Manusia diciptakan dan ditunjuk sebagai kholifah didunia ini, untuk mengelola seluruh lapisan kehidupan. Semua yang diciptakan-Nya tidak lain hanyalah untuk kepentingan manusia. Proses penciptaan manusia mendapat tanggapan dari malaikat. Mereka menyebutkan bahwa penciptaan manusia tidak lain akan menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Allah kemudian menjelaskan kepada malaikat, bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Sehingga seluruh malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia, sedang Iblis senantiasa takabur kepada Tuhannya, dan dia adalah termasuk golongan orang-orang kafir. Sehubungan dengan peran manusia sebagai pemimpin di dunia, maka Allah memberi bekal kepada mereka petunjuk bagi orang-orang yang beriman.
Manusia dengan membawa bekal akal budi telah membuat para malaikat terkagum-kagum. Kemampuan berkreativitasnya sangat luar biasa. Bekal Allah untuk manusia benar-benar teruji oleh malaikat. Namun, manusia juga tidak luput dari kesalahan dan kelemahan.
Sebagai mahluk ciptaan-Nya, manusia diperintahkan untuk senantiasa menyembah kepada Allah, taat beribadah menjalankan segala yang diperintahkan dan dilarang keras untuk mempersekutukan-Nya. Manusia dianjurkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, berbuat baik terhadap kerabatnya, berbuat baik terhadap anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahaya.
Sebagai seorang yang beriman, manusia diperintahkanuntuk selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan mencegah kemungkaran. Manusia juga perintahkan untuk mendidik anaknya, agar keturunan dan penerus mereka diajarkan untuk sholat yang dapat mencegah dari kemungkaran, senantiasa mengerjakan hal-hal yang baik dan bersabar atas segala ujian yang menimpanya. Sehingga terciptalah manusia yang baik yang dapat memimpin di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan surat Lukman ayat 17.
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman / 31 : 17)
Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk merawat dan mengurus anak yatim, sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam surat an-Nisa 6.
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandaimemelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka. Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS an-Nisa 4 : 6)
|
Interaksi Sosial |
Manusia memiliki dua dimensi yaitu sebagai mahluk individu dan sosial. Kehidupan bersama menimbulkan suatu masyarakat. Masyarakat berasal dari bahasa arab musyarak yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat yang hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Semakin baik akhlak suatu masyarakat, maka semakinmakmur suatu masyarakat tersebut, begitu pula sebaliknya.
Akhlak yang buruk dan rendahnya kadar keimanan dan ketakwaan suatu masyarakat merupakan faktor tumbuh suburnya praktek-praktek kejahatan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Bahkan kejahatan itujuga bisa berkembang menjadi sadisme, kriminalitas dan merebaknya pornografi dan pornoaksi di tengah-tengah masyarakat. Berkenaan dengan itu, upaya menegakan akhlak mulia bangsa merupakan suatu keharusan mutlak. Islam menghendaki terciptanya kehidupan masyarakat yang damai. Dimana interaksi yang ada didalamnya diwarnai oleh kasih sayang. Oleh karena itu, penekanan tingkah laku individu selalu dikaitkan dengan peranan sosialnya.
Seseorang yang memeluk agama Islam berarti memilikirasa kasih sayang sebagai perwujutan perilaku akhlak yang baik, dimana dengan perilaku akhlak tersebut dapat membawa kebaikan kedamaian di dalam masyarakat. Untuk itu akhlak perlu ditingkatkan dengan cara mengaplikasikannya sedini mungkin saat usia masih kanak-kanak, sehingga dapat melekat dan terpatri dalam jiwa anak-anak.
Terjadinya kelahiran anak manusia bukanlah kehendakdari seseorang ataupun seorang manusia, apalagi anak itu sendiri. Bahkan tidak seorangpun pernah mengetahui atau menginginkan akan terjadinya. Itu semua tidak lain karena kehendak Allah semata, yang menciptakan manusia dan segala sesuatu yang ada. Adapun pandangan terhadap anak sering ditentukan oleh cara seseorang mengajar dan mengasuh mereka.
Setiap manusia yang dilahirkan kedunia membawa fitrahnya masing-masing. Kehadiran dan ketiadaan seorang anak merupakan kehendak dan ketetapan Allah yang perlu diimani. Maka tidak ada hak seorang manusia untuk membuat seorang anak, karena segala sesuatu tersebut tidak lain karena ijin dari Allah.
Anak merupakan bagian dari keluarga. Lazimnya juga disebut dengan rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup. Keluarga merupakan kelompoksosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak, serta menciptakan pertumbuhan jasmanidan rohani yang baik.
Kehadiran seorang anak merupakan pelengkap dari sebuah keluarga. Sebuah keluarga tidak akan berdiri kokoh apabila tidak ada didalamnya seorang anak yang merupakan amanat dan buah hasil dari kasih sayang antara orang tua. Akhlak seorang anak tentu mengalami perkembangan sesuai dengan ajaran yang diterapkan oleh lingkungan keluarga. Semakin baik lingkungan keluarga menanamkan akhlak terpuji, semakin baik pula perkembangan perilaku akhlak anak.
Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis, tidak mengalami permasalahan kepribadian. Berbeda sekali dengan anak-anak yang hidup dalam panti asuhan, yang secara umum mengalami disfungsi keluarga, berupa mengalami pemutusan dalam menjalankan keutuhan dalam suatu keluarga, seperti hilangnya peran figur seorang ayah, atau hilangnya seorang ibu dalam keluarga.
