Berdasar kurikulum SMK 2006, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskandalam penjelasan pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalambidang tertentu. Salah satu tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan berdasarkan kurikulum 2006 ini adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowonganpekerjaan yang ada dan dunia usaha lainnya sebagai tenaga kerja tingkatmenengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Produktif, mampu bekerja mandiri, bekerja pada bidang tertentu sesuai dengan program keahlian yang telah dipilih merupakan karakteristik lulusan sekolahmenengah kejuruan yangdiharapkan.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka siswa lulusan SMK akan dengan mudah bekerja pada bidang tertentu sesuai dengan bidang keahliannya. Sekolah Menengah Kejuruan juga mampu menciptakan tenaga siap pakai, bekerja secara mandiri dengan bekal ketrampilan yang telah didapatkan selama dibangku sekolah. Tidak menutup kemungkinan lulusan sekolahmenengah kejuruan untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru,menciptakan sesuatu yang barudan bermanfaat bagi orangbanyak.
SMK merupakan lembaga pendidikan yang dimaksudkan untuk menghasilkan specific human capital. Di SMK, sejak awal siswadididik untukberkomitmen pada ketrampilan tertentu (specific) yang match langsungdengan kepentingan sektor usaha industri tertentu. Siswa SMK dibekalidengan ketrampilan praktis dan pengalaman kerja (on-the-job training) dalam kekhususan tertentu. SMK sebagai suatu entities memiliki peranan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia. Sebagai suatuentitas ekonomi, keberadaan SMK dapat berperan sebagai special endowment factor dalam perekonomian di daerah.
Pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkatjumlahnya seiring dengan berjalannya waktu. Para pencari kerja baik yang mempunyai gelar sarjana ataupun tidak harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan pada lapangan kerja yang terbatas. Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan pendidikan persentasenya adalah sebagai berikut, lulusan SD dan yang tidak lulus 6,09 persen, SMP 9,22 persen, SMA 13,78 persen, SMK 17,37 persen, Diploma 11,62 persen dan Perguruan Tinggi 11,93 persen, data diperoleh dari korankaltim.co.id (diakses tanggal 24 April 2012). Pengangguran tertinggi justru lulusan SMK. Ini menunjukkan bahwa lulusan kejuruan belum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Karena itu, semangat kewirausahaan perlu terus dibangun untuk meningkatkan ketersediaan lowongan pekerjaan. Salah satu penyebab masalah pengangguran terdidik dari SMK adalah banyaknya alumni hanya bertujuan mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini bertolak belakang dengan tujuan salah satu tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan berdasarkan kurikulum 2006 ini adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri. Menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) adalah alternatif yang bijaksana, selain dapat menciptakan lapangan kerja sendiri, juga dapat membantu orang lain. Dan bila usahanya maju dapat menyerap semakin banyak tenaga kerja sehingga dapat membantu lebih banyak orang.
Pengaruh pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan jiwa dan perilaku wirausaha. Siswa sekarang dituntut supaya dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya untuk mendukung maupun menciptakan kegiatan berwirausaha. Sekarang lulusan SMK diharapkan sebagai agent of change yang dapat berguna di dalam pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah untuk dicapai. SMK Indonesia Yogyakarta merupakan sekolah yang berupaya mengembangkan alumni memiliki jiwa kewirausahaan. Pendidikan tentang kewirausahaan diberikan kepada seluruh siswa mulai dari semester pertama dengan metode klasikal. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan tingkat kelas yang ada. Selain metode klasikal sekolah juga telah melaksanakan beberapa usaha untuk merangsang siswa dalam berwirausaha seperti belajar memasarkan hasil produksi makanan yang dibuat sendiri dan prakti restoran ,UP (unit produksi ), mereka juga dilatih catering, penerimaan pesanandalam even –even tertentu penerimaanpesananuntuk lebaran seperti kue kering, sistem dalam penerimaan pesanan sudah diberi target dari guru kewirausahan dengan batas minimal semakin banyak siswa memperoleh konsumen akan berpengaruh pada nila mata pelajaran kewirausahan, sistem permodalan siswa dipinjami modal dari sekolah, mereka juga di terjunkan langsung dalam penyelenggaraan makanan bagi tamu hotel di Edotel. Selain itu praktik kerja industri dan kunjungan ke tempat – tempat industri besar. Metode yang dilaksanakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan minat berwirausaha siswa sejak dini.
Siswa SMK harus memiliki minat yang tinggi terhadap pembukaan unit usaha yang baru. Minat merupakan faktor pendorong yang menjadikan seseorang lebih giat bekerja dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan mengoptimalkan potensi yang tersedia. Minat tidak muncul begitu saja tetapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Minat berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik kepribadian, faktor demografi dan karakteristik lingkungan. Karakteristik kepribadian seperti efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi merupakan prediktor yang signifikan minat berwirausaha, faktor demografi seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan pengalamanbekerja seseorang diperhitungkan sebagai penentu bagi minat berwirausaha,faktor lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional serta faktor budaya dapat mempengaruhi minat berwirausaha.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Luthfi (2012,08) yang berjudul Minat Berwirausaha mahasiswa pendidikan teknik mesin UPI angkatan 2010 dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Faktor paling dominan yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah faktor instrinsik lebih dominan dari faktor ekstrinsik yaitu 9,09 % dengan kategori tinggi.
