Bagaimana urgensi tasawuf sebagai terapi menurut Omar Alishah dalam mengatasi problem psikologis manusia dan bagaimana mengimplementasikan tasawuf sebagai terapi Omar Alishah dalam bimbingan konseling islam.
Dalam tradisi tasawuf manusia terdiri lebih dari sekedar fisik dan psikis yang disertai fikiran yang berkembang sebuah elemen penting dalam tradisi tasawuf adalah hati spiritual, tempat intuisi batiniah, pemahaman dan kearifan.
Manusia adalah perwujudan roh Ilahi. Menurut Omar Alishah manusia adalah bagian dari system kosmis yang besar,total dan sempurna,dimana antar pelbagai bagian dari system tersebut saling terkait,sehingga manusia merupakan kumpulan bermacam-macam sifat dan kecenderungan.salah satu tugas manusia adalah menyeimbangkan sifat-sifat tersebut dan memperkuat perkembangan spritual maka akan terjadilah kesatuan kepribadian.
Dalam pandangan psikoanalitik struktur kepribadian terdiri dari tiga system; id,ego dan super ego. Ketiga sistem ini mempunyai fungsi,sifat,prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.teori memandang manusia sebagai sistem-sistem energi,maka dari itulah tingkah laku seseorang merupakan hasil pengaruh dari aspek sistem tersebut Setiap orang yang berusaha mengeksplorasi psikologi manusia secara mendalam, maka setiap itu pula orang akan menemukan percikan illahiyah yang terbatas. Dalam tradisi tasawuf sangatlah penting mengetahui asal-usul manusia dan hendak kemana manusia menuju. Jiwa telah ada sebelum manusia dilahirkan, dan begitu pula akan tetap ada sekalipun manusia meninggal. Tujuan manusia tidak lain adalah menyingkap percikan illahiyah dalam diri kita sendiri, dan belajar hidup dengan tuntutan batiniah, dari sifat ketuhanan.
Dengan adanya penyeimbangan seluruh sifat manusia,maka diharapkan kehidupan dapat dijalani dengan harmonis,antara semua aspek kehidupanyang meliputi aspek rohani dan jasmani .lingkungan sekitar juga akan menjadi hal penting bagi proses penyadaran manusia akan realitas dunia dengan kefanaannya,sehingga ketahanan mental spritual dan mental emosional akan terus dilatih dan diasah untuk menjadi modal dasar pembentukan kesatuan pribadi yang utuh ,yang meliputi kesempurnaan lahir dan batin manusia.
Ajaran-ajaran dari tradisi tasawuf sehubungan dengan peningkatan proses kesadaran sebagai manusia adalah: pertama manusia harus menyadari bahwa pencarian spiritual lebih utama di banding dengan tujuan duniawi. Kedua, bertindak sabar dan bersyukur. Ketiga mempunyai perasaan takut jika kehilangan cinta dari Tuhan dan terlepas dari keterikatan dengan –Nya. Selain itu manusia harus mempunyai optimisme yang tinggi untuk mampu mencintai dan terikat dengan Tuhan-Nya. Keempat, pengendalian diri dan bangga dengan kemiskinan. Kemiskinan disini artinya adalah tiada keterikatan terhadap kepemilikan dengan hati yang senantiasa kosong dari hasrat kecuali hasrat akan Tuhan. Kelima berserah diri atau tawakkal kepada Tuhan, bukan kepada dunia. Keenam, memiliki suatu hasrat utama yakni mencintai tuhan, merindukan kehadirannya, ridho hanya dengan cinta tuhan, dan tidak memiliki hasrat kepada lainnya. Ke-tujuh. Memperhatikan niat dari pada tindakan, karena niat yang tulus dan jujur memberikan makna kepada segala tindakan. Ke delapan, berkontemplasi dan pemeriksaan diri. Kesembilan mengingat mati, setiap manusia harus menyadari bahwa waktu kehidupan ini. Sangatlah terbatas. Dunia tidak memiliki daya tarik yang sungguh-sungguh kecuali segalanya hanyalah semu semata. Daya tarik yang sesungguhnya adalah Tuhan.
