DAKWAH MELALUI SINETRON
(Kajian Aplikasi Ajaran dalam Sinetron Aisyah di RCTI oleh Masyarakat Sedati Agung Kec. Sedati Kab. Sidoarjo)
Latar Belakang MasalahPerkembangan dunia informasi semakin pesat sejalan dengan maraknya kebutuhan masyarakat dalam bidang informasi yang harus segera dipenuhi. Hal ini menyulut munculnya berbagai media komunikasi yang semakin hari semakin canggih sehingga mampu memperkecil jarak antara komunikator dan komunikan. Dari beberapa media komunikasi yang ada, ternyata televise menempati urutan yang paling puncak sebagai pilihan masyarakat dalam memperoleh informasi. Televise dianggap mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan informasi jika dibandingkan dengan radio yang sifatnya audio (hanya didengar) maupun media cetak yang dikemas dalam bentuk tulisan, karena televisi sifatnya audio visual. Selain itu, televisi juga dapat difungsikan sebagai sarana (media) dalam penyiaran dan dakwah Islam.
Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi pergaulan hidup manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis dan memiliki jangkauan yang luas untuk menuju pada sasaran (khalayak yang heterogen).
Kemajuan teknologi khususnya media televisi telah memperoleh citra sebagai agama yang baru yang perlu diperhatikan dan diikuti materi acaranya. Ungkapan tersebut seakan memberikan gambaran kepada kita tentang keberadaan media televisi di tengah-tengah persaingan dunia informasi dalam benak masyarakat. Televisi mampu menghadirkan suatu peradaban dengan berbagai tayangan yang disajikan. Ada berbagai tayangan yang serat dengan nilai-nilai ajaran Islam, namun tidak sedikit pula tayangan yang melenceng jauh dari budaya Islam.
Televisi kini telah menjadi kotak ajaib secara khusus berada di ruangan rumah, yang merupakan produk teknologi yang paling banyak menerima “gelar kehormatan”, seperti “jendela dunia”, “kotak dungu”, atau “institusi hybrid”. Keberadaan produk teknologi berupa televisi telah menjadi semacam ‘produsen kebudayaan’. Di layer “kotak ajaib” tersebut, selain informasi dan hiburan, juga terdapat tempat pencitraan, pengemasan sesuatu.
Televisi oleh kebanyakan masyarakat Indonesia dijadikan arena hiburan dan sumber informasi utama. Di beberapa daerah terutama di Indonesia, masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk melihat televisi. Berbagai macam acara yang disuguhkan oleh televisi semakin membuat orang enggan beranjak dari tempat duduknya di depan TV, hanya untuk terus mengikuti program acara yang ditayangkan. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam.
Saat ini tidak ada satu detik pun yang lewat tanpa tayangan televisi, baik nasional dan internasional dengan berbagai alat-alat komunikasi yang canggih, dan tidak ada satu wilayah pun yang bisa dikover dengan media ini. Sampai-sampai alat ini telah mengubah dunia yang luas ini menjadi dusun besar (global village). Namun umat Islam terutama di negara kita belum maksimal untuk memanfaatkan wasilah ini karena terbentur oleh high cost yang harus diinvestariskan.
Keberadaan televisi dianggap sebagai agama masyarakat industri, karena televisi telah menggeser agama-agama konvensional. Khutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah yang lebih besar dari jamaah agama apa pun. Rumah ibadah tersebar di seluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya diikuti dengan penuh kehidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati dan mempengaruhi bawah sadar manusia dari pada ibadah agama-agama yang ada.
Bila agama pernah memegang kekuasaan ekonomi, begitu juga televisi. Bisnis televisi bukan saja kuat secara financial, tetapi juga sangat tangguh dan perkasa dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. Infak yang ditanamkan pada televisi lebih besar dari pada infak yang dikumpulkan para pemuka agama mana pun.
Munculnya beragam stasiun TV dengan segudang program acara yang disajikan, memberikan keleluasaan kepada pemirsa (audien) untuk memilih program acara apa yang akan ditonton. Program acara yang disajikan antara lain sinetron, telenovela, infotainment, talk show, kuis hingga film layer lebar. Masing-masing program acara memiliki jam tayang yang berbeda antara stasiun TV satu dengan lainnya, sehingga kesempatan pemirsa untuk menonton program acara televisi semakin besar. Bahkan ada beberapa stasiun televisi yang menggelar program acaranya non stop atau satu hari penuh.
