Salah satu tema di buku, ‘Indahnya Menahan, Saat Berbuka Penuh Kejutan’. Tersusun rapi dengan menjelaskan bab-bab :
a. Cantik Ijinkan Aku Menunduk
b. Kuharap, Itu Bukan Untukku
c. Menahan, Transaksiku Dengan Ar Rahman
Banyak diantara para remaja bisa jadidari kita sendiri ketika dulu belum mengerti arti malu. Rasa malu yang pernah digunakan oleh Yusuf sebagai mahkota yang membuatnya agung dihadapan tipu daya Imraatul’ Aziz Zulaikha. Malu juga perisai Abu Bakar Al Miski yang memakai baju besi lumuran kotoran yang bernama malu hingga beliau lebih terjaga oleh rasa itu daripada gadis dalam pingitan belajar menjadi pemalu dalam masalah kesucian, agar semua terdidik menghayati kalimat kenabian.
Bila melihat bayangan wanita yang tidak menutup aurat dengan benar atau berjilbab namun aneh, dengan mudah lelaki berakhlaq segera menundukkan pandangan, berpaling ke arah lain dan kemungkinan untuk melihat kembali begitu kecil bahkan tidak ada. Berbeda bila yang terlihat adalah wanita berjilbab, walau sudah menundukan pandangan, keinginan untuk memandang kembali begitu luar biasa.
Rasa malu terbagi menjadi tiga macam, yaitu terhadap Allah, manusia dan diri sendiri. Rasa malu terhadap Allah hal itu terwujud dengan mematuhi perintah-perintah dan menjauhi segala laranganNya. Rasa malu adalah buah dari kekuatan iman dan keyakinan. Rasa malu terhadap manusia apabila menjaga pandangan dan suatu yang tidak halal dari mereka. Menjadikan memiliki harga diri, kebenaran, kemurahan hati, kebijakan dan kejujuran. Artinya: “ Katakanlah kepada wanitayang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasanya kecil yang bisa nampak dari padanya . dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya….’’( Q,S. An Nur : 31 )
Kata sebagian dalam ayat tersebut menunjukan bahwa pandangan yang haram adalah pandangan yang berlebihan dari keperluan. Keperluan yang syar’i. Janganlah sekali–kali menganggap remeh dan memudah-mudahkan soal pandangan perempuan pada laki-laki sangat tegas sekali masih (teks) dari sunah yang memerintahkan laki-laki dan perempuan saling berjilbab.
Sangat sulit untuk dipraktekan, bahkan pandangan yang bernafsu untuk dituangkan lewat mata. Bukan hanya keimanan lewat aqidah yang diuji untuk para kaum adam bahkan kaum hawa harus biasa lebih ketat lagi. Ada sebuah kisah: “ Ummu salamah menceritakan bahwa suatu ketika ia bersama Maimunah berada dalam sebuah majelis bersama Rosulullah saw. Kemudian datanglah Abdullah ibn Ummi Maktum, salah seorang sahabat yang buta dan dia masuk ke majelis Rasullullah kemudian bersabda kepada Ummu Salamah dan Maimunah” berjilbablah kalian berdua dari Ibnu Ummi Maktum” mendengar sabda beliau ini Maimunah berkata “ bukankah dia buta sehingga tidak bisa melihat kami, ya Rosullullah ? “ Rosulullah menjawab “ apakah kalian berdua juga buta, sehinggakalian tidak melihatnya ? ( H.R. Abu Dawud, At Tamizi, An Nasa’i dan Al Baihagi).
Kepada Ibnu Ummi Maktum yang buta sekalipun, Rosulullah melarang dengan keras. Apalagi memandang kepada lelaki yang sempurna fisiknya. Muda dan tampan. Lirikan mata dan hati benar–benar mudah diambil alih kendalinya oleh syaithan yang berkedudukan didalam. hati-hati memandang laki-laki bisa menaklukkan keimanan. Untuk mengisahkan kaum perempuan hampir sama dengan para bangsawati Mesir yang terpesona memandang Yusuf As., yang tertera dalam Qur’an Surat Yusuf: 31: Artinya: “ Diundanglah wanita–wanita itu dan dijelaskan bagi mereka tempat duduk kemudian diberikan kepada mereka masing-masing sebuah pisau untuk memotong jamuan. Lalu dia berkata kepada Yusuf ” keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka”, maka takala wanita-wanita itu melihatnya mereka kagum pada keelokan rupa Yusuf, mereka melukai (jemari) tangan dan berkata“ maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia” (Q.S Yusuf : 31)
Sering kali pandangan seorang wanita kepada laki-laki tidak hanya merusak hati yang memandang. Ketika pandangan itu ditambah senyuman genit, lalu pandangan itu dilihat oleh laki-laki yang dipandang mereka yang merasa dipandang, pasti ada lagi hati yang rusak. Hati orang yang merasa dipandang pun bisa hancur menahan perasaan yang kemudian menimbulkan prasangka dan rasa.
Sangat perlu sekali bagi pembaca untuk memperingatkan para pria penebar pesona yang membuat risau kaum hawa. Bukan untuk berprasangka buruk, hanya demi keamanan semua.
Sering kali para pria tidak sadar kalau telah mambuat para wanita berdebar memberi arti lain lewat senyum, cara bicara dan tingkah laku. Ayat ke tiga puluh satu dari surat An-Nur “.. dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya.’’(Q.S An Nur : 31) menegaskan kriteria kerudung yang syar’i. Kerudung yang diulursampai ke dada, menutup perhiasan yang tidak selayaknya di pertontonkan oleh wanita beriman. Ini mahkota sejati yang melindungi kehormatannya dunia – akherat.
Semua kembali pada akhlaq masing-masing. Tidak hanya kewajiban laki-laki untuk menutup aurotnya.
Perempuan memiliki lebih untuk menutupi, karena dengan pakaian penutup aurat. Pakaian indah untuk menutupi, karena dengan pakaian penutup aurat, pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian takwa, lengkaplah sebagian tanda kekuasaan Allah yang agung, agar semakin mempesona. Namun dengan pakaian sederhana pun asalkan menutup aurat itu lebih baik dari pada pakaian penutup auratnya untuk menunjukan kesombongan.