Peranan agama dalam zaman apapun adalah penting, karena sudah menjadi fitrah manusia untuk selalu membutuhkan agama. Dalam konteks kehidupan modern, peranan agama tidak sebatas pada formalisme dan legalisme, tetapi transformasi tindakan fisik ke dalam tindakan batin. Peranan agama dalam konteks ini adalah sebagai: 1) Penyeimbang rohani sebagai akibat dai kemajuan hidup di segala bidang di zaman modern, 2) Sebagai salah satu peredam daya rusak manusia akibat nafsu yang dimiliki oleh setiap orang. Agama memiliki potensi esensial kapan saja dan dimana saja yaitu menciptakan rasa keterhubungan dengan yang diyakini (Tuhan). Dalam bentuk pengalaman rohaniah yang mencerahkan batin.
Senada dengan peranan agama tersebut, Zakiah derajat menyebutkan fungsi agama ada tiga yaitu:
1. Memberikan bimbingan hidup
2. Menolong dalam menghadapi kesukaran
3. Menenteramkan batin.
Ada beberapa teknik untuk menyudahi adanya resistensi-resistensi bagi klien gangguan kejiwaan yang ditawarkan oleh Agha Omar Alishah, sekalipun begitu banyak teknik, namun Agha Omar Alishah tetap berpedoman bahwa teknik yang akan dipakai sangat tergantung kepada jenis penyakit yang bersangkutan, sehingga mustahil dalam sebuah pendekatan dalam psikoterapi hanya ada satu atau dua buah teknik dalam hal proses terapeutik dan hasilnya akan maksimal ditegaskan kembali oleh Agha Omar Alishah.
Teknik tunggal untuk menangani pasien yang mengalami gangguan psikologi yang dapat digunakan untuk setiap bentuk kejiwaan jelas tidak ada, sebab teknik tergantung pada jenis penyakit yang bersangkutan.
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam upaya terapeutik yang berasal dari tradisi-tradisi tasawuf sebagai terapi Omar Alishah antara lain:
1) Transmisi Energi
Ketika pada kasus resistensi dan beberapa upaya yang telah dilakukan oleh para terapis dinilai gagal, Agha Omar Alishah menawarkan dengan sebuah tahap-tahap yang konvensional namun harus disisipi semacam teknik-teknik yang berasal dari tradisi, mengenai teknik tersebut Agha Omar Alishah menyampaikan:
Harus mentransmisikan perasaan aman kepadanya pada dataran akal, kita dapat menjelaskan kepadanya, mengafirmasi dan berbicara kepadanya tentang kebutuhan akan keamanan dan fakta keamanan yang ada. Tergantung sekali lagi pada keadaan fikiran, penenangan itu dapat bertahan selama beberapa menit, jam atau hari.
Perasaan aman merupakan energi positif dan tugas terapislah yang harus mentrasmisikan gelombang energi positif ini kepada klien. Menurut Agha Omar Alishah cara ini sangat sederhana bagaimana mentransmisikan gelombang energi positif ini:
Jika merasakan nya, kita mentransmisikannya, perasaan ini tidak tergantung kepada kemampuan atau intelegensi atau keadaan hidupnya. Ini adalah mentransmisikan gelombang yang sangat fundamental, sehingga bagaimanapun gangguan mental atau fisik seseorang, orang ini akan menerima sensasi ketenangan, kehangatan dan persahabatan, karena sensasi-sensasi ini bersifat sangat fundamental, pokok penting, sensasi itu tidak mungkin dibuat-buat, sensasi ini ada atau tidak ada.
Dalam beberapa kasus, Agha Omar Alishah menawarkan penggunaan transmisi energi melalui Zikir. Adapun Agha Omar Alishah berpendapat:
Mengaplikasikan kaidah-kaidah Tarekat Naqsabandi, pada diri sendiri mendorong kita untuk menjadi sadar akan pengawasan diri secara konstan ini, sebuah teknik menambah atau meningkatkan pengawasan yang sangat familier adalah dzikir teknik ini dapat diperluas dengan kesabaran.
