Cinta antara dua insan di masa remaja yang “lembab”. Remaja dapat berubah sifat dan sikap dalam menghadapi masalah, karena cinta yang hadir masih ada sifat kekanakan menuju proses pendewasaan. Meski kekanakan dan kedewasaan akan tetapi menjadi kisah bagi seseorang selama hidupnya . Artinya : “Celakalah warna Allah, dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya dari pada Allah?. Dan hanya kepada Nyalah kami menyembah.“ (Qs. Al Baqarah : 138).
Al Imam Ibnu Dawud Azh Zahiri memberikan definisi tentang cinta, adalah cermin bagi orang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemah lembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena sebenarnya ia tidak jatuh cinta kecuali kepada dirinya sendiri. Al Qu’ran mengajarkan akhlaq mulia kepada sebuah pengakuan yang tulus bahwa hawa nafsu di perturutkan dan titipan syaithon selalu menurut pada alam hewani yang rendah. Dalam pengakuan seperti itu jiwa seorang mukmin dipisahkan dari kesombongan. Bahwa hanya dengan rahmat Allah yang Maha pengampun dan Penyayang, manusia akan terbebas dari tarikan rendah dan nista.
Dalam cinta akan ada nafsu, hanya nafsu yang datangnya dari syaithan harus segera diperangi lalu dijinakkan dengan pengendalian bukan dibunuh begitu saja Allah Subkhanahu wa Ta’ ala menjadikan nafsu sebagai amanah yang dipijakkan agar manusia meletakkannya dalam ketaatan yang telah Allah gariskan. Cinta adalah fitrah yang menjadi sarana lestarinya jenis manusia sebagai makhluq Allah yang diperintahkan untuk beribadah kepadaNya semata dan memakmurkan bumi Allah.
Risalah Mahammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam datang untuk meluruskan salah persepsi antara dua kutub yang dianggap berlebihan, yaitu antara kehidupan mengumbar nafsu dengan kehidupan membunuh nafsu. Kedua-duanya bukan suatu kemuliaan. Kebejatan adalah nista bukan kesucian yang selama ini diklaim para biarawan.
Islam telah meletakkan timbangan kemuliaan dalam semua hal termasuk dalam masalah hawa nafsu pada timbangan kebenaran atas penunaian perintah Allah dan menyingkirkan semua larangan Nya dalam setiap kehidupan. Bahwa Allah Swt melarang sesuatu pasti ada kemudharatan didalamnya tidak asal melarang, Allah yang Maha Bijaksana selalu memberikan alternatif yang lebih suci, indah dan berpahala serta membingkai dalam kerangka mentaati Nya. Hal tersebut bukan pula untuk menyikapiseseorang yang banyak sekali kekurangannya, namun agar lebih interaksi yang dilakukan benar-benar proporsional, bukan hanya sekedar saling membeli hadiah, nasehat atau tausyiah, atau hal lain yang ternyata merusak hati.
Sering manusia berkata bahwa cinta karena Allah. Buktinya yang sering dilakukan adalah saling menasehati dalam keshalihan. Tanpa sebuah ikatan. Yang harus dicintai karena Allah bukan hanya pasangan kita namun juga keadilan yang melekati cinta untuk menuntut perhatian besar pada masalah-masalah besar umat saat ini. Juga perhatian dan perlakuan yang sama terhadap semua lawan jenis. Kalau hanya memfokuskan perhatian itu akan menjaring keterpesonaan yang akan berbahaya. Artinya:“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, padahal. Orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…”. (Qs. Al Baqoroh : 165).
Para ulama biasanya menyebut penyakit yang dipaparkan ayat diatas sebagai syirkul mahabahatau kesyirikan dalam cinta. Ada ketidak sepadanan, ada sebuah pengkhianatan kepada sifat Maha pengasih dan Maha penyayang Allah dengan menanding-nandingkanNya kepada selainNya. Sebenarnya Allah memiliki sifat cemburu, yang jauh lebih dasyat dari cemburunya seorang hamba melihat orang lain berada diantara kedua paha isterinya. Karena sifat cemburu itu Allah mengharamkan segala jenis kekejian dan segala macam kerusakan. Allah pasti akan sangat cemburu, ketika manusia menjadikan tandingan dalam cintaNya dan disertai kekejian yang dilakukan bersama kekasih tandingan. Maksudnya lawan jenis jangan sekali-kali mencintai orang lain atau kekasih kita, melebihi rasa cinta kitapada Allah. Rindu pada kekasih jangan melebihi rindu pada Allah. Terlebih melakukan kemaksiatan –kemaksiatan dalam cinta. Artinya: ‘Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai,adalah lebih kamu cintai dari pada Allah, Rasulnya. Dan berjihad di jalannya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik’. (Q.S At-Taubat :24).
Ayat tersebut memulai kasih cinta manusia dengan keluarganya, kekayaan dan usahanya. Ini adalah gambaran cinta yang wajar dan dimiliki. Semua manusia, orang tua, anak-anak, saudara dan isteri mereka adalah orang –orang yang seharusnya dicintai. Tetapi bagi seorang Mu’min sejati mengajarkan kehati-hatian atas cinta yang halal. Kehati-hatian agar cinta itu sampai tidak melampaui prioritas cinta akan Allah, Rasul, dan jihad. Maka tunggu saja sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Kalimat ini begitu halus, seolah merupakan dua hati(perasaan) yang saling bertautan. Tentu ikatan cinta manusia dengan Allah yang sangat mendalam. Agar cinta manusia dengan lawan jenisnya merupakan cinta sehati sepanjang jalan.
Ada banyak orang yang telah di lemahkan oleh cinta manusia. Cinta bukan menjadi energi yang mendorong produktivitas amal dunia –akhirat , tetapi menjadi beban yang memberkati jiwa untuk bebas berarti. Bila mencintai seseorang, serta rasa cinta yang tidak berlebihan sehingga ibadat kepada Allah tidak terganggu. Terpenting dalam cinta adalah kepercayaan karena akhlaknya, bukan cinta yang dicampuri adanya syaithan. Biar saja syaithan menggoda kita, walaupun mereka sampai menangis. Karena syaithan jelas musuh bagi manusia. Artinya: “Sesungguhnya Syaithan itu adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia sebagai musuh kalian, karena sesungguhnya Syaithan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni yang menyala-nyala, “ (Qs. Fatir :6).