Dengan daya tarik televisi yang memadukan gambar dan suara secara langsung, maka banyak sekali pihak yang memanfaatkan media televisi untuk berbagai macam tujuan, seperti: ekonomi, politik, budaya, hukum, sosial dan juga sebagai media dakwah. Di Indonesia masih sangat minim memanfaatkan media televisi atau film sebagai media dakwah seperti yang diungkapkan oleh Agip Suminto, memang terdapat beberapa film yang bernafaskan Islam meskipun masih samar-samar. Pada bulan tertentu umat Islam, media televisi berlomba-lomba menayangkan program-program acara yang bernafaskan Islam, seperti kuis Ramadhan, Dialog Interaktif Ramadhan, Sinetron bertema Islam dan beberapa acara yang dikemas dengan nuansa Islam, tapi setelah bulan Islam tersebut berakhir, maka berakhir pula acara-acara Islam tersebut.
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsanya, yaitu:
Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang akan ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan pada pemirsa. Contoh: Dialog interaktif, talk show, kuis dan sebagainya.
Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trend aktual yang ditayangkan televisi. Contoh : model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang marak diidolakan, kemudian ditiru secara fisik.
Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh: sinetron.
Stasiun televisi yang pertama di Indonesia adalah TVRI, kemudian disusul stasiun televisi swasta seperti RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, ANTV, Trans TV, Lativi, TV7, Metro TV, Global TV, MTV, Trans 7 dan beberapa stasiun TV, yang lain. Keberadaan TVRI tidak didukung sarana dan prasarana yang memadai sehingga kalah bersaing dengan televisi swasta. Masing-masing stasiun televisi bersaing untuk menampilkan program acara semenarik mungkin untuk merebut perhatian pemirsa, karena memang tidak dapat dipungkiri bahwa media televisi merupakan media komunikasi yang lebih unggul bila dibandingkan media komunikasi lainnya dengan alasan bahwa media televisi mampu menyiarkan program acaranya dengan jangkauan yang luas, bahkan sampai ke pelosok desa.
Media televisi sebagai sarana tayang realitas sosial menjadi penting artinya bagi manusia untuk memantau diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Pemantauan itu bisa dalam bentuk perilaku, mode, bahkan sikap terhadap ideologi tertentu. Hal ini tergantung bagaimana kesiapan manusia untuk menghadapi informasi televisi. Faktor pendidikan manusia adalah salah satu pemecahan paling utama sebagai ‘filter’ untuk mencegah efek negatif materi tayangan televisi. Selain itu, kualitas informasi yang ditayangkan televisi juga menjadi tolok ukur untuk memantau sampai sejauh mana informasi tersebut benar-benar memiliki arti penting bagi hidup manusia secara moral maupun edukasi.
Untuk meminimalisir dampak negatif dari program tayangan televisi yang ada sekarang ini, perlu dibuat program acara yang bersifat mendidik dan membawa pesan dakwah yang dijadikan pegangan dan keseimbangan masyarakat.
Salah satu dari adanya dekadensi moral yang melanda moral manusia perlu diambil jalan keluar, yaitu agama. Hadirnya paket keagamaan di televisi sedikit banyak memberikan ‘filter’ bagi setiap tindakan manusia untuk berbuat sesuai aturan agama serta hukum tertulis dan berlaku secara universal.
Program keagamaan diharapkan dapat menjadi tandingan yang mampu memberikan filter terhadap berbagai program acara televisi yang lebih mementingkan pada sisi bisnis dan selera pasar dari pada dampak yang ditimbulkan dari adanya program-program tersebut. Namun, ada suatu kecenderungan bahwa program-program keagamaan yang jarang sekali mendapatkan respon yang positif dari pemirsa televisi. Hal ini dikarenakan kemasan program-program keagamaan yang ditawarkan oleh beberapa stasiun televisi tidak menarik dan asal tayang, meskipun sebenarnya pesan yang disampaikan sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Berpijak pada fenomena tersebut, peneliti akhirnya memilih topik “Dakwah Melalui Sinetron (Kajian Aplikasi Ajaran Islam dalam Sinetron Aisyah di RCTI oleh Masyarakat Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo) sebagai judul skripsi. Peneliti beranggapan bahwa Sinetron Aisyah merupakan salah satu program keagamaan yang sengaja dihadirkan oleh stasiun televisi RCTI untuk mendidik dan mempengaruhi pemirsa melalui pesan ajaran Islam yang ada di dalamnya kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Rumusan MasalahBerdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil pokok permasalahan yang dapat dijadikan sebagai obyek kajian penelitian ini, antara lain:
