Dikatakan agama karena didalamnya memuat aturan-aturan yang
bertujuan memberikan kehidupan yang lebih tertib, damai, aman sejahtera dan
bahagia dunia akhirat.
Adalah suatu kenyataan bahwa yang beragama
hanyalah manusia dan memang agama diperuntukkan bagi manusia sebagai
“Pedoman Hidup” yang akan menghantarkannya kejalan “keselamatan” di
dunia kini dan di akhirat kelak. Dengan demikian agama akan senantiasa
mempertautkan dirinya dengan persoalan kehidupan manusia. Hingga apabila
muncul masalah kemanusiaan pada suatu masa, maka pada saat yang sama hal
itu merupakan tantangan bagi agama dan juga sekaligus tantangan bagi umat
manusia untuk menjawabnya.
Masalah kemiskinan adalah isu universal yang sama umurnya dengan
sejarah kemanusiaan dimuka bumi ini. Isu ini bukan masalah sosial,
melainkan pada hakekatnya merupakan masalah agama pula. Artinya, dalam
hal ini agama tidak dapat berlepas tangan. Jika ingin mengentaskan
kemiskinan dari pundak umat, agama harus dilibatkan secara maksimal dalam
ketiga aspeknya yaitu akidah, syari’ah dan mu’amalah.
Kehadiran agama-agama bagaikan angin segar yang sangat dinantikan
guna memberikan pembebasan dari penjajahan hidup, baik penjajahan secara
jasmani ataupun rohani. Dengan demikian agama dapat dikatakan sebagai
pembebas terhadap kaum lemah, karena agama mampu menepis tabir /
dinding pemisah antara yang kaya dengan yang miskin, yang lemah dengan
yang mampu, pejabat dengan rakyat menjadi satu kesatuan dalam
menciptakan hidup yang aman, damai dan sejahtera.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata “Miskin” diartikan sebagai
tidak berharta benda, serba kekurangan (berpenghasilan rendah). Sedangkan
kata “Fakir” diartikan sebagai orang yang sangat berkekurangan atau sangat
miskin.
Kemiskinan Menurut Pandangan Islam
Di dalam kitab sucinya agama Islam, yaitu al-Qur’an terdapat ayat-
ayat yang menyebut tentang kemiskinan. Namun di dalam kitab suci tersebut
tidak terdapat suatu definisi tentang apa yang dimaksud dengan kemiskinan.
Selain istilah miskin istilah fakir terdapat juga dalam al-Qur’an, namun
kendatipun kedua istilah itu sering dijumpai bersamaan (QS. 9:60), makna
yang jelas tentang kemiskinan tidak disebutkan. Oleh karena itu masalah
perumusan apa yang dimaksud dengan kemiskinan ini, tergantung pada ijtihad
manusia, yang selalu berubah dari masa kemasa, karena ukuran-ukuran yang
digunakan untuk merumuskan suatu makna yang abstrak dan berubah-ubah
pula. Kemiskinan adalah suatu hal yang abstrak, karena itu sangatlah sulit
untuk memberikan definisi yang lengkap mengenai kemiskinan.
Masalah kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh umat
Islam pada kurun dewasa ini. Disamping kebodohan dan keterbelakangan,
kemiskinan, baik rohani maupun jasmani merupakan ciri khas umat Islam
pada waktu kini. Oleh karena itu, kemiskinan merupakan sesuatu yang
menggejala dalam kehidupan umat Islam sekarang, maka perlu ditanyakan
ajaran kitab suci Islam (al-Qur’an) terhadap masalah kemiskinan itu.
Pandangan Islam mengenai kemiskinan terjalin erat dalam suatu sistem
ajaran dengan berbagai aspeknya tentang tatanan kehidupan Islami yang
digariskan dalam al-Qur’an dan Hadits serta inspirasi atau tauladan dari
sejarah kehidupan para nabi dan rasul serta para sahabat Khulafaur Rasyidin
dan penerusnya. Dalam beberapa literatur, pada umumnya uraian kemiskinan
merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu kajian mengenai “sistem
ekonomi” dalam Islam yang meliputi uraian tentang harta, perdagangan, jual beli, keadilan, kekayaan dan kemiskinan beserta sebab dan akibatnya serta
cara-cara penanggulangannya.
Penderitaan dan kehinaan adalah dua kata yang maknanya seringkali
mengacu pada kemiskinan atau kekafiran. Tidak ada kehinaan dan penderitaan
yang melebihi kemiskinan.
Jika Allah telah menempatkan manusia pada posisi yang begitu mulia,
maka sangatlah wajar jika Islam berupaya keras memberantas kemiskinan atau
kelaparan yang selalu menghantui mereka. Islam memberikan solusi atau jalan
pemecahan mengenai bagaimana agar hubungan si miskin dan si kaya itu
harmonis, sehingga antara keduanya tiada lagi jurang pemisah yang begitu
dalam.
Allah berfirman:
Artinya:“Setan menjanjikan (menaku-nakuti) kamu dengan kemiskinan
dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedangkan
Allah menjanjikan untukmuampunan daripada-Nya dan
karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (Al-Baqarah: 268).
Sabda Nabi:
Artinya:
“Kefakiran (kemiskinan) itu mendekatkan pada kekufuran.”
(HR.Muttafaq Alaih).
Rasulullah Saw juga selalu berdo’a agar ia terlindung dari kefakiran
dan kekafiran. Seperti dalam sabdanya:
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan
kemiskinan.” Salah seorang sahabat bertanya, ‘Apakah
keduanya itu setara?’ Beliau menjawab, ‘Ya, benar.” (HR.
Abu Daud)
Tersebut juga dalam doa yang lain:
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari kemiskinan,
kekurangan, dan kehinaan. Aku berlindung kepada Engkau
dari menganiaya dan dianiaya.” (HR. Abu Daud, Nasa’i,
Ibnu Majah, dan Tabrani).