Hal ini, secara langsung berpengaruh terhadap interaksi sosial anak. Agar dapat menjalankan perannya dalam masyarakat ketika anak telah menginjak usia dewasa. Anak mengalami problematika dalam proses perkembangan, terlebih bila bekal agama yang didapatnya sangat minim. Untuk ituperan panti asuhan sangatlah besar, dalam mendidik dan membina anak untuk dapat hidup berinteraksi sosial dalam masyarakat.
Pada hakikatnya, faktor lingkungan sangat berperan dalam mendukung pembentukan akhlak anak, yang akan nampak setelah anak meningkat umur ke jenjang kedewasaan. Interaksi sosial yang wajar antara anak dengan anggota-anggota masyarakat di dalam kelompoknya akan menunjang mental yang sehat. Di tengah-tengah masyarakat nilai-nilai perilaku, norma-norma agama dan sosial merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh setiapindividu yang ada dalam kelompok. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi.
Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak dititikberatkan pada pembentukan perilaku agar anak tidak mengalami penyimpangan. Dengan demikian, anak tidak mengalami “Juvenile Deliquency” yang berarti kenakalan anak. Sebab dalam pembinaan perilaku ditekankan bahwa anak dituntut untuk belajar memiliki rasa tanggung jawab.
Agar terbentuk perilaku yang baik sesuai dengan akhlakul karimah memerlukan latihan dan pembinaan yang baik. Terutama pada anak yang mengalami problem rumah tangga, seperti anak yatim piatu. Untuk itu peran panti asuhan sangat diperlukan. Salah satu diantaranya adalah Panti Asuhan Al-Barokah.
Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang, yang penulis jadikan sebagai bahan penelitian, mempunyai daya tarik bagi penelitian ini. Menurut penulis ada beberapa perihal yang penting yang perlu dikaji dan diteliti lebih dalam. Beberapa faktor tersebut antara lain dikarenakan panti asuhan tersebut terletak di tengah kota Semarang yang merupakan pusat dari aktivitas manusia modern di Jawa Tengah saat ini, dimana jiwasosial sering tersingkir oleh kesibukan ekonomi, sehingga sering dijumpai anak-anak terlantar yang tidak terurus dan berkeliaran menggelandang di tengah jalan, meminta-minta dan mengamen, bahkan tidak jarang dijumpai aksi pemalakan.
Keunikan dari pendirian yayasan panti asuhan ini adalah, masyarakatnya yang rukun berperan aktif dalam menjalankan dan mempertahankan akidah keislaman, yang mana Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang didirikan sebagai bentuk kepedulian warga RW IV kelurahan Bongsari, terhadap anak yang putus sekolah dan anak-anak usia produktif, akan tetapi sudah mengalami disfungsi keluarga. Sehingga pertanggungjawaban Yayasan ini di bawah naungan Jamaah Masjid al-Barokah Semarang, yang terletak di jalan dr Ismangil Raya kelurahan Bongsari Semarang Barat. Anggaran pembangunan gedung dan pembiayaan, dihimpun dengan mengumpulkaninfak shodaqoh warga, dengan cara dibagikan mini kotak amal di setiap rumah keluarga, dan diambil untuk dikumpulkan setiap bulan. Bukan seperti panti asuhan yang lain, yang dibangun oleh seorang dermawan yang mampu secara finansial.
Lokasi panti asuhan juga strategis karena terdapat gereja-gereja yang sering menawarkan bantuan, sehingga bila tidak hati-hati anak-anak bisa larut dalam pergaulan, yang bisa jadi dapat mengikis kadar keimanan. Sekolah-sekolah nonislam juga pernah membantu sebagai bentuk agenda social care mereka, yang bisa memberikan nilai buruk terhadap perkembangan psikis anak dalam hal akidah. Terlebih bila anak sampai mengidolakan sekolah tersebut, dan bercita-cita untuk masuk sekolah tersebut yang tidak ada basic agama Islamnya.
Anak-anak yang diasuh juga beragam. Ada yang berasal dari keluarga kota, dari kota kabupaten, ada juga yang berasal dari desa terpencil yang mengandalkan cocok tanam dan membatu. Bahkan ada pula anak asuh yang merupakan titipan Poltabes Jawa Tengah yang diketemukan tanpa ada tanda pengenal. Anak asuh berasal dari problem keluarga yang beragam seperti keadaan yatim atau piatu, anak yang tidak dikehendaki kelahirannya, anak dari keluarga tidak mampu, bahkan anak yatim yang ditinggal ibunya merantau mencari penghidupan ke negeri seberang.
Gedung asrama terbagi dua, masing-masing berjarak ±300 m. Hal itu disebabkan padatnya pemukiman warga. Pemisahan jugadiharapkan dapat menjaga interaksi anak asuh putra dan putri dalam pergaulan. Dengan ini diharapkan anak asuh dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran yang didampingi oleh ustadz dan ustadzah masing-masing.
Kegiatan akademik formal anak asuh dibagi secara berjenjang. Jenjang pertama untuk anak-anak yang berusia dini, diberikan kepada mereka dengan jenjang Pendidikan Anak Usia Dini. Jenjang kedua diberikan dengan program akademik Madrasah Ibtidaiyah. Jenjang ketiga denganprogram pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah. Jenjang keempat diberikan program pendidikan Madrasah Aliyah, yang seluruh siswanya berada di sekolah al-Khoiriyah Semarang. Jenjang terakhir adalah tingkat perguruantinggi, diberikan kepada mereka karena memiliki nilai lebih, tercatat empat anak asuh putri dan dua anak putra diberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmudi Perguruan Tinggi.
Hal-hal tersebutlah yang menjadi latar belakang penulis untuk dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sehingga dapat dijadikan dan dianggap layak sebagai bahan penelitian penulisan skripsi ini.