1. Pesan ajaran Islam apa yang terdapat dalam Sinetron Aisyah yang ditayangkan oleh media televisi RCTI?
2. Bagaimana aplikasi dari pesan ajaran Islam dalam Sinetron Aisyah yang ditayangkan media televisi RCTI oleh masyarakat Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo?
Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui adakah pesan ajaran Islam dalam Sinetron Aisyah di RCTI.
2. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo mengaplikasikan pesan ajaran Islam Sinetron Aisyah di RCTI dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat Penelitian1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan keilmuan dakwah, khususnya dakwah melalui media televisi dan juga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang sosial agama.
2. Diharapkan pada masyarakat, untuk lebih memahami pesan atau pelajaran yang disajikan oleh televisi, utamanya yang serat dengan ajaran Islam.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada masyarakat, bahwa apa yang disajikan media televisi tidak jauh berbeda dengan realita yang ada dalam kehidupan masyarakat.
4. Sebagai wadah bagi peneliti, dalam menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dari apa yang telah diperoleh dalam perkuliahan maupun di lapangan selama menjadi mahasiswa.
Definisi KonsepDalam suatu penelitian perlu adanya konsep sebagai acuan untuk menggambarkan fenomena sosial yang akan diteliti. Oleh karenanya, penulis memberikan sejumlah konsep sebagai batasan dalam penelitian ini dengan harapan agar tidak terjadi salah persepsi dalam menginterpretasikan fokus permasalahan. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab yakni da’a, yad’u, da’watan yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Dalam hal ini, yang dimaksud seruan dan ajakan adalah ajakan kepada Islam. Islam sebagai agama juga disebut agama dakwah, artinya agama yang disebarluaskan dengan cara damai, tidak lewat kekerasan.
Dakwah dapat juga diartikan segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan.
Dakwah Islam didefinisikan sebagai kegiatan mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meneliti jalan Allah dan istiqamah di jalan-Nya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah untuk menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya menciptakan kesalehan pribadi, tetapi juga harus menciptakan kesalehan sosial. Untuk mewujudkan masyarakat yang salah tidak bisa dilakukan dengan sendiri-sendiri, tetapi dilakukan dengan bersama-sama.
2. Sinetron
Sinetron adalah paket acara televisi yang paling banyak mengandung perhatian pemirsa, karena isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa, mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat, dan lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat, tentu sanagt bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan-pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur ceritanya.
Sinetron Aisyah adalah paket acara yang sengaja ditayangkan oleh RCTI dalam menyambut bulan suci Ramadhan 1428 H, yang tayang sejak 27 Agustus 2007-Oktober 2007 setiap hari Senin-Sabtu pukul 21.00-22.00 WIB.
3. Kajian
Kajian berasal dari kata dasar kaji, artinya telaah, pelajari, analisa, selidik, teliti. Kajian dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dalam mempelajari, menganalisa atau meneliti suatu hal untuk mendapatkan kebenaran atau solusi dari setiap permasalahan yang ada.
4. Aplikasi Ajaran Islam
Aplikasi dapat diartikan pemakaian atau penerapan. Sedangkan ajaran Islam adalah petunjuk yang diberikan kepada orang Islam untuk diturut dan dipatuhi sebagai pegangan hidup sehingga tidak salah dalam mengambil langkah atau keputusan.
Aplikasi ajaran Islam yang dimaksud adalah aplikasi dari tayangan yang mencerminkan ajaran Islam dalam Sinetron Aisyah oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
5. Masyarakat
Masyarakat yang dimaksud adalah pemirsa Sinetron Aisyah di RCTI yang berada di RW.01 Pedukuhan Siwalan Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo yang menerapkan atau mengaplikasikan ajaran Islam dalam Sinetron Aisyah di RCTI pada kehidupan sehari-hari.
