Pengertian kepemimpinan - Razek, TA & Swenson mengemukakan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tindakan orang lain dalam mencapai tujuan yang diinginkan Hersey dan Blanchard mengemukakan bahwa ”that leadership is the process of influency the activities at an individual or group in affort toward goal achievement in a given situation”.yang artinya kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai suatu tujuan tertentu. Terry mengatakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela.
Berdasarkan konsep diatas
yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas atau kegiatan kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila ditelaah lebih jauh maka definisi tersebut berarti dalam situasi apapun dan dimanapun seseorang berusaha mempengaruhi orang lain atau kelompok, maka seseorang tersebut sedang melaksanakan kepemimpinan. Dengan demikian setiap orang melakukan proses kepemimpinan dari waktu ke waktu dan di manapun di setiap lembaga atau organisasi baik perusahaan, rumah sakit, maupun organisasi pendidikan.
Pemimpin dalam suatu organisasi merupakan bagian dari keseluruhan kelengkapan organisasi dan sebagai akibatnya berada dalam kedudukan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi. Secara umum diharapkan agar pemimpin memainkan peranan yang berbeda dengan pengikutnya (anak buahnya) dan menunjukkan lebih banyak inisiatif dan kreativitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin pada masa sekarang tidak hanya mempunyai kecakapan teknis, tetapi harus memiliki kemampuan hubungan antar manusia dan wawasan yang memungkinkan melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan secara efektif. Peran kepemimpinan sangat penting dalam organisasi karena melalui kepemimpinan yang tepat dapat menggerakkan, mengkoordinasikan semua sumber daya manusia, sumber daya atau sarana prasarana yang dipersiapkan oleh sekelompok orang yang berorganisasi. Hal ini dipertegas oleh Tilaar yang mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan di sekolah apabila didukung oleh aspek manajemen dan aspek kepemimpinan
|
Pengertian Kepemimpinan |
Dalam organisasi pendidikan disamping telah disusun visi, misi dan program yang akurat/jelas dan terarah diperlukan administrasi dan manajemen serta kepemimpinan yang profesional. Melalui administrasi dan manajemen sebagai perangkat teknis dengan menerapkan strategi yang mantap dan struktur organisasi yang efisien untuk mencapai atau mewujudkan pencapaian tujuan seperti yang telah diletakkan pada visi dan misi pendidikan.
Aspek kepemimpinan yang profesional termasuk didalamnya keseluruhan sumber daya manusia yang akan mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, hendaknya mempunyai nilai-nilai dan gaya kepemimpinan yang demokratis. Kedua aspek administrasi dan manajemen serta kepemimpinan berkaitan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Manajemen yang baik hanya dapat berhasil apabila didukung oleh kepemimpinan yang benar dan tepat. Seperti diketahui bahwa tidak ada kepemimpinan yang paling baik tetapi yang ada adalah kepemimpinan yang efektif. Namun demikian walaupun tidak ada kepemimpinan yang paling baik, tetapi kepemimpinan demokratik pada umumnya lebih memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan tipe otoriter maupun leissure faire (bebas). Hal ini menurut Sukarno karena ada beberapa alasan sebagai berikut :
a. Para bawahan, pikiran atau pendapatnya serta kehendak-kehendaknya selalu diperhatikan oleh pimpinannya
b. Adanya penghargaan terhadap harga diri para bawahan atau pengikutnya dijunjung tinggi
c. Adanya penghargaan terhadap harga diri serta kemampuan dari pada para bawahan, maka para bawahan akan mengusahakan secara optimal pelaksanaan pekerjaan yang terbaik
d. Setiap pekerjaan sudah dilaporkan dalam suatu rencana yang matang yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan masukan dari bawahan
e. Metode pelaksanaan pekerjaan telah ditetapkan dalam rencana sehingga metode yang digunakan mampu menunjang terhadap terwujudnya efektivitas dan produktivitas kerja
