Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu karena adanya rangsang. Berdasarkan informasi dari internet situs Departemen kesehatan RI definisi perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari ataupun tidak. Sedangkan menurut Skiner (1938) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan selanjutnya organisme tersebut merespon.
Perilaku menurut Soekidjo Notoatmodjo dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Perilaku tertutup atau covert behavior yaitu responseseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup atau terselubung,respon terhadap stimulus tersebut masih terbatas pada perhatian,persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) perilaku terbuka atau overt behavior yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, respon stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Dari beberapa pengertian perilaku yang telah disebutkan dapat diperoleh kesimpulan bahwa perilaku adalah tingkah laku yang ada pada diri individu karena adanya stimulus atau rangsang sehingga individu bertindak.
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme atau orang yang dapat terjadi karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya. Respon atau reaksi yang diberikan tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, sehingga meski beberapa orang menerima stimulus yang sama maka akan menimbulkan reaksi atau respon yang berbeda-beda dari setiap orang tersebut. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003). Determinan perilaku tersebut dibedakan menjadi 2 yaitu: 1)Determinan atau faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2)Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
|
Perilaku Manusia |
Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya akan tetapi pada kenyataannya gejala kejiwaan yang menentukan perilaku sangat sulit untuk dibedakan atau dideteksi. Apabila ditelusuri lebih lanjut gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio budaya, masyarakat, dan sebagainya.
Sementara itu para psikolog seperti Morgan dan King, Howard dan Kendler, Krech, Crutchfield dan Ballachey, dalam B.Pranowo (2006), mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan hereditas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah beragam di antaranya pendidikan, nilai budaya dan masyarakat, politik, dan sebagainya. Sedangkan faktor hereditas merupakan faktor bawaan seseorang yang berupa karunia pencipta alam semesta yang telah ada dalam diri manusia sejak lahir, yang banyak ditentukan oleh faktor genetik.
Sedang menurut Usman Effendi ada 2 hal yang mempengaruhi perilaku individu yaitu faktor dari dalam individu, yang meliputi cipta, rasa, karsa, dan jenis kelamin, faktor dari luar individu meliputi
pendidikan, pengalaman, lingkungan, dan pengetahuan.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo untuk memperoleh data praktek atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan atau observasi, dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif dilakukan adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan. Format tersebut berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Untuk mendukung kedua metode yang telah dijelaskan, maka digunakan juga metode dokumentasi. Dalam menggunakan metode dokumentasi diperlukan checklist untuk mencatat variabel yang telah ditentukan, apabila terdapat atau muncul variabel yang dicari maka tinggal membubuhkan tanda check pada lembar checklist yang tersedia.