Intensi kewirausahaan dalam diri seseorang mengalami beberapa tahapan sebelum membentuk intensi berwirausaha. Proses pembentukan Intensi berwirausaha (Indarti & Kristiansen, 2003). Faktor keinginan (motivasi) mencapai sesuatu mendorong individu untuk sukses. Individu yang memiliki Need for achivement yang tinggi akan berani dalam mengambil keputusan yang mereka buat. Keinginan yang tinggi untuk berhasil dalam mencapai sesuatu membentuk kepercayaan diri dan pengendalian diri yang tinggi (Locus of control) individu tersebut. Pengendalian timbul dari keper-cayaan (belief) individu terhadap sesuatu yang ada di luar dirinya. Pengendalian diri individu yang tinggi terhadap lingkungan dinamakan internal locus of controlsedangkan Pengendalian diri individu yang rendah terhadap lingkungan dinamakan eksternal locus of control.Apabila internal locus of control berperan dalam diri individu, maka individu berani dalam mengambil keputusan serta resiko yang ada.
Faktor selanjutnya yang terbentuk dari kemampuan pengendalian diri individu adalah self-efficacy
(keahlian). Menurut Ryan (dalam Bandura, 1997) persepsi diri dan kemampuan diri berperan dalam
membangun intensi. Individu yang merasa memiliki self-efficacytinggi akan memiliki intensi yang tinggi untuk kemajuan diri melalui kewirausahaan.
Aspek intensi merupakan aspek-aspek yang mendorong niat individu berperilaku seperti keyakinan dan pengendalian diri. Terbentuknya perilaku dapat diterangkan dengan teori tindakan beralasan yang mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan dalam berperilaku (Fisbein & Ajzen, 1975).
|
Wirausaha |
Teori ini menyebutkan bahwa intensi adalah fungsi dari tiga determinan dasar, yaitu:
a. Keyakinan perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan norma subyektif. Di dalam sikap terhadap perilaku terdapat dua aspek pokok, yaitu: keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan meng-hasilkan akibat-akibat atauhasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya (Fisbein & Ajzen, 1975). Evaluasi akan berakibat perilaku penilaian yang diberikan individu terhadap tiap-tiap akibat atau hasil yang diperoleh oleh individu. Apabila menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu, evaluasi atau penilaian ini dapat bersifat
menguntungkan atau merugikan.
b. Keyakinan normatif, yaitu keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut. Di dalam norma subyektif terdapat dua aspek pokok yaitu: keyakinan akan harapan, harapan norma referen, merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu serta motivasi untuk mematuhi harapan normativ referen merupakan kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan perilaku tertentu.
c. Kontrol perilaku, yang merupakan dasar bagi pembentukan kontrol perilaku yang dipersepsikan. Kontrol perilaku yang dipersepsi merupakan persepi terhadap kekuatan faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit. Persepsi terhadap faktor-faktor yang memudahkan faktor yang dapat memudahkan atau menghalau faktor yang menyulitkan penampilan perilaku tertentu. Merupakan persepsi terhadap kekuatan memudahkan dan menyulitkan persepsi terhadap kekuatan
faktor-faktor.