Kerangka Teoritik
Metode Penelitian1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Elemen yang sangat penting dalam sebuah penelitian terletak pada metodologi penelitian. Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Sedangkan penelitian adalah rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan menggunakan metode atau cara kerja yang sistematik dan terarah. Jadi, metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.
Dalam hal ini, untuk mengetahui tentang dakwah melalui sinetron (kajian aplikasi ajaran Islam dalam sinetron Aisyah di RCTI), bentuk pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Subyek yang diteliti diarahkan pada latar belakang individu secara holistik (utuh).
Jenis penelitian pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapun alasan mengapa penulis memilih jenis penelitian kualitatif karena fokus dari penelitian ini pada ungkapan yang meliputi kata-kata, tanda-tanda (perilaku) pada pemahaman makna pesan ajaran Islam Sinetron Aisyah di RCTI yang berarti akan lebih sesuai dengan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis dengan memakai teori fenomenologi, yang berarti kembali kepada hal-hal itu sendiri.
2. Lokasi Penelitian
Wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo yang difokuskan pada pemirsa yang telah menyaksikan, menonton dan mengikuti ajaran dakwah dalam Sinetron Aisyah melalui media televisi RCTI dengan pertimbangan bahwa: penulis mengetahui di Desa Sedati Agung terdapat pemirsa TV yang telah menyaksikan, menonton Sinetron Aisyah yang serat dengan dakwah (pesan ajaran Islam) melalui media televisi RCTI dan lebih mudah jangkauannya oleh penulis. Penulis juga ingin mengetahui bagaimana aplikasi dari pesan ajaran Islam Sinetron Aisyah di RCTI oleh masyarakat Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
3. Jenis dan Sumber Data
4. Tahap-tahap Penelitian
Di dalam pelaksanaan penelitian ini, melakukan tahap-tahap penelitian menurut konsep Bogdan, sebagaimana yang telah dikutip Lexy J. Moleong. Tahap-tahap penelitian tersebut terbagi dalam beberapa tahap, antara lain tahap pra lapangan, tapah pekerja lapangan, dan tahap analisa data.
a. Tahap pra lapangan
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
1) Menyusun rencana penelitian
Untuk mengawali penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan usulan judul skripsi kepada pihak Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Jurusan atas sepengetahuan Ketua Jurusan, kemudian diteruskan dengan pengajuan proposal penelitian.
2) Penentuan lokasi penelitian
Dengan berbagai pertimbangan serta melihat fenomena yang ada, maka penelitian mengambil lokasi penelitian di Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti meminta izin kepada pihak terkait yaitu Dekan Fakultas Dakwah dan Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Sedangkan di pihak lain, penulis meminta izin kepada Kepala Desa Sedati Agung dan pimpinan stasiun TV (RCTI) sebagai profil untuk mengadakan penelitian.
4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
Kegiatan ini dilakukan untuk mengenal segala unsur yang ada di lapangan, termasuk situasi dan kondisi tempat penelitian, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan sebagainya. Pengenalan dimaksudkan agar peneliti dapat mempersiapkan segala yang diperlukan selama penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti adalah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat, sehingga dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau atau diperoleh. Selain itu, dengan bantuan informan pula peneliti dapat membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
Setelah permohonan izin diterima, persiapan penelitian selanjutnya adalah jadwal penelitian. Kemudian yang tidak kalah penting adalah peralatan saat penelitian berlangsung, yaitu alat tulis dan alat perekam (tape recorder, kamera) dan sebagainya.
7) Persoalan etika penelitian
Selama penelitian berlansung, dan ketika sedang berhadapan dengan subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu perlu menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke tempat tersebut. Peneliti harus tetap menghormati, menghargai dan mematuhi kebiasaan yang dimiliki subjek penelitian. Mencatat segala kejadian, peristiwa yang didapat dari hasil penelitian dan tetap memegang kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh subjek penelitian, jika informasi tersebut tidak dikehendaki mereka untuk dipublikasikan.
b. Tahap pekerja lapangan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Langkah utama sebelum sampai di lapangan (lokasi) penelitian adalah peneliti harus mengenali dan memahami keadaan tempat tersebut, termasuk lingkungan dan masyarakatnya. Selain itu, peneliti harus menjaga penampilan dirinya. Berpakaian rapi dan sopan dan menjaga tingkah lakunya.