Banyak peneliti percaya bahwa efikasi diri terkait erat dengan pengembangan minat karir khususnya karir dalam berwirausaha. MerujukBetz dan Hacket yang dikutip Indarti (2008:7), efikasi diri akan karir seseorang adalah domain yang menggambarkan pendapat pribadi seseorang dalam hubungannya dengan proses pemilihan dan penyesuaian karir. Dengandemikian, efikasi diri akan karir seseorang dapat menjadi faktor penting dalam penentuan apakah intensi kewirausahaan seseorang sudah terbentuk padatahapan awal seseorang memulai karirnya. Lebih lanjut, Betz dan Hacketmenyatakan bahwa semakin tinggi tingkat efikasi diri seseorang padakewirausahaan di masa-masa awal seseorang dalam berkarir, semakin kuat intensi kewirausahaan yang dimilikinya. Selain itu, Gilles dan Rea membuktikan pentingnya efikasi diri dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan karir seseorang. Efikasi diri terbuktisignifikan menjadi penentu intensi seseorang. Penelitian yang lain dari Armiati (2010:45) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Efikasi diri dan Hasil Belajar terhadap Minat Mahasiswa Membuka Usaha Melalui Motivasi Berwirausaha di Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Padang. Temuan penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi berwirausaha mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNP.
Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan minat seseorang.
Efikasi diri dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu hal yang dipercaya. Membuka sebuah usaha memerlukan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri bahwa usahanya akan berhasil, hal inilah yang akan memotivasi seseorang untuk berani memulai suatu usaha. Apabila seseorang tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki, kecil kemungkinan orangtersebut akan berminat dalam berwirausaha.
Efikasi diri selalu berhubungan dan berdampak pada pemilihan perilaku, motivasi dan keteguhan individu dalam menghadapi setiap persoalan. Efikasi diri juga dapat memberikan pengaruh terhadap fungsikognitif, motivasi, afeksi dan fungsi selektif individu yang diproyeksikan kedalam pemilihan perilaku. Dimensi tersebut selaras dengan nilai-nilaikewirausahaan, dimana setiap individu yang memiliki minat kewirausahaan yang tinggi akan mampu berdiri sendiri, berani mengambil keputusan dan menerapkan tujuan yang hendak dicapai atas dasarpertimbangannyasendiri.
Minat berwirausaha yaitu kesediaan untuk bekerja keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya, kesediaan untuk menanggung macam-macam resiko berkaitan dengan tindakan berusaha yang dilakukannya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan untuk hidup hemat,kesediaan untuk belajar dari yang dialaminya. Jadi yang dimaksud minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekeja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.
Menurut Nurwakhid minat bertalian erat dengan perhatian,keadaan lingkungan, perasaan dan kemauan. Minat pada dasarnya adalahpenerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar pribadi sehingga kedudukan minat tidaklah stabil, karena dalam kondisi tertentu minat bisa berubah-ubah, tergantung faktor ¬ faktor yang mempengaruhinya, yang mempengaruhi minat secara garis besar ada tiga faktor, yaitu : Kondisi psikis, kondisi fisik, dan kondisi lingkungan.
Wirausaha berasal dari kata “wira” dan “usaha”. Wira berarti berani,utama, dan berdiri sendiri. Kata usaha berarti kegiatan untuk memenuhikebutuhan. Maka istilah wirausaha dalam arti luas yaitu keberanian dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. Maka istilah Wirausaha dalam arti luas dimaksudkan keberanian dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekutan yang ada pada diri sendiri.
Santoso menyatakan bahwa minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang, karena membawa manfaat bagi dirinya maupun orang lain. Menurut pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan individu melalui ide-ide yang dimiliki untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, dapat menerima tantangan, percaya diri, kreatif, dan inovatif serta mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan.
Dari uraian diatas timbul pemikiran untuk meneliti tentang hubungan efikasi diri dengan minat berwirausaha pada siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Program Keahlian Jasa Boga. Program Keahlian Jasa Boga dipilih karena jurusan ini mempunyai peluang baik dalam hal wirausaha, sebagai contoh sekarang banyak orang yang memilih berwirausaha dibidang kuliner (makanan dan minuman). Perkembangan era globalisasi diiringi kesibukan yang padat sehingga banyak orang tidak sempat memasak, sehingga lebih senang membeli masakan atau minuman jadi dari pada memasak. Hal ini mendorong banyak orang melirik berwirausaha di bidang kuliner, selain itu Program Keahlian Jasa Boga juga mempunyai peluang untuk berwirausaha dibidang catering dan restoran dilihat sekarang ini banyak orang yang menyelenggarakan acara pesta, rapat, seminar, pernikahan degan menggunakan jasa catering. Alasan dipilih SMK Yogyakarta karena setelah dilakukan observasi kegiatan kewirausahan disana bagus didukung dengan beberapa praktik kewirausahan dan juga pengalaman dari pelajaran praktik produktif, dari situ timbul pemikiran saya untuk meneliti bagaimana tingkat efikasi diri yang dimiliki siswa Program Keahlian Jasa Boga SMK Indonesia Yogyakarta, bagaimana tingkat minat berwirausaha yang dimiliki siswa SMK Indonesia Yogyakarta dan adakah hubungan efikasi diri dengan minat berwirausaha.