f. Pelaksanaan pekerjaan dikontrol oleh standart yang telah ditetapkan didalam perencanaan
g. Pengawasan lebih banyak bersifat preventif mengingat para bawahan sudah sama-sama mengetahui rencana kerja secara rinci
h. Para bawahan dalam melaksanakan pekerjaannya tidak selalu menunggu perintah dari atasan, tetapi mengembangkan diri dengan inisiatif, inovatif dan kreativitas sendiri. Hal ini dimungkinkan karena para bawahan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan dan tercapainya tujuan
i. Disiplin bawahan merupakan kesadaran diri sendiri bukan karena ada tekanan dari pimpinan
j. Kebutuhan bawahan baik fisik maupun psikologis sangat diutamakan untuk dipenuhi
k. Peran serta semua karyawan untuk terlibat dalam pekerjaan sangat diutamakan
l. Dalam mengambil keputusan tidak atas kehendak sendiri, tetapi berdasarkan atas pertimbangan-petimbangan yang disampaikan oleh para bawahan
m. Dalam menempatkan orang-orang tidak berdasarkan suka dan tidak suka, tetapi didasarkan atas kecakapan dan kesetiaan daripada bawahannya
n. Lebih berorientasi pada tercapainya tujuan daripada kepentingan sendiri
o. Sangat mendalami aspirasi bawahan, sehingga aspirasi tersebut disalurkan kearah yang sesuai dengan kepentingan semua. Jadi tidak diarahkan untuk kepentingan kelompok saja
p. Keamanan para bawahan sangat dijaga dan diutamakan
q. Efisiensi kerja, baik efisiensi tenaga, waktu, bahan dan efisiensi operasional sangat dipentingkan, sehingga terwujudlah suatu perbandingan yang sangat baik antara masukan dan keluaran
Apabila seorang pemimpin dalam sebuah instansi memiliki sifat-sifat kepemimpinan seperti diatas besar kemungkinan karyawan yang ada dalam instansi tersebut akan memiliki motivasi tinggi untuk bekerja dengan baik dan sesuai harapan. Sebaliknya apabila seorang pimpinan bersifat otoriter, semaunya sendiri, tidak memperhatikan karyawan dan tidak memiliki kemampuan yang sepadan , maka seorang karyawan yang dipimpinnya besar kemungkinan mereka akan bersifat seenaknya saja. Karena pemimpin pada dasarnya adalah seorang panutan, baik dari segi tingkah laku, perbuatan, keahlian serta watak atau sifat-sifat yang dimilikinya, sehingga mau tidak mau seorang bawahan akan selalu meniru apa yang dilakukan pimpinannya Berbagai sifat pemimpin telah banyak dikemukakan oleh para pakar administrasi pendidikan. Hoy & Miskel (1991:253 ) mengklasifikasikan sifat-sifat kepemimpinan menjadi 5 (lima) kategori umum yaitu :
a. Kemampuan yang meliputi kecerdasan, kemampuan verbal, keaslian dan pertimbangan
b. Prestasi yang terdiri dari pendidikan, pengetahuan, kemampuan
c. Tanggung jawab, ketidak tergantungan (mandiri), inisiatif, ketepatan, agresivitas, kepercayaan diri dan keinginan menjadi yang terbaik
d. Partisipasi, aktivitas, sosial, kerjasama, kemampuan menyesuaikan diri, humor
e. Status, yang meliputi kedudukan dalam sosial ekonomi dan tingkat popularitas
Sejalan dengan karakteristik kepala sekolah tersebut maka Slamet mengemukakan karakteritik kepala sekolah yang tangguh adalah sebagai berikut:
a. Memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu pijakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi) .
b. Kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah
c. Kemampuan mengambil keputusan secara terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat)
d. Toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar dan nilai
e. Memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal yang penting bagi tujuan sekolah.
f. Memiliki kemampuan untuk memerangi musuh-musuh kepala sekolah seperti ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan, kaku dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak
g. Menggunakan sistem sistem sebagai cara berpikir, mengelola dan menganalisis sekolah.
h. Menggunakan input manajemen yang ditunjukan oleh kelengkapan dan kejelasan tugas., rencana, program, ketentuan-ketentuan/limitasi, dan pengendalian.