Adapun aplikasi teknik-teknik dzikir tersebut dijelaskan oleh Agha Omar Alishah sebagai berikut:
Melibatkan pasien dalam berdzikir kita dapat dilakukan dengan duduk, berdiri atau posisi apa saja dengan tangan kanan diatas bahu dan tangan kita menyentuh pasien itu ini jelas dapat menjadi teknik yang sangat biasa untuk dilakukan seolah-olah seorang terapis atau dokter dengan mengukur denyut nadi pasien. Dalam situasi seperti itu pasien terserap dalam sirkuit energi zikir kita.
Mengaplikasikan teknik transmisi energi maupun upaya penyembuhan melalui zikir dilakukan dengan sangat beragam. Pertama adalah bahwa klien harus melakukan ritual zikir ketika ia sedang menjalani terapi. Kedua baik terapis ataupun klien harus berzikir seiring berlangsungnya proses penyembuhan; ketiga adalah ritual zikir secara berkelompok (Seremoni Yasyifa Untuk Penyembuhan.
Aplikasi teknik zikir yang pertama secara ilmiah memang telah diakui dan mempunyai peranan yang signifikan dalam mendatangkan “rasa aman” tersendiri bagi klien, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peranan zikir dapat memperbaiki kondisi psikologis seperti pernyataan Hanna Djumhana:
Zikir yang dilakukan dengan rendah hati dan suara yang lembut halus akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan bagi mereka yang melakukannya.
Di lain sisi, setiap individu yang menginginkan terapi zikir mantra meditation paling tidak selain keteraturan dan kedisiplinan dalam melaksanakan latihan, sangat dianjurkan bagi para pemula untuk mencari seseorang yang bisa memberikan bimbingan. Dalam konteks psikoterapi, terapis sendiri yang harus memberikan bimbingan secara intensif. Bimbingan yang intensif dari seseorang yang telah berpengalaman sangat penting karena seringkali para pemula menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan banyak orang yang tidak bisa duduk diam dan memusatkan perhatian pada satu hal.
Adapun aplikasi teknik zikir yang kedua dan ketiga belumlah dibuktikan secara ilmiah sehubungan dengan proses terapi untuk peranan perkembangan positif yang dialami oleh klien.
2) Teknik Metafor atau cerita: sebuah observasi awal
Bagi penderita depresi berat, klien bisa mengendalikan perasaannya sama sekali. Dalam pengalaman yang dituturkan Agha mengenai hal tersebut adalah dicontohkan seorang anak kecil yang tidak bisa mengontrol rasa aman. Untuk itu seorang terapis harus berbagi pengalaman atau paling tidak harus bercerita dengan apapun termasuk Anekdot. Tutur Agha Omar Alishah.
Di suatu malam hari, anak-anaknya, Amina dan Arif tengah menangis di kamar tidur, saya bertanya kepada mereka “ada apa?”. “ada seekor serigala di kebun”, Jawab mereka, dan menurut mereka, itu adalah riil, maka saya berkata kepada mereka, “ya, saya tidak suka ada serigala di kebun, itu berbahaya, kenakan gaun malam mu dan saya akan membawa senter serta senjata. Kita akan pergi ke kebun bersama-sama dan mencari disetiap semak-semak serta di sekeliling pepohonan jika serigala itu ada disana saya akan menembaknya.
Jelas apa yang dialami anak tersebut jelas tidak riil, namun sebaliknya apa yang mereka rasakan sangatlah riil dan ketakukan meraka juga begitu riil, menghadapi kondisi klien yang telah kacau perasaannya haruslah ekstra hati-hati, pernyataan Agha Omar Alishah mengenai hal tersebut sebagai berikut:
Ketakutan ini bisa menjadi sangat riil dan harus diatasi secara sangat hati-hati dan dikurangi, keadaan ini harus secara hati-hati dan dinetralkan, tidak sekedar diacuhkan dengan mengatakan “apa maksudmu, ketakutan, tidak ada alasan untuk takut, mari kita bahas masalah mu sekarang”.
