Akal dan Wahyu Menurut Ibn khaldun - Ibn Khaldun adalah pemikir jenius peletak dasar ilmu sosiologi dan politik. Melalui karyanya MuqaddimahTuhan membedakan manusia karena kesanggupannya berfikir. Manusia berfikir dengan akalnya, yaitu dalam membuat analisa dan sintesa.
Ditegaskan bahwa pertemuan akal dan wahyu merupakan dasar utama dalam pembangunan pemikiran Islam. Islam tidak membiarkan akal berjalan tanpa arah, karena jalan yang merentang di hadapannya bermacam-macam. Islam menggambarkan suatu metode bagi akal, agar ia terpelihara di atas dasar-dasar pemikiran yang sehat. Di antara unsur-unsur metode ini ialah seruannya kepada akal untuk melihat kepada penciptaan langit dan bumi. Sebab, semakin bertambah pengetahuan akal tentang rahasia keduanya, akan semakin bertambah pula pengetahuan (ma'rifah)nya tentang Sang Pencipta dan Pengaturnya.
Di dalam Qur'an terdapat banyak ayat yang menyeru manusia untuk berfikir tentang alam raya beserta gejala-gejalanya yang beraneka ragam. Dengan demikian akal berwawasan luas dan mengakui Pencipta alam raya ini, suatu aspek aqidah yang akarnya tertanamdi dalam hati dan berbaur dengan daging dan darah, rasio dan emosi. Qur'an menyeru manusia merenungi alam raya ini agar memperoleh pelajaran dan merasakan hakekatnya. Misalnya, pada kelahiran Nabi Isa AS terdapatpelajaran penting bagi akal untuk mengenal rahasia kekuasaan Ilahi. Kelahiran ini menggegerkan masyarakat Bani Israil yang telah mampu membangun dunia dan menguasainya, karena akal mereka tidak mampu menyerap hakikat Kekuatan Yang Agung di balik segala sesuatu yang ada (mawjud),dan menyadari adanya kemampuan berfikir yang merupakan kualitas khusus bagi manusia.
|
Akal dan Wahyu Menurut Ibnu Khaldun |
Dari sinilah akal memperoleh pelajaran penting tentang iman kepada yang ghaib, keimanan yang mengajak akal mempercayai sesuatu di balik alam raya ini, yaitu surga dan neraka, kebangkitan dan mahsyar, hisab(perhitungan), pahala, siksa dan malaikat, rasul-rasul serta seluruh yang dibawa oleh para Rasul Allah, yang tidak dapat dicapai melalui metode eksperimen dan dengan mikroskop dan yang tidak dikenal dengan sekedar pengetahuan indrawi. Semua itu adalah perkara-perkara yang menuntut ketaatan dan keimanan. Maka akal pun berusaha menangkap makna-makna terpendam di dalam ayat-ayat al-Qur’an sehingga sesuai dengan keesaan, kesempurnaan dan kesucian-Nya.
Menuurut Ibn Khaldun, pertemuan antara akal dan wahyu membawa banyak disiplin-disiplin ilmu agama, diantaranya Ilmu Qira’at, tafsir, ilmu hadist, ilmu fiqh, ilmu faraid, ilmu khilafiyyah, ushul fiqh dan lain sebagainya. Pertemuan yang membangkitkan pemikiran Islam dan menjadikan akal Islam (Al-'aql al-Islami) hidup di dalam ayoman Qur'an sampai sekarang, serta memberikan pengaruh besar terhadap kebangkitan peradaban modern. Sekarang, patutlahdiketahui pengaruh akal dan wahyu terhadap pengetahuan-pengetahuan manusia atau kemajuan pemikiran umat Islam.
Perpaduan antara akal dan wahyu menjadikan pemikiran Islam unik karena mengikat dunia dengan akhirat,bumi dengan langit, seperti ikatan tubuh dan jiwa, atau seperti keterpaduan nilai-nilai yang membangkitkan manusia menuju kesempurnaan. Memang demikian, ketika pemikiran Islam dihidupi oleh wahyu, akan muncul darinya nilai-nilai kebaikan, moral, keadilan dan cinta. Ketika dihidupi oleh akal, muncul darinya peradaban Islam yang agung itu yang memberikanpengaruh besar terhadap peradaban dunia.