i. Menjalankan perannya sebagai manajer, pemimpin, pendidik, wirausahawan, regulator, penyelia, pencipta iklim kerja, administrator, pembaharu, dan pembangkit motivasi
j. Melaksanakan dimensi tugas, proses, lingkungan, dan ketermapilan personal.
k. Menjalankan gejala empat serangkai yaitu merumuskan sasaran, memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, melakukan anaisis SWOT, dan mengupayakan langkah-langkah untuk meniadakan persoalan.
l. Menggalang team work yang cerdas dan kompak.
m. Mendorong kegiatan-kegiatan kreatif
n. Menciptakan sekolah belajar
o. Menerapkan manajemen berbasis sekolah
p. Memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar dan
q. Memberdayakan sekolah.
Terkait dengan kepemimpinan Luthans mengemukakan kepemimpinan yang efektif meliputi:
a. Partisipasi dan hubungan antar pribadi
b. Kompetitif dan kontrol ( tegas, dan bertanggungjawab ).
c. Inovatif dan berjiwa wira usaha. serta kreatif dalam pemecahan masalah
d. Dalam pengambilan keputusan dapat mengelola waktu dengan baik Berdasarkan berbagai konsep kepemimpinan tersebut Hersey & Blanchard dan Hoy & Miskel mengemukakan konsep dasar kepemimpinan sebagai berikut:
Menurut konsep teori Hearsey dan Blanchard bahwa dari berbagai tipe kepemimpinan tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Namun demikian gaya kepemimpinan mana yang harus diterapkan seseorang terhadap seseorang atau sekelompok orang bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi pemimpin. Gaya kepemimpinan yang sesuai (gaya pemimpin) bagi level kematangan tertentu dari pengikut digambarkan dengan kurve preskriptif yang bergerak melalui keempat kuadran kepemimpinan. Keempat kuadran kepemimpinan tersebut adalah “memberitahukan“ (talking), “mengajukan “(selling), “mengikutsertakan”(participating) dan “mendelegasikan” (delegating).
Kematangan pengikut adalah merupakan persoalan / masalah kadar. Seperti yang pada gambar terdapat tanda-tanda untuk menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan masalah yang digambarkan dalam empat kuadran. Adapun keempat kuadran kematangan tersebut adalah : rendah (M1) rendah ke sedang, (M2) sedang ke tinggi, (M3) dan tinggi, (M4). Berdasarkan kuadran di atas maka gaya kepemimpinan yang sesuai untuk masing-masing level kematangan mencakup kombinasi perilaku tugas (direktif) dan perilaku hubungan (supportif) yang tepat. “ Memberitahukan” adalah bagian tingkat kematangan yang rendah. Orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab untuk melakukan sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak yakin. Gaya memberitahukan yang direktif yang menyediakan arahan dan supervisi yang jelas memiliki kemungkinan efektif paling tinggi. Dikatakan sebagai “memberitahukan” karena pemimpin menetapkan peranan dan memberitahu pengikutnya tentang apa, bagaimana, kapan, dan dimana melakukan berbagai tugas. Pada level ini perilaku suportif dipandang sebagai permisif, yang memperkenankan seseorang berperilaku jelek. Pada gaya kepemimpinan ini tercakup perilaku tinggi tugas dan rendah hubungan .
“Mengerjakan” adalah bagi tingkat hubungan rendah ke sedang Karakteristik orang-orang pada tingkat ini adalah tidak mampu tetapi mau memikul tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas adalah yakin tetapi kurang memiliki keterampilan. Gaya ini disamping menyediakan perilaku direktif karena mereka kurang mampu, tetapi juga perilaku suportif untuk memperkuat kemauan dan antusias mereka. Melalui gaya mengerjakan ini pemimpin disamping memberikan pengarahan tetapi juga melalui komunikasi dua arah dan penjelasan berusaha secara psikologis pengikut turut andil dalam perilaku yang diinginkan pemimpin. Pengikut atau anggota akan tunduk dan menyetujui suatu keputusan apabila mereka memahami alasan adanya keputusan itu, begitu pula apabila pemimpin perilaku yang tinggi tugas dan tinggi hubungan.