Sebaliknya hal yang harus pertama-tama dilakukan oleh seorang terapis yang berhati-hati adalah dengan tidak boleh menentang apa yang klien utarakan, seperti dalam kasus anak kecil diatas, pekerjaan yang dilakukan terapis pertama kali adalah mencoba bersikap empati dan seolah-olah mengerti apa yang mereka rasakan seperti ungkapan “ya, saya tidak suka ada serigala di kebun itu berbahaya”, kedua adalah mencoba untuk menari jalan keluar dari ketakutan sesuai dengan jalan pikiran klien seperti dengan menggunakan kalimat; kenakan gaun malammu dan saya akan membawa senter serta senjata- kita akan pergi ke kebun bersama-sama dan mencari di setiap semak-semak serta di sekeliling pepohonan, jika serigala itu ada disana saya akan menembaknya”. Langkah berikutnya adalah menggiring perasan klien menuju ke tempat yang aman sehingga klien merasa aman, tutur Agha Omar Alishah selanjutnya:
Saya bertanya kepada Arif atau Amina, “apakah ada tempat yang kita harus lihat?” mereka menjawab, “bagaimana dengan pepohonan itu, mari kita lihat,” kami melihat dan tidak ada serigala disana. Jadi saya mengatakan; serigala sudah pergi”, hasilnya adalah lipat dua; pertama kami mencari serigala selama kira-kira sepuluh menit dan hasilnya anak-anak tidur selama delapan jam. Kedua mereka mengetahui bahwa jika serigala ada disana atau seekor beruang, atau binatang buas lain, ayah akan mengatasi situasi itu.
Mengabaikan tanpa hati-hati apa yang dilontarkan oleh klien dapat berupa pernyataan atau ketakutan-ketakutan dapat memperhambat proses terapeutik, karena penentangan secara langsung menimbulkan perasaan orang ini tidak simpatik; dia tidak memahami saya; bagaimana dia dapat memahami problem saya. Betapapun dalam proses yang digunakan dalam tradisi ini tetaplah menggunakan beberapa hal yang secara konvensional digunakan dalam psikoterapi yakni tidak menanggalkan aspek. Observasi untuk lebih memastikan teknik-teknik yang akan digunakan tegas Agha Omar Alishah:
…….. kembali kesatu faktor terapi yang saya telah tekankan dan ulang-ulang: observasi setiap terapis mengobervasi pasien, baik secara otomatis atau menurut pendidikan, namun kita juga berusaha menambahkan dimensi ain pada observasi itu, mengadakan, menajdi dan memperakrab kontak kepribadian esensial pasien.
Melalui tasawuf seseorang disadarkan bahwa sumber yang ada adalah Allah, sehingga ia mampu mengarahkan ilmu dan tehnologi yang dimiliki berwawasan moral atau diarahkan oleh nilai-nilai dari Tuhan,sehingga tidak terjadi dengan apa yang di istilahkan oleh Zakiyah Daradjat, yaitu; pengetahuan tanpa agama,membahayakan.
Iman, ilmu, amal adalah hal yang sangat berhubungan dan bila dipisahkan akan mewujudkan ketidaksempurnaan, bahkan keraguan. Dalam kenyataan ini, bisa dibuktikan ketika para pejabat sedang
mengalami kerugian tinggi,tetapi imannya lemah,maka ia hanya menjadi pejabat yang korup,politisi busuk dan penjahat-penjahat lainnya.
Demikianlah urgensi tasawuf sebagai terapy Omar Alishah dalam
mengatasi problem psikologi manusia yang ditunjukkan dengan tanggungjawab yang diemban tasawuf atas berbagai krisis yang terjadi baik krisis spiritual maupun moral pada diri manusia. .