Dalam mengatasi kemiskinan, dakwah setidaknya bisa ditempuh melalui banyak jalan diantaranya: Pertama; memberi motivasi pada kaummuslimin Yang mampu untuk menumbuhkan solidaritas sosial. Akhir-akhir ini dikalangan umat Islam,ada kecenderungan solidaritas sosial menurun. Kedua,yang paling mendasar dan mendesak dakwah dalambentuk aksi-aksi nyata dan program-programyang langsung menyentuh kebutuhan. Ini sering disebut sebagai dakwah bil hal.
Dakwah dalam bentuk kedua, sebenarnya sudah banyak dilaksanakan kelompok-kelompok Islam, namun masih sporadis dan tidak dilembagakan, sehingga menimbulkan efek kurang baik, misalnya dalammengumpulkan dan membagikan zakat. Akibatnya fakir miskin yang menerimazakat thama’ (dependen).Itu kerena tekhnis pembagian zakat yang tidak dikelola dengan baik.
Dakwah dalam bentuk ketiga, hampirsamadengan dakwah yang kedua, Cuma berbeda dalam tehnisnya, yaitu dakwah dengan cara mengumpulkan infaq dan sodaqoh kaummuslimin dan siapapun yang bersimpati untuk membantu mengurangi beban penderitaan yang dialami beberapapenduduk Indonesia yang tertimpa musibah baik kerena sebab bencana alam maupun karena adanya konflik sehingga mereka mengungsi.
Kemudian dakwah model keempat adalah dakwah dengan cara memfokuskan pada bidang pendidikan dan pengentasan kemiskinan melalui jalur pendidikan, yaitu dengan cara memberikan beasiswa pendidikan dan lain sebagainya.
|
Dompet Duafa |
Pendekatan dakwah tersebut diatas adalah pendekatan dakwah basic need approach(pendekatan kebutuhan dasar). Dalamkontek ini tidak bisa dilakukan generalisasi, artinya dalampelaksanaan dakwah semacamini da’i harus dapat membagi masyarakat miskin itu menjadi beberapa kelompok dengan melihat kenyataan yang berkembang dalamlingkungan masyarakat miskimitu sendiri. Apa kekurangan mereka?Apa yang menyebabkan mereka miskin?Karena bisa jadi mereka miskin karena kebodohan atau keterbelakangan. Dalamhal ini kita harus berusaha agar mereka dapat, maju, tidak bodoh lagi. Bisa juga karena kurangnya sarana, sehinga mereka menjadi miskin atau bodoh untuk mengatasainya adalah dengan cara melengkapi sarana tersebut.
Namun persolannya kemudian adalahbahwa dakwah untuk mengentaskan kaum miskin ini biasanya bersifat sporadisdan tidak terencana, sehinga tujuan awal dan baik itu akhirnya tidak terlaksana dengan maksimal. Dalamkaitan ini ada hal menarik yang dilakukan oleh surat kabar Republika dengan programDompet Dhuafa yaitu ; bahwa dompet dhuafa merupakan sebuah programmembantu mengentaskan masyarakat miskin dan masyarakat terkena musibah, termasuk diantaranya melakukan pengentaskan kemiskinan dengan fokus pendidikan.
Dasar pemikiran dompet dhuafa adalah bahwa kemiskinan itu merupakan sarana yang sangat efektifmenuju kriminalitas, kemaksiatan dan kedzaliman. Sebagaimana sebuah hadis sebagai berikut:
Artinya: “Kemiskinan itu mendekatkan pada kekufuran”.
Ini artinya bahwa kemiskinan sangat rentan dengan berbagai hal yang menyebabkan seseorang kufur. Untuk itu jelas bahwa Islamsangat anti kemiskinan, sehingga adanya ketentuan untuk berzakat, berinfak, sodaqoh, dan lain sebagainya. Bahkan al-Qur’an menyebutkan;
Artinya: “Kamu sekali-sekali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian hartayang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran:92)”.
Ayat ini sekaligus menjelaskan bahwa orang Islam belum dianggap sebagai Islam yang baik kalau jiwa sosial dan rasa dermanya tidak ada.
Kembali lagi kepersoalan dompet dhuafa, yang mana dalampenelitian ini, penulis akan mengambil kasus yang terjadi di Kota Semarang. Hal ini ditempuh penulis agar kajian ini lebih spesifik dan menghasilkan out put yang jelas, demitegakknya panji-panji Islamdengan umatnya yang kuat. Karena kita ketahui bahwa secara makro, eksistensi dakwah Islamsenantiasa bersentuhan dan bergelut dengan realitas yang mengitarinya. Dalamperspektifhistoris pergumulan dakwah dengan realitas sosio kultural menjumpai dua kemungkinan. Pertama, bahwa Islammampu memberikan out put (hasil, pengaruh) terhadap lingkungan dalamarti memberikan dasar filosofis, arah, dorongan dan perubahan masyarakat sampai terbentuknya realitas sosial yang baru.Kedua,dakwah Islamdipengaruhi olehperubahan masyarakat dalamarti eksistensi corak dan arahnya. Ini berarti bahwa aktualitas dakwah ditentukan oleh sistemsosio kultural.
Dalam kemungkinan ke dua sistemdakwah dapat bersifat statis atau ada dinamika dengan kadar yang hampir tidak berarti bagi perubahan sosio kultural. Hal ini patut menjadi perhatian bagi suksesnya dakwah Islam tersebut.