“Mengikutsertakan” atau partisipatif adalah tingkat kematangan sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat kematangan ini mampu tetapi tidak mau melakukan hal yang diinginkan pemimpin. Ketidakmauan mereka karena kurang yakin dan tidak merasa aman, namun bisa terjadi sebenarnya mereka mampu tetapi tidak mau maka dalam hal ini berkaitan dengan masalah motivasi. Pada gaya ini pemimpin hendaknya membuka komunikasi dua arah untuk memberikan dukungan atau motivasi pada pengikut agar mau melakukan apa yang diharapkan pemimpin. Dengan gaya ini pemimpin dan pengikut atau anggota berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan peranan pemimpin dalam hal ini adalah sebagai fasilitator atau memudahkan para anggota. Gaya ini mencakup perilaku tinggi hubungan dan rendah tugas.
“Mendelegasikan” adalah bagi tingkat kematangan tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah orang yang mampu dan mau atau yakin untuk memikul tanggung jawab. Disini pemimpin dalam memberikan pengarahan rendah walaupun membantu mengidentifikasikan masalah tetapi tanggung jawab untuk melaksanakan rencana diberikan kepada pengikut (anggota) Pengikut (anggota) diberi kebebasan untuk menentukan hal ikwal pekerjaan mulai bagaimana, bilamana dan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Kepemimpinan jenis ini agak kurang dalam memberikan pengarahan karena peserta secara psikologis sudah matang dan dalam gaya ini perilaku yang rendah hubungan dan rendah tugas.
Masih banyak konsep kepemimpinan yang diasumsikan memberi kontribusi terhadap peningkatan kinerja anggotanya. Disamping gaya kepemimpinan maka seorang pemimpin hendaknya mempunyai ciri-ciri yang menunjang peranannya sebagai manajer. Munandar, mengemukakan sembilan ciri-ciri pribadi yang mempunyai bakat manajerial yaitu : (a) supervisory ability, (b) the need for accupational (c) the need for self actualisation (d) intellegency , (e) self assurance, (f) decesivenness, (g) the lack of the need for security, (h) the lack of working clase affinity dan (i) initiative. Masih menurut pendapat Munandar makin tinggi tingkat jabatan manajer, makin tinggi ciri-ciri pribadi tersebut dimiliki oleh manajer. Para manajer yang berhasil memiliki ciri-ciri tersebut dalam derajat yang lebih tinggi juga dari pada manajer yang kurang berhasil.
Berdasarkan
pengertian kepemimpinan diatas maka bagaimanakah kepemimpinan yang efektif? Untuk menjawab pertanyaan tersebut sangat sulit karena masing-masing kepemimpinan mempunyai kefektifan sendiri-sendiri. Winardi menyatakan bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung pada interaksi sejumlah variabel termasuk didalamnya struktur tugas dan kekuasaan posisi kepemimpinan. Lako menyatakan bahwa dalam suasana politik yang stabil maka kepemimpinan yang ideal adalah pemimpin yang mampu membawa organisasi melakukan ekspansi dan kembang pesat. Sedangkan dalam kondisi krisis, kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang mampu mengkonsolidasi organisasinya agar bisa bertahan dan mampu mengatasi krisis Dengan demikian maka pendekatan kepemimpinan yang efektif disesuaikan dengan karakteristik organisasi dan konstelasi yang sedang dan akan terjadi. Menurut Lako model kepemimpinan yang dapat diaplikasikan agar tercapai keefektifan organisasi yaitu model kepemimpinan situasional dari Paul Hersey dan Blanchards Kenneth, H dan model kepemimpinan transaksional dan transformasional yang digagas oleh Bernard M.Bass. Model kepemimpinan situasional menekankan bagaimana pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka dengan cara menanggapi hasrat dan keinginan yang sedang berkembang dari para pengikutnya. Model transaksional menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan model transformasional menekankan bahwa seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya agar melakukan tanggungjawabnya dengan cara menanamkan “rasa memiliki”, membujuk para bawahannya dan mempertinggi kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya.