PENDAHULUAN
Dimasa Bani Abbas, peradaban telah semakin meluas, dan berbagai kasus telah terjadi akibat dari semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, perekonomian dan kemasyarakatan, maka membawa akibat pula saling berselisih dan berbeda pendapat antara ahli-ahli fiqih,dan timbullah madzhab-madzhab sehingga timbul pula taqlid, yang mana hal ini mempengaruhi juga terhadap keputusan – keputusan para qodli, karena seorang qodli di Irak memmutuskan hokum dengan berpegang kepada madzhab Hanafi, Syam dan Maghribi mengikuti madzhab Syafi’I. Dan apabila ada dua pihak yang berperkara yang bukan dari pengikut madzhab yangtermasyhur di negeri itu, maka ditunjukkan seorang qodli yang akan memutuskan perkara itu sesuai dengan madzhab yang diikuti kedua belah pihak yang berperkara, dan bahkan ada juga sebagian Khalifah Abbasiyah yang ikut campur dalam penanganan perkara oleh qodli, sehingga hal ini menyebabkan menjauhnya fuqhoha’ dari jabatannya.
Dan situasi kacau balau dalam dalam hokum ini, serta tidak adanya ketentuan hukum yang harus dipegangi oleh qodli, sehingga mendorong Ibnul Muqaffa’ untuk mengirim surat kepada Khalifah Abu Ja’far Al-mansyur, agar dipilih diantara pendapat dari imam madzhab dan fuqoha’, suatu hokum yang akan dipegangi oleh para qodli diseluruh negeri.
Seperti Abu Yusuf , seorang ahli fiqih dari madzhab hanafi,. Bahkan ia telah mendapat kehormatan dari khalifah untuk mengangkat jabatan qodli dari kalangn ahli-ahli fiqih pengikut madzhab hanafi, dan telah diberi suatu jabatan peradilan yang penting yaitu qodlil qudlot 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qodlil Qudlot
Menurut bahasa qodli berarti hakim. Sedangkan qudlot yaitu qodli (hakim) agung. Jadi yang dimaksud dengan qodlil qudlot adalah menteri kehakiman
B. Kedudukan Qodlil Qudlot dan keistimewaannya
Sesuai dengan pendahuluan di atas, qodlil qudlot muncul pada khilafah bani Abbasiya tepatnya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid.
Qodlil qudlot ini bertindak dalam memecat hakim-hakim dan menerima permintaan dari seoarang hakim yang ingin mengundurkan diri. Selain dari pada itu, qodlil qudlot ini memberikan memberikan pengawasan kepada para hakim bawahannya dan meneliti segala keputusan-keputusan mereka.
Selain itu qodlil qudlot ini tidak saja mengawasi materi-materi hokum, tetapi juga mengawasi urusan administrasi bahwa dia mempunyai hak untuk membatalkan hokum –hukum yang diberikan oleh hakim daerah-daerah.
Orang yang pertama yang menjabat kedudukan ini adalah Abu Yusuf. Nama lengkap beliau adalah ya’qub Ibn Ibrahim Ibn habib Ghunnis Ibn sa’id Ibn hatbah Al-Anshari. Dia lahir di Kuffah tahun 113 H.
Abu Yusuf hidup dalam keadaan fakir, sesudah dewasa beliau mempelajari hadits dari Abu Ishaq As-saibani, Sualiman At-Tamimi, Yahya Ibn Sa’id Al-Anshari, ‘A’masy Hisyam Ibn Urwah, Atho’ Ibn sa’ib dan lain-lain.
Belia belajar fiqih dari Ibnu Abi Laila, kemudian berpindah kepada Abu Hanifah dan terus bertekun di dalam mempelajari fiqih Abu hanifah ini. Akan tetapi beliau mempunyai beberapa pendapat yang berbeda dengan pendapat Abu Hanifah sesudah beliau mencapai derajat ijtihad yang sempurna.
Setelah kota Baghdad dibangun, maka Abu Yusuf bersama-sama dengan Abu hanifah dan beberapa ulama yang lain berpindah ke situ. Abu Yusuf ini adalah orang yang menyusun ushul fuqh menurut madzhab hanafi keseluruhan daerah Islam.
Di waktu Abu Hanifah diminta untuk menjadi hakim, beliau bermusyawarah dengan teman-temannya. Abu Yusuf menganjurkan supaya Abu Hanifah menerima jabatan itu tetapi Abu hanifah tetap menolak. Sesudah itu Abu hanifah meninggal, barulah Abu usuf menerima jabatan hakim.
C. Perbedaan Kedudukan Qodli mulai zaman nabi sampai bani abasiyah
Para qodli dizama Nabi SAW dan Khulafa’ diangkat oleh Khalifah atau oleh pejabat daerah atas pelimpahan wewenang dari khalifah, dan masing-masing qodli berdiri sendiri (tidak ada hubungan administratip antara satu qodli dengan yang lain) sehingga tidak ada kekuasaan seorang atas qodli hang lain, dan tidak ada keistimewaan seorang qodli melebihi yang lain dihadapan khalifah, baik qodli daerah maupun qlodi yang berkedudukan di ibu kota negara.
Keadaan seperti ini berjalan terud sampai masa pemerintahan bani Umayyah