Para ahli tafsir dalam menafsirkan tasbihitu TanzihIlallahakan tetapi
dalam memahami bagaimana bentuk tasbih makhluk yang Ghairu Mukallaf
mereka berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa tasbih makhluk Ghairu
Mukallafitu dimaknai dengan makna Hakikiada yang dimaknai dengan makna
Majazi. Akan tetapi pada dasarnya, Allah telah memberikan rambu-rambu untuk
manusia yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Isra ayat 44 yaitu bahwa semua
apa-apa yang ada di langit tujuh dan bumi semuanya bertasbih akan tetapikalian
semua tidak akan mengetahui tasbih mereka.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
pertama, bagaimana konsep tasbih dalam Al-Qur'an, kedua Bagaimana cara
bertasbih sesuai dengan penjelasan al-Qur’an dan yang ketiga Apa relevansi
anjuran bertasbih dalam kehidupan, sedangkan untuk penelitian skripsi ini bersifat
library murni. Mengumpulkan seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan,
sebagai data deskriptif,. Pendekatannya ilmu tafsir, karena yang menjadi kajian
adalah ayat-ayat Al-Qur'an.
Dalam usaha penafsiran makna kata tasbih dalam Al-Qur'an agar
mendapatkan sebuah pemahaman yang pas dan sesuai dengan kehendak sang
pencipta, maka penafsiran ini menggunakan metode tafsir maudhuiatau tafsir
tematik,dengan metode tafsir tematik tersebut diharapkan mendapatkan informasi
tentang makna kata tasbih secara komprehensif dan lebih dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Dengan menggunakan penafsiran secara tematik, dapat diketahui bahwa
ternyata konsep tasbih dalam Al-Qur'an memiliki pemahasucian terhadap apa-apa
yang disekutukan kepada Allah. Maka dalam Pengungkapan ayat-ayat tasbih
digandengkan dengan kata Mustakbirun, Yasifuun, Musyrikun, dan juga banyak
yang terdapat kata yang meng-Esa-kan Allah Swt seperti kata wahidan, dan juga
banyak kata tasbih selalu diakhiri dengan Asmaul Husnayang menunjukkan
makna ketinggian dan kebesaran-Nya yaitu seperti kata ‘Uluwan, Kabiir, Qahhar,
Adapun dalam cara atau bentuk bertasbihnya disini ada dua pendapat akan
tetapi pada hakikatnya semuanya bertasbih tidak terkecuali apapun, adapun tasbih
mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan bentuk fitrah mereka
yaitu yang selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah Swt. Akan tetapi al-Qur’an
memberikan isyarat yang terdapat dalam QS. Ar-Rad: 13 yaitu Tusabbih Ar-
Ra’du Bi Hamdihiini mengindikasikan bahwa alam bertasbih dengan bacaan
tahmid yaitu al-hamdulillah seperti halnya tasbih Malaikat.
Adapun relevansinya tasbih dalam kehidupan terutama pada manusia yaitu
supaya manusia itu menjadi manusia yang sabar, tawakkal dan taubat yaitu dalam
al-Qur’an kata tasbih di awali dengan kata sabar (Fasbir ’Ala Maa Taquuluun Wa
Sabbih Bi hamdi rabbika)dan Tawakkal (Watawakkal ’Ala Al-Hayyi Al-Ladzi La
Yamut Wasabbih Bi Hamdihi)dan taubat (Fasabbih Bi Hamdika Wastagfirh)
Adapun dalam waktu pentasbihan kepada Allah Swt dalam al-Qur’an
disebutkan yaitu laildan nahar (malam dan siang) dan buqrahdan ashil (pagi
dan petang)akan tetapi kebanyakan ahli tafsir menafsirkan Lail, Nahar, Bukrah,
Ashil ini waktu yang begitu panjang, terus menerus tidak ada habisnya.
Dalam al-Qur’an juga diperingatkan bagi makhluk yang tidak bertasbih
yaitu adab yang begitu pedih ’Adaba al-Jahiim.Karena tasbih tidak ada
batasannya maka jika salah satu alam tidak bertasbih maka kehancuran dan
kebinasaanlah yang akan terjadi. Karena alam semesta ini dibuat dengan tasbih
dan tahmid. Maka begitu pentingnya tasbihbagi kehidupan manusia dan alam
semesta. Wallahu A’alam Bi Muradih