Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia saat ini telah meningkatkan jumlah pengangguran. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja yang menganggur hingga Februari
2005 mencapai 10,9 juta orang, terhitung sejak Agustus 2004 sampai Februari 2005 terdapat tambahan penganggur 600.000 orang (Kompas, 2005). Jumlah ini diprediksi akan semakin meningkat apabila tidak segera disediakan lapangan kerja baru. Angkatan kerja yang menganggur tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Tercatat lulusan sekolah dasar menyumbang angka paling tinggi sekitar 39,2 persen sedangkan lulusan perguruan tinggi menyumbang sekitar 1,72 persen dan sisanya adalah pengangguran lulusan SLTP dan SLTA.
Semakin bertambahnya penganguran menjadikan keadaan Indonesia saat ini akan semakin memburuk, hal ini akan bertambah buruk jika keadaan ini tidak segera diatasi, disamping itu pula kenaikan harga BBM yang disertai naiknya harga-harga kebutuhan pokok tidak bisa di tolak, hal inilah yang akan mendorong Mahasiswa untuk segera lulus dan dapat mancari pengahasilan sendiri dengan ilmu dan ketrampilan yang sudah dimiliki wirausaha. Berwirausaha merupakan salah satu pilihan yang rasional mengingat sifatnya yang mandiri, sehingga tidak tergantung pada ketersediaan lapangan kerja yang ada.
Salah satu jenis perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan khusus adalah Perguruan tinggi Kejuruan. Program pendidikan perguruan tinggi dikhususkan bagi siswa yang mempunyai minat tertentu dan siap untuk bekerja serta membuka lapangan pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan bakat yang dimiliki. Mahasiswa diajak untuk belajar di sekolah dan belajar di dunia kerja dengan praktek secara nyata sesuai bidang yang dipelajari melalui program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Melalui PSG diharapkan siswa bisa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap, sehingga dapat membekali dirinya untuk memilih, menetapkan dan mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang sesuai dengan potensi dirinya (Depdikbud, 1999).
Bentuk-bentuk wirausaha bagi siswa SMK cukup beragam sesuai dengan jurusan yang dipilih, seperti Tata boga, Tata busana, penjualan, Mekanik, Percetakan. Berjualan membukawarung makan, membuka bengkel, membuka jahitan,merupakan jenis wirausaha yang bisa dipilih oleh Mahasiswa. Salah satu faktor pendukung wirausaha adalah adanya keinginan dan keinginan ini oleh Fishbein dan Ajzen (1975) disebut sebagai intensi yaitu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi adalah hal-hal yang diasumsikan dapat menangkap faktor-faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah laku. Bandura (1986) menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan keadaan tertentu di masa depan. Intensi menurutnya adalah bagian vital dari self regulation individu yang dilatar belakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.
Pada kenyataannya banyak lulusan perguruan tinggi yang belum siap bekerja dan menjadi pengganguran, beberapa diantaranya lebih senang menjadi pegawai atau buruh dan hanya sedikit sekali yang tertarik untuk berwirausaha (Kompas, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hartini (2002) yang menyatakan bahwa sampai saat ini di antara mahasiswa tidak banyak yang berorientasi dan berniat untuk bekerja sendiri atau berwirausaha dengan bekal ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
Survey BPS (2002) menemukan hanya sekitar 6 persen lulusan SLTA dan Perguruan T'inggi yang
menekuni bidang kewirausahaan, sisanya 94 persen memilih untuk bekerja pada orang lain atau menjadi karyawan (Hartini, 2002). Temuan ini diperkuat hasil penelitian Sanmustri (1992) terhadap siswa SLTA di Yogyakarta yang melaporkan bahwa masih ada kecenderungan kuat dari para siswa untuk menjadi pegawai negeri atau karyawan.
Individu juga dihadapkan pada kenyataan sulitnya mencari pekerjaan di tengah persaingan yang sangat ketat. Ada beberapa hal mengapa mahasiswa yang tidak tertarik berwirausaha setelah lulus adalah karena tidak mau mengambil resiko, takut gagal, tidak memiliki modal dan lebih menyukai bekerja pada orang lain. Alasan tersebut bertentangan dengan tujuan individu masuk sekolah kejuruan yang ingin cepat bekerja dan ingin membuka usaha sendiri. Lebih lanjut dijelaskan bahwa siswa tidak tertarik berwirausaha karena kurang memiliki motivasi dan tidak memiliki semangat serta keinginan untuk berusaha sendiri. Akibatnya individu berfikir bahwa berwirausaha merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan dan lebih senang untuk bekerja pada orang lain.
Perguruan Tinggi seharusnya dapat mencetak tenaga terampil yang siap diterima di lapangan kerja dan di tengah krisis ekonomi dan sulitnya mencari pekerjaan, peluang untuk bekerja ternyata masih
terbuka lebar. Bagi sekolah kejuruan yang mampu memberikan ketrampilan dan bersinergi dengan dunia usaha, akan mempermudah lulusannya menembus dunia kerja dengan berwirausaha.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa ada kesenjangan antara das sein dan das sollen, bahwa seharusnya mahasiswa dapat membuka lapangan kerja sendiri dengan ketrampilan yang dimiliki untuk menguranggi jumlah pengangguran tetapi kenyataan yang ada membuktikan bahwa mahasiswa lebih senang menjadi pegawai atau buruh dan bahkan tidak bekerja sama sekali.
Rendahnya intensi berwirausaha pada mahasiswa karena ragu-ragu dan takut gagal sehingga mereka tidak siap menghadapi rintangan yang ada. Dengan demikian hanya individu yang berani mengambil resiko serta memiliki kecerdasan menghadapi rintangan sajalah yang memiliki intensi berwirausaha yang tinggi. Penelitian ini kemudian dilakukan karena peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara Adversity lntelligence dengan intensi berwirausaha.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji mengetahui hubungan antara Adversity Intelligence dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa perguruan tinggi. Variabel Adversity Intelligence diekspektasikan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap variabel intensi berwirausaha.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perguruan tinggi pada umumnya untuk terus mengasah dan memperhatikan jiwa berwirausaha yang dimiliki oleh para mahasiswa.