1. Faham Sumarah.
Proses penciptaan dalam faham sumarah adalah dimulai dari jiwa manusia, merupakan sebuah bunga api daripada Tuhan, yang menggambarkan sebuah emanasi atau suatu mode yang mutlak yang menjadi terbatas. Jiwa manusia menurut sunaroh adalah jiwa yang mengalir dari Tuhan.
2. Faham Saptadarma
Saham saptadarma mengemukakan tentang penciptaan asal usul manusia, bahwa unsuroh manusia adalah sinar cahaya Tuhan. Dengan sinar cahaya Tuhan berupa hawa, hal ini berarti bahwa manusia di dalam badan jasmani manusia tersebar sinar cahaya Tuhan. Roh adalah sinar cahaya Tuhan yang sama dengan hawa murni yang ada di sekitar manusia jadi uraian diatas memberikan sebuah penegasan kesimpulan di jadikan sebagai pemahaman faham Darma adalah manusia berarti emanasi, roh manusia dan cahaya Tuhan yang memancarkan dari Tuhan
3. Faham Beratakesawa.
Faham beratakesawa memberikan pendapatnya tentang penciptaan. Penciptaan tentang kejadian manusia dengan sang halus atau super ego manusia. Purusa atau sang halus meliputi segala sesuatu, yang disebabkan kesamaan dengan Nur Muhammad, cahaya, terpuji, dan asal segala sesuatu
Dalam faham ini manusia mempunyai struktur manusia yang terdiri dari badan kasar, badan halus, dan sang halus. Sang halus disebut dengan tuhan perorangan sama dengan Nur Muhammad, yang mempunyai sifat-sifatnya adalah menjadi asal segala sesuatu, meliputi tidak tergolong makhluk halus, kuasa tanpa alat, yang hidup tak tampak oleh penglihatan jasmani ataupun rohani dan ini adalah bayangan iswara.
4. Faham Pangestu.
Faham ini memulai proses penciptaan dimulai dari Nur Muhammad. Hakekat Nur Muhammad adalah nurulallah yang dalam sangsaka jati dengan istilah Nur zat Tuhan, yang disebut cahaya Tuhan
Adapun ciri-ciri menurut faham ini adalah ketika Tuhan berkehendak menciptakan roh manusia, maka kehendak ini berhenti karena belum ada temannya maka ketika Tuhan menciptakan dunia yang menjadi permulaan dengan menciptakan anasir-anasirnya yaitu angin, api, air, dan tanah. Dan dari anasir-anasir tersebut merupakan proses penciptaan dengan mengutus sukma untuk menyebarkan kekuasaannya
5. Faham dr. Paryana
Proses penciptaan dalam faham ini dimulai dengan sebuah adanya empat macam alam yaitu alam Nasut, alam Jabarut, alam Malakut, alam Lahut.
Dari keempat alam ini yang paling menonjol dari penciptaan adalah alam lahut. Alam lahut adalah alam yang di diami oleh hakekat tuha yang tak berawal dan tak berakhir atau tak terbatas. Alam ini ialah alam yang mutlak dari yang mutlak timbullah kesadaran yaitu kesadaran akan adanya diri sendiri, yang disebut wahdat. Maka timbullah keisafan tentang adanya ego pertama disebut wahdaniyat.
Dalam faham paryana mengutip teori penciptaan ibnu Arabi adalah kesemuanya berasal haqiqah Muhammadiyah yakni akal Ilahi yang merupakan wadah bertajali Tuhan untuk pertama kalinya pada tingkat abadiyah. Lebih lanjut, mengingatkan alam empirik ini berada wujud yang terpecah-pecah, maka tajallinya asma dan sifat allah tidak dapat tertapung selurunya. Karena itu diperlukan cermin lain yang dapat menampung citra Allah itu menjadi sempurna dan cermin dimaksud adalah manusia. Dengan manusia, maka sifat-sifat jamal dan jalalnya akan bertajalli secara sempurna.
Menurut Ibnu Arabi tentang teori penciptaan alam adalah bahwa alam semesta adalah manisfestasi dari asma dan sifat Allah yang bertajalli di dalamnya. Dan ini berproses secara terus-menerus tanpa adanya kesudahan melalui firmannya kun. Ini berarti bahwa tanpa adanya alam ini asma dan sifat Allah akan kehilangan makna dan akan tetap merupakan citra akalli dalam zat yang pada gilirannya zat itu tetap dalam kemujaradannya dan tidak dapat dikenal oleh siapapun. Berjalan dengan itu, Annemarie Schimmel melukiskan hubungan antara tuhan dan ciptaannya bahwasannya Tuhan yang mutlak itu rindu dalam kesendiriannya dan menghasilkan penciptaan sebagai pencerminan dari tajalliahnya.
6. Faham paguyuban naluri kebudayaan.
Proses penciptaan dari faham ini adalah alam semesta. Alam semesta dimulai dengan alam sunyaluri sebagai tempat tanpa batas yang keadaannya sunyi sepi dan gelap gulita. Alam diibaratkan sebuah wadah dengan isinya. Gelap gulita dianggap sebagai isi alam dan merupakan tonggak permulaan yang menguasai alam.