2) Memasuki lapangan
Setelah sampai di lapangan (lokasi) penelitian, peneliti harus bisa menjali keakraban dengan subjek penelitian, mempelajari bahasa yang digunakan. Kemudian pelan-pelan mengarahkan subjek kepada masalah penelitian.
3) Berperanserta sambil mengumpulkan data
Peneliti harus pandai-pandai memahami dan mencatat setiap informasi penting yang diterima dari hasil pengamatan, wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Kemudian mulai memilah data yang didapat, berdasarkan acuan konsep permasalahan penelitian yang telah dibuat.
c. Tahap analisis data
Pada tahapan ini, peneliti mengordinasikan data yang sudah masuk baik yang berupa foto, gambar, dokumen dan sebagainya. Data yang didapat dari lapangan dirangkum, dipilih yang penting, mengategorikan atau mengelompokkannya, kemudian menyajikan data tersebut dan menarik kesimpulan dari data yang ada.
18. Teknik Pengumpulan Data
Tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Agar mendapatkan data yang valid, maka harus dilakukan teknik yang valid dan tepat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala (data) yang tampak pada objek penelitian pada saat peristiwa atau sitausi sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti mengamat kondisi masyarakat Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
b. Wawancara
Teknik lain yang digunakan peneliti adalah wawancara. Wawancara merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara pada saat penelitian, dimulai peneliti dengan terlebih dahulu meminta izin dengan pengajuan proposal kepada pimpinan RCTI sebagai rekomendasi dari judul yang peneliti angkat acaranya dari stasiun televisi RCTI. Dan kedua, peneliti meminta izin dan wawancara kepada pihak pemerintah desa (kepala desa) untuk melakukan penelitian dan wawancara pada pemirsa Sinetron Aisyah yang ditayangkan RCTI, yang berada di Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, sebagai pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara. Dokumen bisa berbentuk tulisan (catatan harian, sejarah kehidupan, biografi), gambar (foto, sketsa) atau karya-karya menomental dari seseorang.
d. Informan
Di sini peneliti juga memerlukan informan yang mengetahui lebih dalam dari pada subjek penelitian. Informan juga dapat digunakan sebagai pembanding hasil observasi peneliti.
19. Teknik Analisis Data
Seperti dikatakan oleh Nasution, bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Sementara Bogdan, mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Tahapan analisis data ini adalah dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber observasi, wawancara, dokumen-dokumen dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, setelah semua data terkumpul dan untuk menganalisa data tersebut menggunakan teori fenomenologi yaitu apa yang telah menampakkan diri, artinya untuk memahami suatu fenomena jangan hanya puas mempelajari pendapat orang tentang hal tersebut, tetapi kebalikan dari pada subjek itu secara langsung (pengalaman dari seseorang yang diungkapkan dalam tindakan luar, baik perkataan maupun perbuatan).
20. Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Kebenaran realitas menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak, dinamis atau selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.
Untuk kevalidan dari penelitian dan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Seperti dikemukakan oleh Denzin, yang kemudian dijabarkan dalam buku Lexy J. Moleong, membedakan triangulasi menjadi 4 macam, yaitu:
Triangulasi dengan sumber
Yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
Triangulasi dengan metode
Terdapat dua strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Triangulasi dengan peneliti atau pengamat lain
Yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.
Triangulasi dengan teori
Cara yang ditempuh untuk mengadakan pengecekan derarajat kepercayaan dengan membandingkan data dengan salah satu atau lebih teori. Hal itu dilaksanakan dan dinamakan sebagai penjelasan banding.
