Fungsi ideal Al-qur’an dalam realitasnya tidak begitu saja dapat
diterapkan, akan tetapi membutuhkan pemikiran dan analisis yang mendalam.
Dalam upaya pemusatan pemikiran dan analisis dalam menetapkan sekaligus
ketentuan hukum yang dikandung dalam Al-qur’an itulah diperlukan
penafsiran terhadap ayat-ayat Al-qur’an.
Kitab suci Al-qur’an senantiasa menjadi pengingat bagi manusia
tentang asal usul Ilahiahsegala sesuatu dan juga memberinya sebuah latar
belakang yang akrab untuk refleksi, meditasi dan kontemplasi, yang dengan
demikian mempersiapkan akal (aql) untuk menjadi sangat reseptif terhadap
ide-ide dari ruh-ruh alam semesta dan manusia yang selalu bertasbih memuji
nama tuhan-Nya yang telah menciptakan mereka seperti firman Allah :
Artinya: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.
Bertasbih merupakan ungkapan meMahaSucikan Tuhan dengan Doa
Dzikir melalui Nama-nama-Nya yang paling baik menggunakan (Asmaa'ul
Husna). Seperti yang terdapat dalam firman Allah Swt
Artinya:
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna
4
, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya
5
. nanti
mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
Bertasbih merupakan ungkapan meMahaSucikan tuhan dengan Do’a,
Dzikir melalui nama-namaNya yang paling baik (Asma’ul Husna). Bertasbih
itu sendiri adalah merupakan sarana terbaik untuk mengekspresikan rahasia-
rahasia Ilahi yang terhalus, sekaligus mengekspresikan rahasia perjanjian
primordial antara Tuhan dan manusia melalui tabir bahasa manusia dalam
bentuk selubung dunia spiritual, namun bersamaan dengan itu sekaligus juga
merupakan simbol dan tangga untuk dapat mencapai persatuan antara hati dan
pikiran seorang hamba dengan Tuhannya.
Kata tasbih adalah bentuk masdar dari sabbaha–
yusabbihu–tasbihan, yang berasal dari kata sabh
.Menurut Ibnu Faris, asal makna kata sabhada dua. Pertama,
sejenis ibadah. Kedua, sejenis perjalanan cepat. Pengertian kata tasbih
berasal dari pengertian pertama, yaitu menyucikan Allah Swt
7
Ar-Ragib Al-Asfahani mengartikan kata as-sabh sebagai
“berlari cepat di dalam air (berenang) atau di udara (terbang)”. Kata itu dapat
dipergunakan untuk perjalanan bintang di langit, atau lari kuda yang cepat,
atau kecepatan beramal. Dinamakan tasbihkarena segera pergi untuk beramal
dalam rangka menyembah Allah. Kata ini berlaku untuk melakukan kebaikan
atau menjauhi kejahatan. Lebih lanjut Al-Asfahani menambahkan, tasbihbisa
dalam wujud perkataan, perbuatan ataupun niat. Pengertian tasbihterakhir itu
mengacu kepada pengertian isthilahiyang sudah berkembang sampai
sekarang.
Seperti halnya Al-qur’an menggunakan kata “Tasbih” yang diambil
dari akar kata “Sabbaha”atau “Yusabbihu”seperti yang terdapat dalam QS.
Al-Hasyr: [I] dan QS. Al-Jumu’ah: I. yang berbunyi:
Kata tasbih yang terdapat dalam Al-qur’an sangat banyak dan beraneka
ragam bentuknya. Kata “Tasbih” yang terdapat dalam ayat-ayat Al-qur’an
diulangi sebanyak 93 macam
11
. yaitu Dalam bentuk fi’il madhi(verbal masa
lampua), dalam bentuk Fi’il Mudhari’(verbal masa sekarang dan yang akan
dating) Fi’il Amar(verbal imperative), Mashdardan bentuk lain-lainnya.
Semua variasi bentuk itu mengisyaratkan bahwa tasbih alam semesta
seluruhnya kepada Allah Swt. Termasuk makhluk hidup dan benda-benda
yang ada didalamnya.
Dengan begitu untuk dapat mengetahui bagaimana gambaran tasbih
secara gamblang dari segala sesuatu yang bertasbih kepada Allah Swt, baik
manusia dan setiap tindakan yang dilakukannya serta alam semestadan
seisinya, dengan apa yang mereka bertasbih dan apa relevansinya terhadap
kehidupan sehari-sehari. Dengan demikian, maka sangat dibutuhkan sebuah
pemahaman yang mampu mengungkap apa yang terkandung dari kalimat-
kalimat tasbih dalam berbagai ayat yang terdapat dalam Al-qur’an.
Dengan demikian adanya sebuah penelitian secara komprehensif
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mampu mengungkap
keluasan makna dan pengertian serta maksud dari kata-kata tasbih yang
tersebar dalam berbagai ayat dalam Al-qur’an, sangatlah dibutuhkan. Hal ini
dilakukan demi sebuah cita-cita yang mulia berupa pengamalan isi kandungan
Al-qur’an itu sendiri dalam hal ini adalah bertasbih baik dalam sikap prilaku
dan tindakan yang dilakukan oleh manusia sehari-hari maupun dalam bentuk
berdzikir secara lisan dengan menggunakan kalimat-kalimat tasbih
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-qur’an itu sendiri.