Dan alam senantiasa berputar dan tidak diketahui permulaannya, yang menyebabkan daya panas, maka suatu perputaran semakin cepat akan menyebabkan terjadinya suatu gerakan yang membentuk lingkaran yang makin lama akan makin melebur dan akhirnya meletus. Sejak adanya peletusan itu alam menjadi terang dan timbullah suatu wujud alam nyata yaitu bulan, matahari, bintang dan langit
Tuhan proses alam sudah terjadi maka Tuhan mulai bertahta yang berupa wulan dengan sebutan wanita, sasicandra, dan ratri. Sedangkan kaula merupakan sebuah bahan-bahannya yang berasal dari surya sedangkan jasmanianya adalah air hujan dari langit dan terakhir pangeran mempunyai suatu bahan dari cahaya bulan (pamoringing wulan)
Teori penciptaan alam bahwa di dalam persoalan pertimbangan tuhan untuk menciptakan atau tidak menciptakan dunia tidak ada persoalan pilihan antara pilihan-pilihan yang serupa, tetapi lebih merupakan persoalan kemungkinan menciptakan kehidupan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu, berhadapan dengan pilihan untuk tidak berbuat apa-apa sama sekali.
Di dalam alam semesta, maka Tuhan dapat dianggap membuat pilihan yang suci, yang serupa dengan tindakan menggundi dengan melempar mata uang untuk menentukan pilihan mana yang akan diterima. Jika hal itu lebih baik keadaannya bagi suatu dunia seperti halnya keberadaan kita lebih baik dari pada ketidak beradaan kita maka mungkin sekali keberadaan dunia dengan masa yang lebih pandang adalah lebih baik. Hal ini akan memberikan dukungan terhadap argumen yang menyatakan bahwa tuhan menciptakan dunia dari kekal yakni alam semesta ada bersamanya.
B. Persamaan tentang penciptaan menurut beberapa faham aliran kebatinan
Dari uraian diatas dapat diambil sebagai bahan kesamaan sebagai berikut
Pada manusia, mempunyai jiwa atau roh, badan, super ego, dan Nur Muhammad, inilah merupakan proses pancaran dari Tuhan. Roh menjadi sadar diri melalui kesadaran manusia. Roh mutlak berada ditengah-tengah segala realitasnya yang kita lihat merupakan pengejewatahan dari roh. Perkembangan roh harus bersifat teologis atau menuju titik final tertentu yang belum tercapai sebelumnya dan penuh dengan dinamika.
Yang mutlak adalah totalitas yaitu keseluruhan realitas. Alam semesta dan manusia adalah perwujudan diri roh, roh mutlak adalah self thinking thought yang selalu berusaha menyadari dan mewujudkan diri sepenuhnya. Proses ini berlangsung di dalam dan melalui pikiran manusia.
Jadi roh tidak semata-mata transcendental, tetapi tergantung pada dunia dan terutama manusia demi perwujudan dirinya. Bahwa alam semesta merupakan perwujudan roh. Setiap manusia yang menjadi bagian dalam kawanan tidak perlu lagi menyadari dirinya sendiri roh mutlak yang akan menyadari dirinya. Manusia tidak lagi mengakui bahwa tubuh dari kerohaniannya merupakan miliknya baginya ia merupakan milik roh mutlak.
Yang kedua, segala penciptaan itu mempunyai hubungan antara Tuhan dan segala penciptaannya yang termasuk alam,dan manusia . Tuhan yang bersifat emanasi, karena Tuhan itu adalah mistik yang tidak dapat dilihat dan tak terbatas. Lewat penciptaan ini Tuhan mempunyai sifat-sifat yang berarti akan adanya Tuhan.
C. Kritik Terhadap Aliran Kebatinan Tentang penciptaan
Dari paparan komparasi tersebut penulis memberikan kritik tentang penciptaan menurut faham aliran kebatinan yaitu
Dengan memahami kenyataan, faham aliran kebatinan sudah mengabstraksi segala sesuatu ke dalam sistem abstrak yang ada pada manusia kongkrit atau individu. Demikian individu ataupun sesuatu yang tunggal itu tidak rial. Yang rial itu adalah roh mutlak atau yang universal dengan kata lain yang merupakan adalah idea abstrak atau roh dan bukan pengalaman manusia individu-indvidual.
Dalam sistem abstrak itu bahkan kesadaran manusia kongkrit hanyalah sebuah momen dalam proses roh merealisir diri. Dalam sistem yang sangat rigorus ini bukan manusia yang sadar diri, melainkan roh mutlaklah yang menyadari dirinya dalam manusia kongkrit. Seorang individu kemudian hanya menjadi alat bagi roh
Dan juga penulis memberikan kritik pada landasan al-Qur’an. Bahwa proses penciptaan alam semesta dan langit dilakukan tuhan pada masa enam periode, dalam al-Qur’an disebutkan pada surat A’rauf ayat 54
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ(54)
Artinya:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Dari ayat tersebut dimaksudkan untuk mengajak orang-orang berfikir tentang kekuasaan Tuhan dengan memulai memikirkan alam sehingga dapat memikirkan langit. Adapun dasar-dasar penciptaan adalah:
1. Adanya enam periode untuk penciptaan
2. Adanya jaringan untuk berkaitan antara tahap-tahap penciptaan
3. Penciptaan atau alam semesta mula-mula dari kumpulan yang unik merupakan kesatuan dan kemudian terpecah
4. Terdapatnya benda-benda ciptaan Tuhan.