Sistematika PembahasanUntuk memberikan gambaran yang jelas pada skripsi ini, maka pada bagian ini penulis mengemukakan pembahasan terhadap permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Penulis menyusun kerangka teoritiknya yang terdiri dari enam bab dengan susunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengawali seluruh rangkaian pembahasan yang terdiri latar belakang masalah yang merupakan gambaran fenomena yang mendasari peneliti dalam melakukan penelitian, kemudian dirinci dalam rumusan masalah untuk memberikan batasan terhadap masalah yang diteliti, diteruskan dengan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan diakhiri dengan sistematika pembahasan yang menjelaskan tiap bab secara singkat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan beberapa teori yang digunakan peneliti sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Landasan teori yang dikemukakan dalam bab ini meliputi: pengertian dakwah, tujuan dakwah, media dakwah, ajaran Islam, sinetron, stasiun televisi yang menayangkan Sinetron Aisyah, proses produksi, stasiun televisi dan lokasi shooting, dalam bab ini juga dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yang dijadikan referensi bagi peneliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan metode kerja penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik pemeriksaan keabsahan data.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini dipaparkan deskripsi umum obyek penelitian dan deskripsi hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menambah validitas dari hasil penelitian.
BAB V ANALISIS DATA
Dalam bab ini peneliti mengemukakan temuan-temuan dari hasil analisis dan kemudian dikonfirmasikan hasil temuan dengan teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini.
BAB VI PENUTUP
Bab ini meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah jawaban langsung dari permasalahan. Sedangkan saran berisikan beberapa rekomendasi untuk dilakukan pada penelitian selanjutnya.
Jadwal Penelitian Adanya jadwal penelitian dapat membantu pelaksanaan penelitian, dapat membantu peneliti sendiri, karena dalam waktu tersebut telah ditetapkan langkah-langkah yang akan dikerjakan dan berapa waktu yang diperlukan untuk mengadakan penelitian.
Berikut jadwal yang dibuat peneliti sebagai acuan pelaksanaan penelitian yang berlangsung sekitar 6 bulan.
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan proposal dan revisi P P
2 Penentuan
3 Pelaksanaan lapangan P P P
4 Mengumpulkan data P P P
5 Analisis data P P
6 Penyusunan laporan P
Pedoman WawancaraWawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi. Oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara. Validitas data yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pada saat wawancara terjadi.
Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam pelaksanaan wawancara, antara lain:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur pewawancara
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam bukunya Moleong, mengklasifikasikan jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan dalam wawancara, antara lain:
Pertanyaan hipotesis
Contoh: Melihat tayangan Sinetron Aisyah di RCTI, bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat Desa Sedati Agung ini?
Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta untuk memberikan respon.
Contoh: Menurut anda, apakah Sinetron Aisyah di RCTI serat dengan pesan ajaran Islam?
Pertanyaan yang menantang informan untuk merespon dengan memberikan hipotesis alternatif.
Contoh: Sepengetahuan anda, pesan ajaran Islam apa yang terdapat dalam Sinetron Aisyah yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat desa ini?
Pertanyaan interpretatif, yaitu pertanyaan yang menyarankan kepada informan untuk memberikan interpretasinya tentang suatu kejadian.
Contoh: Menurut anda, sesuaikah apa yang dilakukan masyarakat Sedati Agung dengan pesan ajaran Islam Sinetron Aisyah?
Pertanyaan yang memberikan saran.
Contoh: Apakah saran yang dapat anda berikan untuk produksi acara keagamaan RCTI selanjutnya?
Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan.
Contoh: Mengapa anda menangap bahwa sinetron Aisyah layak dikatakan mendidik pemirsa?
Pertanyaan untuk mendapatkan argumentasi.
Contoh: Bagaimana pendapat anda dengan pesan ajaran Islam yang terdapat dalam Sinetron Aisyah di RCTI?
Pertanyaan untuk mengungkap sumber data tambahan
Contoh: Saya telah menanyakan aktivitas masyarakat daerah ini kepada salah seorang warga. Menurut anda, kepada siapa lagi saya bisa bertanya?
Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu.
Contoh: Apakah anda yakin, masyarakat akan terpengaruh dengan tayangan Sinetron Aisyah kemudian tergugah untuk meningkatkan aktivitas ibadahnya?
Pertanyaan yang mengarahkan, kemudian meminta informan memberikan informasi tambahan.
Contoh: Saya mendapatkan informasi dari salah seorang warga tentang kegiatan masyarakat desa ini, apa anda punya tambahan informasi buat saya?
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data. Maka dapat dipakai alat Bantu, yaitu:
21. Buku catatan, yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
22. Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan apakah diperbolehkan atau tidak.
23. Camera, untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan atau sumber data.
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan sehingga menghasilkan makna dan pola tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data.