendidikan akal
yang berdasar atas:
1. Membebaskan akal dari semua kekangan dan belenggu
2. Membangkitkan indera dan perasaan, karena hal itu merupakan pintu
untuk berpikir
3. Membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang bisa membersihkan
akal dan meninggikan kriterianya.
62
Jika dilihat dari segi kemampuan dasar pedagogis, manusia
dipandang sebagai homo edukandum, yaitu makhluk yang harus dididik. Oleh
karena itu, manusia dikategorikan sebagai animal aducable, yaitu makhluk
sebangsa hewan yang dapat dididik. Manusia dapat dididik karena manusia
mempunyai akal, mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan (homo
sapiens), di samping manusia juga memiliki kemampuan untuk berkembang
dan membentuk dirinya sendiri (self-forming).
63
Perlu digaris bawahi, bagaimanapun hebatnya akal, ia tetap
mempunyai keterbatasan, dengan argumentasi bahwa akal tidak mampu
menangkap hal-hal yang ghaib, yang jauh dari jangkauan akal, seperti adanya
malaikat, jin, syaitan, al-arsydan lain sebagainya. Hal tersebut harus diterima
oleh akal dengan bantuan wahyu yang membawanya. Ketika akal tidak
mampu menerima, maka ia telah mendustakan dirinya, oleh karena itu satu-
satunya alat (instrumen) untuk membenarkan yang dianggap bertentangan
dengan akal adalah wahyu.
Akal sangat memerlukan wahyu sebagai cahaya
yang membantunya berjalan meniti lorong kehidupan dan memantapkan lagi
langkah secara berani. Tanpanya, akal mungkin akan tersesat dan
menyimpang dari kebenaran.
Kemudian orang yang mau menggunakan akal atau pikirannya
adalah orang yang beruntung. Dia akan mudah untuk menentukan sebuah
pendidikan yang akan ditempuh dan sesuai dengan kemampuannya. Orang
yang menggunakan akal pikirannya akan selalu menghadapkan kepada Allah
dengan pujian do’a dan ibtihal.Dia akan mempunyai pengetahuan yang luas,
sehingga dia mempunyai “ hablun minallah dan hablun minannas” yang
tinggi. Secara tidak langsung akal inilahyang membedakan diantara manusia
dengan makhluk lain. Gunanya untuk menilai dan merenung setiap kejadian
Allah, untuk dijadikan i’tibardalam kehidupan. Allah menyebut makhluk ini
dijadikan untuk manusia yang mempunyai akal.